Jadi gatel nih,

Kang RIdwan...

Yang disampaikan kang Wandy itu insya Alloh adalah sebuah kebenaran, walaupun kita tidak senang dengannya, kebenaran itu haruslah kita pegang erat. Adat istiadat yang satu ini memang telah menyalahi berbagai hukum dalam Islam seperti;
1. Memberi makan para tamu pelayat (baca: peserta tahlilan), dibeberapa tempat bahkan menjadi sebuah kebiasaan untuk para pelayat ini menerima amplop berisi uang sepuluh/ dua puluh ribuan. Padahal yang diperintahkan Rosul adalah Pelayat yang memberikan makanan atau bantuan lainya. Dampak negative nya adalah keluarga yang sudah tertimpa musibah, semakin diberatkan dengan keharusan menyediakan segala macam untuk pelayat
2. Mencontoh adat istiadat nenek moyang, padahal kita hanya diperintahkan untuk mengikuti ibadah yang dicontohkan Rosul.

Lalu setelah kita mengetahu bahwa ini adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Alloh dan Rosul Nya apakah kita tetap mengamalkannya?... Apakah kita akan tetap dengan adat istiadat nenek moyang ataukah kita pindah kepada ajaran Rosul yang sesungguhnya?... it's really up to you...

Salam
Ari

At 02:42 PM 7/17/2006, you wrote:
kepada yang ingin melakukan tahlil atas kematian dari salah satu anggota
keluarganya, maka lakukanlah dengan niat lillahi ta'ala dan jangan dianggap
sebagai syariat agama tetapi hanya sebuah budaya yang bersifat mubah, dan
pula tahlilan dengan niat seperti itu tidak mengantarkan kepada perbuatan
syirik, namun begitu bagi keluarga yang terkena musibah terasa sekali
ketenangan bathin dengan diadakannya tahlil, dan bagi kerabatnya maka bisa
membantu untuk membuatkan makanan, sebagaimana hadits Rosul SAW,
..Ketika datang khabar bahwa Ja'far telah terbunuh, Rasulullah SAW bersabda:
"Bikinkanlah makanan untuk keluarga Ja'far karena telah datang kepada mereka
hal yang menyibukkan mereka" (HR Asy-Syafi'i dan
Ahmad).

atas fatwa-2 yang disebutkan maka perlu diteliti kembali keutuhan fatwa tsb
karena biasanya yang anti tahlil akan mengambil tulisan fatwa yang mendukung
pendapatnya, padahal kalau fatwa tsb dilihat secara keseluruhan maka bisa
diketahui maksud yang sebenarnya.

wassalam


----- Original Message -----
From: "wandysulastra" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <keluarga-islam@yahoogroups.com>
Sent: Monday, July 17, 2006 1:58 PM
Subject: [keluarga-islam] Re: Bagaimana mengagungkan Rasulullah?==Masalah
Hukum


> Untuk amalan yang tadinya dianjurkan namun karena dikaitkan dengan
> acara tertentu dapat berubah menjadi bid'ah, kita ambil saja
> contohnya tahlilan kematian. Berikut ringkasan penjelasan mengenai
> contoh itu:
>
> BAGAIMANA MENYIKAPI TAHLILAN?
>
> SUMBER : PUSAT KONSULTASI SYARIAH
> KONSULTAN AHLI : Dr. Salim Segaf Al-Jufri, MA, Dr. Surahman Hidayat,
> MA, Dr.Muslih Abdul Kariem, MA,   Dr. Ahzami Samiun Jazuli, MA, Dr.
> Daud Rasyid,MA, KH. Yusuf Supendi, Lc
>
>
> I. PENDAHULUAN
>
> Dakwah yang mengajak manusia kepada Allah SWT membutuhkan sikap
> lemah lembut dan tegas, karena yang dihadapi seorang da'i adalah
> berbagai lapisan masyarakat. Jika dakwah dilakukan terlalu kasar,
> maka mereka tidak akan menerima dan bahkan lari darinya. Dalam
> masyarakat terjadi beberapa KESALAHAN dan KEMUNGKARAN, namun
> dianggap suatu ajaran agama, antara lain:
> upacara perkawinan, acara tujuh bulanan, upacara kematian, dan lain
> sebagainya. Dalam kesempatan ini Pusat Konsultasi Syari'ah ingin
> memberikan penjelasan hal-hal yang berkaitan dengan upacara
> kematian, tegasnya masalah hukum tahlilan dan hal-hal yang terkait
> dengannya.
>
> II. WAKTU PELAKSANAAN TAHLILAN
>
> Tahlilan atau upacara selamatan untuk orang yang telah meninggal,
> biasanya dilakukan pada hari pertama kematian sampai dgn hari
> ketujuh, selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, ke-satu
> tahun pertama, kedua, ketiga dst. Dan ada juga yang melakukan pada
> hari ke-1000. Dalam upacara dihari-hari tersebut, keluarga si mayyit
> mengundang orang untuk membaca beberapa ayat dan surat Al-Quran,
> tahlil, tasbih, tahmid, shalawat dan do'a. Pahala bacaan Al-Quran
> dan dzikir tersebut dihadiahkan kepada si mayyit.
>
> Menurut penyelidikan para ahli, upacara tersebut diadopsi oleh para
> da'i terdahulu dari upacara kepercayaan Animisme, agama Budha dan
> Hindu. Menurut kepercayaan Animisme, Hinduisme dan Budhisme bila
> seseorang meninggal dunia maka ruhnya akan datang kerumah pada malam
> hari mengunjungi keluarganya. Jika dalam rumah tadi tidak ada orang
> ramai yang berkumpul-kumpul dan mengadakan upacara-upacara sesaji,
> seperti membakar kemenyan, dan sesaji terhadap yang ghaib atau ruh-
> ruh ghaib, maka ruh orang mati tadi akan marah dan masuk (sumerup)
> ke dalam jasad orang yang masih hidup dari keluarga si mati. Maka
> untuk itu semalaman para tetangga dan kawan-kawan atau masyarakat
> tidak tidur, membaca mantera-mantera atau sekedar kumpul-kumpul. Hal
> semacam itu dilakukan pada malam pertama kematian, selanjutnya malam
> ketiga, ketujuh, ke-100, satu tahun, dua tahun dan malam ke-1000.
>
> Setelah orang-orang yang mempunyai kepercayaan tersebut masuk Islam,
> mereka tetap melakukan upacara-upacara tersebut. Sebagai LANGKAH
> AWAL, para da'i terdahulu tidak memberantasnya, tetapi mengalihkan
> dari upacara yang bersifat Hindu dan Budha itu menjadi upacara yang
> bernafaskan Islam. Sesaji diganti dengan nasi dan lauk-pauk untuk
> shodaqoh. Mantera digantikan dengan dzikir, do'a dan bacaan-bacaan
> Al-Quran. Upacara semacam ini kemudian dianamakan Tahlilan yang
> sekarang telah membudaya pada sebagian besar
> masyarakat.
>
>
> III. MENYEDIAKAN MAKANAN
>
> Dalam acara Tahlilan, keluarga mayyit biasanya menyediakan makanan
> untuk orang-orang yang datang pada upacara tersebut sebagai sedekah.
> Padahal Nabi Muhammad SAW memerintahkan supaya para tetangga memberi
> atau menyediakan makanan kepada keluarga mayyit. Para tetangga,
> sanak famili, dan handai taulan supaya datang ikut bela sungkawa
> dengan membawa sesuatu untuk penyelenggaraan jenazah atau membawa
> makanan untuk keluarga yang dilanda musibah.
>
> Ketika datang khabar bahwa Ja'far telah terbunuh, Rasulullah SAW
> bersabda:
> "Bikinkanlah makanan untuk keluarga Ja'far karena telah datang
> kepada mereka hal yang menyibukkan mereka" (HR Asy-Syafi'i dan
> Ahmad).
>
> Jadi yang menyediakan makanan adalah tetangga untuk keluarga yang
> kena musibah kematian, bukan yang terkena musibah menyediakan
> makanan buat orang yang datang. Dan hadits lain menerangkan bahwa
> menghidangkan makanan dalam upacara kematian adalah termasuk meratap
> yang dilarang oleh agama sebagaimana hadits yang diriwayatkan imam
> Ahmad dari Jabir bin Abdullah Al Bajali dengan sanad yang
> shohih: "Adalah kami (para sahabat) menganggap bahwa berkumpul di
> rumah ahli mayyit dan mereka menyediakan makanan sesudah mayyit
> dimakamkan adalah termasuk perbuatan meratap".
>
> Riwayat lain menerangkan: Bahwa Jarir datang kepada Umar ra, lalu
> Umar bertanya:"Adakah mayyit kalian diratapi?" Dia menjawab: Tidak,
> lalu bertanya juga: "Adakah orang-orang berkumpul di keluarga mayyit
> dan membuat makanan?"
> Dia menjawab: ya, maka Umar berkata: "Yang demikian adalah ratapan".
> (Al Mugni Ibnu Qudamah zuz 2 hal 43). Diterangkan dalam
> kitab 'Ianatu Thalibin jilid 2 hal 145-146 , bahwa fatwa-fatwa dari
> mufti-mufti Mekah dari 4 Madzhab menerangkan bahwa perbuatan
> perbuatan itu adalah munkar:
>
> 1. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, mufti MADZHAB SYAFI'I:
> "Ya, perbuatan yang dilakukan oleh beberapa orang berkumpul di rumah
> orang yang kena musibah kematian dan menyediakan makanan adalah
> perbuatan bid'ah munkarah dan penguasa yang mencegahnya akan
> mendapatkan pahala".
>
> 2. Fatwa dari Mufti Madzhab Hanafi:
> "Ya, penguasa akan diberi pahala karena melarang manusia dari
> perbuatan bid'ah"
>
> 3. Fatwa Madzhab Maliki dan Hambali:
> "Telah menjawab seperti kedua jawaban di atas mufti Madzhab Maliki
> dan Mufti Madzhab Hambali"
>
> Dengan demikian jelaslah bahwa berkumpul di rumah ahli mayyit dan
> makan-minum yang disediakan oleh keluarga mayyit adalah perbuatan
> MUNKAR yang harus dihindari.
>
> ------
>
> Dari contoh keterangan diatas kita dapat melihat, bahwa tahlilan
> khusus kematian sebenarnya adalah suatu acara yang diadopsi dari
> ajaran Animisme, agama Budha dan Hindu. Tidak ada riwayat yang
> menunjukan bahwa Rasulullah dan para sahabat pernah melakukan acara
> tersebut. Tahlilan yang tadinya dianjurkan namun jika dilakukan pada
> acara dan tempat yang salah, maka dapat menjadi perbuatan yang
> dilarang / bid'ah. Bukan tahlil atau membaca al-qurannya yang
> bid'ah, karena keduanya adalah perbuatan yang memiliki dasar hukum
> dalam syariat. Tapi berkumpul yang kemudian biasanya disertai  makan-
> minum di rumah ahli mayyitnya-lah yang menjadi masalah.
>
> Wassalam
>
>
> --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "dodindra" <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> >
> > Ass.Wr.Wb.
> --- cut ----
> > Ulasan Bang Wandy ini bagus untuk bahasan :
> >
> > "Bagaimana dengan tahlil dan yasinan? Tahlil dan membaca yasin (Al-
> > Quran) adalah dua bentuk ibadah yang dianjurkan. Lantas bagaimana
> > jika kedua bentuk ibadah ini dikaitkan dengan acara tertentu dan
> > diyakini sebagai syariat (baru)? Jika tidak ada dalil yang
> > menunjukkan akan hal tersebut, inilah yang dinamakan bid'ah..."
> >
> > Disini akan bermakna dan bermanfaat jika Bang Wandy mau menjelaskan
> > apa yang dimaksud : "Dikaitkan dengan acara tertentu dan diyakini
> > sebagai syariat (baru)?"
> > * Acara apakah itu? Syariat (baru)apakah itu ? Dalil tahlil, baca
> > Yasiin, atau apa maksudnya kok sampai menjadi bid'ah ?
> ---deleted----
>
>
>
>
>
>
>
>
> Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada
seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu
pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang
membutuhkan.
> Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang
yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu
sebatas yang engkau mampu.
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/wDNolB/TM
--------------------------------------------------------------------~->

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 
__._,_.___

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.





YAHOO! GROUPS LINKS




__,_._,___

Kirim email ke