----- Original Message -----
From: MR
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Monday, December 12, 2005 10:35 AM
Subject: Madzhab ....Re: [keluarga-islam] Re: Pernyataan Para Imam Mazhab


Bang Arland...
syukron atas pemaparan pendapat-nya, dan syukron juga kepada bang yudi atas tambahan postingannya, saya yang sangat lemah dalam ilmu agama ingin sedikit memberikan pendapat (yang tentunya jangan diikuti)...sepengetahuan saya tentang ber-madzhab adalah dalam koridor fiqih saja, sedangkan dalam tauhid para Imam (termasuk kita) adalah sama, dan Rosul saw membolehkan kita untuk ber-ijtihad untuk menetapkan suatu hukum dalam syariat Islam (fiqh). Namun begitu dalam ber-ijtihad itu apakah boleh dilakukan oleh semua orang tanpa memandang ilmu yang dimilikinya ? Apakah saya yang tidak pernah menekuni agama dan tidak pandai berbahasa arab boleh ber-ijtihad menentukan hukum syariat Islam (fiqh) ?

Tentu saja tidak Bang Ridwan, orang awam yang berani berpendapat sendiri, yang tidak mau mengikuti fatwa para ulama, yang menganggap dirinya sebagai orang yang layak bersikap seperti ulama dalam menganalisa sunnah, kemudian menentang Hadits2 Nabi yg menurutnya tidak sah dengan ra'yunya serta mengaku sudah mencapai kemampuan utk berijtihad sendiri adalah orang yang sesat lagi menyesatkan. Orang yang berani memberikan fatwa tanpa Ilmu adalah orang yang sangat sesat. 
 
Yang seharusnya adalah mari kita belajar kepada para ulama yang tidak hanya merujuk pada pendapat satu Imam Madzhab saja, melainkan kepada ulama yang selalu mengedepankan Alquran dan Sunnah Nabi saw.
 
Dikarenakan kebodohan saya dalam agama dan ketidakmampuan saya berbahasa arab maka saya bermadzhab kepada Imam Syafe'i, mengikuti dari guru-2 agama saya yang lebih tahu agama daripada saya, mungkin ini disebut taklid buta, tetapi tidak mengapa karena syariat agama itu harus dilakukan dengan keyakinan.

Benar sekali Bang, seperti yang dikatakan (disindir) oleh Imam Thahawi : "Tidak akan taqlid kecuali orang yang lemah pikirannya atau bodoh". Ucapan ini dinukil oleh Ibnu Abidin dalam kitab Rasmu Al-Mufti (I/32), dari kitab Majmu'atul Rasail-nya.

Terus terang saya merasa tersindir dan tentu saja saya tidak mau dikatakan orang yang lemah pikirannya, makanya saya kembali belajar agar terlepas dari golongan ahli taqlid.

Jadi menurut pendapat saya bermadhzhab itu perlu bagi orang-2 bodoh seperti saya, namun begitu saya juga yakin ada orang yang bodoh seperti saya yang merasa tidak perlu bermadzhab karena merasa sudah bisa baca hadits shohih tetapi ilmu tentang hadits tidak dikuasainya, apalagi bahasa arab-nya belum mahir. Itu baru ilmu tentang hadits, belum lagi ilmu tentang Al Quran, Tarikh agama, dan lain-lainnya. Daripada pusing mikirin yang tidak mampu kita kerjakan mendingan taklid aja sama Imam yang sudah ada.

Sudah tahu Bodoh tapi koq ngga mau belajar...  Justru karena kita merasa bodoh itulah Bang maka kita harus terus berusaha belajar.   Berikut saya kutipkan pernyataan Ibnu' Masud tentang wajibnya menuntut Ilmu bagi kita:  Imam Al-Lalikai meriwayatkan dalam kitabnya Syarh Ushul Itiqad Ahlus Sunnah wal Jamaah, jilid 1 halaman 87 riwayat ke 108, pernyataan Ibnu masud :  " Wajib atas kalian untuk berilmu, karena setiap kalian tidak mengetahui kapan dia membutuhkan ilmu tersebut atau butuh kepada apa yang dikandung olehnya. Sesungguhnya kalian akan menjumpai beberapa kaum yang mengaku mengajak kalian kepada kitab Allah padahal mereka betul-betul telah melemparkan kitab itu ke belakang punggung mereka. Maka wajib atas kalian untuk berilmu dan jauhilah oleh kalian perbuatan bidah, memberat-beratkan diri (dalam beragama)...".
 
Bukan hanya ilmu dunia saja yang terus selalu kita kejar Bang, tapi ilmu akhirat itu jauh lebih penting, seperti 
Imam Syafi'i Rahimahullah menerangkan : " Semua ilmu selain Al Quran adalah melalaikan (menyibukkan) kecuali ilmu hadits dan ilmu fiqih dalam agama ini. Yang dinamakan ilmu adalah apa-apa yang ada padanya pernyataan : " Telah menceritakan kepada kami (yaitu dengan sanad). Sedangkan selain itu hanyalah semata-mata bisikan syaitan". (lihat Syarh Aqidah Thahawiyah oleh Ibnu Abil Izzi, halaman 75).
 
Afwan jika tulisan saya tidak berkenan, maklum orang yang masih jahil (bodoh).

salam madzhab
Ridwan
 
salam ukhuwah
DUY



Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke