Dengan izin-NYA ana membuka situs "al-islam" dan menemukan beberapa kesamaan tulisan (yang diberi warna/tebal) dengan pendapat/komentar pak wandy.
 
wassalam
iwan
 
 
 
            MUKHTASHOR MINHAAJUL QAASIDIN(PENDAHULUAN)
            Pengantar
 
            Tulisan berikut adalah ceramah dari ustadz Farid Achmad Okbah, MA
            pada kegiatan Iktikaf di Masjid Al-Islam, Bekasi pada bulan Ramadhan
            1426 H. Ceramah tersebut kemudian disadur ke dalam bahasa tulisan
            oleh redaksi.
 
            Pendahuluan
 
            Kitab Minhajul Qasidin merupakan kitab yang ditulis oleh Ibnul Jauzi
            sebagai ringkasan dari kitab Ihya Ulumuddin yang ditulis oleh Imam
            Ghazali. Imam Ghazali, setelah matang menjadi ahli filsafat, tapi
            kemudian merasa gersang, melakukan pengembaraan selama 11 tahun
            untuk mencari kematangan hatinya. Pengembaraannya menghantarkannya
            masuk ke dalam wilayah tasawwuf. Beliau kemudian menulis kitab
            dengan judul Ihyaa 'Uluumuddiin.
 
            Buku Ihyaa 'Uluumuddiin adalah buku yang memiliki perhiasan dan
            permata, tapi juga mengandung racun di dalamnya. Di samping itu,
            buku ini juga memiliki keunikan dalam sistematika penulisannya yang
            belum pernah dilakukan oleh para pendahulunya.
 
            Imam Ghazali membagi buku ini dalam empat bagian. Seperempat pertama
            tentang ibadah dan nilai-nilainya. Seperempat kedua tentang adat,
            yaitu hal-hal yang berkaitan dengan adab dan sopan santun, seperti
            adab dalam makan, bergaul, berumah tangga, bertamu dan sebagainya.
            Seperempat ketiga tentang al-muhlikat(hal-hal yang dapat merusak
            manusia). Dan, seperempat terakhir tentang al-munjiyat(hal-hal yang
            menyelamatkan).
 
            Dan, karena buku ini juga banyak mengandung racun, maka Imam Ibnul
            Jauzi kemudian meringkasnya. Tapi, hasil ringkasannya masih begitu
            panjang. Karena itu, buku ini kemudian diringkas lagi oleh Imam
            Ahmad bin Abdul Rahman Ibnu Qudamah Al Maqdisi, sehingga menjadi
            kitab yang berjudul Mukhtashar Minhaajil Qaasidin.
 
            Dengan demikian, buku ini adalah sari pati dari kitab Minhajul
            Qashidin sekaligus sari pati dari kitab Ihya Ulumuddin. Sebab, bila
            seseorang mempelajari langsung kitab Ihya Ulumuddin, pasti akan
            tersesat dalam perjalanan. Karena buku ini banyak mengandung
            penyimpangan, terutama melandaskan kepada riwayat-riwayat palsu, dan
            tidak jarang juga riwayat dha'if (lemah). Karena itu, kitab ini
            kemudian diupayakan untuk dikoreksi oleh Imam Aliraqi, seorang imam
            ahli hadist yang juga merupakan guru dari Ibnu Hajar. Hasil
            koreksian ini kemudian dibukukan dalam sebuah kitab yang berjudul
            Ithafus Saadah.
 
            Mengapa kita mempelajari buku yang bermasalah?
 
            Barangkali kita pernah melihat air kotor yang mengalir di sungai.
            Tapi, setelah masuk proses penyulingan, air tersebut berubah menjadi
            bersih, contohnya air PAM yang kita konsumsi. Demikian pulalah
            gambaran dari buku ini. Awalnya memang berasal dari buku yang
            didalamnya terdapat kesesatan. Tapi, setelah melalui penyaringan dan
            penyaringan, buku ini menjadi siap untuk disajikan. Bahkan buku ini
            telah berhasil merubah perilaku banyak orang. Maka tak heran, bila
            buku ini kemudian banyak diajarkan oleh para orang tua kepada anak
            dan murid mereka. Buku ini mengandung pembentukan akhlak dan sopan
            santun yang baik.
 
            Bersambung!
 
 
            Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia


wandysulastra <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
> Dikarenakan pak Ridwan meminta saya "menunjukkan" kekurangan Kitab
> Ihya', izinkan saya berkomentar mengenai masalah ini tanpa bermaksud
> hendak menyudutkan atau menjelek-jelekan pihak lain.
>
> Memang, ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa kitab Ihya'
> ulumuddin ini berbahaya untuk dibaca, khususnya bagi orang2 awam.
> Saya pernah membaca dan mempelajari bagian dari kitab Ihya' yang
> membahas masalah membersihkan hati dari sifat2 tercela.
> Sepengetahuan saya, Bab tersebut aman untuk dibaca dan banyak
> manfaat yang bisa kita ambil dari bab tersebut. Namun untuk masalah
> lainnya, banyak komentar-komentar dari ulama lain yang memberi
> catatan merah mengenai kitab ini terutama yang menyangkut masalah
> akidah dan fiqh yang banyak menggunakan hadits-hadits dho'if sebagai
> dalil untuk ber-hujjah. Sehingga sebagian ulama juga berpendapat
> bahwa kitab Ihya' ini memang tidak tepat bila dimaksudkan untuk
> membicarakan mengenai kekuatan derajat hadits, tetapi lebih
> merupakan himbauan filosofis, etika, akhlaq serta keutamaan
> pendekatan diri pada Allah.
>
> Kitab Ihya' terbagi dalam empat bagian (sepertinya pak Arland lebih
> tahu mengenai kitab ini). Seperempat pertama tentang ibadah dan
> nilai-nilainya. Seperempat kedua tentang adat, yaitu hal-hal yang
> berkaitan dengan adab dan sopan santun, seperti adab dalam makan,
> bergaul, berumah tangga, bertamu dan sebagainya. Seperempat ketiga
> tentang al-muhlikat(hal-hal yang dapat merusak manusia). Dan,
> seperempat terakhir tentang al-munjiyat(hal-hal yang menyelamatkan)
.
>
> Sebagian ulama ada yang berkata bahwa buku Ihyaa 'Uluumuddiin adalah
> buku yang memiliki perhiasan dan permata, tapi juga mengandung racun
> di dalamnya
. Bukan berarti secara keseluruhan buku tersebut
> menyesatkan, namun ada hal-hal tertentu  yang dibahas dalam buku
> tersebut yang dapat menyesatkan orang yang mempelajarinya.
> Keterangan ini salah satunya saya dapati dari bukunya Syeikh Yusuf
> Qardhawi. Beliau berkata, ada bagian-bagian tertentu yang tidak baik
> dari buku ini (Ihya'), tetapi lebih banyak manfaat yang bisa kita
> dapati dari buku tersebut.
>
> Karena adanya "kekurangan" dari kitab tersebut, maka ulama lainnya
> kemudian "menyaring" kitab tersebut kedalam kitab-kitab ringkasan.
> Seperti Kitab Minhajul Qasidin yang ditulis oleh Ibnul Jauzi sebagai
> ringkasan dari kitab Ihya Ulumuddin yang ditulis oleh Imam Ghazali.
> Tapi, karena hasil ringkasannya masih begitu panjang, kemudian kitab
> tersebut diringkas lagi oleh Imam Ahmad bin Abdul Rahman Ibnu
> Qudamah Al Maqdisi, sehingga menjadi kitab yang berjudul Mukhtashar
> Minhaajil Qaasidin. 

>
> Banyak ulama yang menyarankan jika ingin mempelajari kitab Ihya
> Ulumuddin, sebaiknya pelajari kitab Mukhtashar Minhaajil Qaasidin
> yang merupakan sari pati dari kitab Minhajul Qashidin sekaligus sari
> pati dari kitab Ihya Ulumuddin. Sebab, bila seseorang mempelajari
> langsung kitab Ihya Ulumuddin, dikhawatirkan akan tersesat dalam
> perjalanan.
Para ulama menyebutkan kekurangan-kekurangan kitab ini
> seperti disebutkan diatas bahwa kitab ini banyak mengandung
> penyimpangan, terutama melandaskan kepada riwayat-riwayat palsu, dan
> tidak jarang juga riwayat dha'if (lemah).

>
> Upaya lain yang dilakukan ulama lainnya dalam menjernihkan kitab
> Ihya' adalah seperti koreksi yang dilakukan oleh Imam Aliraqi,
> seorang imam ahli hadist yang juga merupakan guru dari Ibnu Hajar.
> Hasil koreksian ini kemudian dibukukan dalam sebuah kitab yang
> berjudul Ithafus Saadah.
>
> Ada sebagian ulama yang secara ekstrem menyesatkan kitab Ihya' ini,
> salahsatunya seperti yang diposting oleh pak Iwan. Komentar seperti
> ini bukanlah "penemuan baru", sebelumnya saya juga pernah temukan
> dibeberapa buku yg saya baca. Namun bagi kita, lebih baik untuk
> tidak ikut-ikutan untuk menyatakan sesat dan menyesatkan, melainkan
> kita harus lebih berhati-hati saja bila membaca kitab ini begitu
> juga terhadap kitab2 lainnya, terutama bila kita membacanya tanpa
> bimbingan seorang guru yang benar2 mumpuni keilmuannya.
>
> Wallahu a'lam
>




__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke