dia itu lahir di najd, dan banyak hadits nabi saw dimana beliau   tak mau 
mendoakan  penduduk Najd,  ketika  Rasul saw  diminta mendoakan penduduk yaman 
beliau berkata : "wahai Allah  berkahilah Yaman kami dan Syam kami..", seorang 
berkata : dan pada Najd  kami wahai Rasulullah.., maka Rasul saw mengulang 
doanya : "wahai Allah  berkahilah Yaman kami dan Syam kami..", tanpa menyebut 
najd, setelah 3X  diulang permintaan itu dan rasul saw 3 X mengulang doa yg 
sama, lalu  beliau saw bersabda, "akan muncul kelak tanduk fitnah syaitan dari  
Najd..!" tahun 1111 hijriyah...
 anda ingin tahu sejara wahabi?, nih saya forward ya : 
  
   Menanggapi banyaknya permintaan  pembaca tentang sejarah berdirinya Wahabi 
maka kami berusaha memenuhi  permintaan itu sesuai dengan asal usul dan sejarah 
perkembangannya  semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan 
kitab-kitab  yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah 
 karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan  Mr. 
Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad  Zaini 
Dahlan, dan lain-lain. Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama  pendirinya, 
Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H /  1699 M). Asal mulanya 
dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah  dari satu negara ke negara 
lain dan diantara negara yang pernah  disinggahi adalah Baghdad, Iran, India 
dan Syam. Kemudian pada tahun  1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang 
orientalis Inggris  bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris 
di Timur  Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi
 Inggris untuk menyebarkan  ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil 
mendirikan sekte-sekte  bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti 
Ahmadiyah dan Baha’i.  Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam 
target program  kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi. 
Mulanya Muhammad bin  Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab 
Hanbali, bahkan  ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, 
begitu pula  guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai  
firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan  menyebarkan 
kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk  berhati-hati terhadapnya. 
Ternyata tidak berselang lama firasat itu  benar. Setelah hal itu terbukti 
ayahnya pun menentang dan memberi  peringatan khusus padanya. Bahkan kakak 
kandungnya, Sulaiman bin Abdul  Wahab, ulama’ besar dari madzhab Hanbali, 
menulis buku bantahan  kepadanya dengan judul As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi 
Alal Wahabiyah.  Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh 
Muhammad  bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat: 
“Wahai  Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari  
mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa 
 orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka  
ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak  bisa 
memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia  kau anggap 
kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham  (kelompok 
mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari  kelompok 
terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih  dekat dengan 
kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin”.
Sebagaimana  diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah 
kelompok  terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang menentang Rasul  
sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan  
orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang  telah 
dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam  kesesatan) dan kami 
masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu  seburuk-buruk tempat kembali 
(QS: An-Nisa 115)
Salah satu dari  ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah  
mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur,  maulid 
nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan  ahlussunnah wal 
jama’ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta  maulid, ditolak tanpa 
alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari  itu, justru berbalik 
mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun  sebelumnya, termasuk guru-gurunya 
sendiri.
Pada satu kesempatan  seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, “Berapa 
banyak Allah  membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?” Dengan segera 
dia  menjawab, “Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir  
malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah  dibebaskan 
dari awal sampai akhir Ramadhan” Lelaki itu bertanya lagi  “Kalau begitu 
pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah  tersebut, lalu siapakah 
kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut?  Dari manakah jumlah sebanyak 
itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa  hanya pengikutmu saja yang muslim.” 
Mendengar jawaban itu Ibn Abdil  Wahab pun terdiam seribu bahasa. Sekalipun 
demikian Muhammad bin Abdul  Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan 
guru-gurunya itu. 
Dengan  berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di  
sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim  banyak yang 
terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa  Dar’iyah, Muhammad 
bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri  dinasti Saudi, yang 
dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung  secara penuh dan 
memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya.  Ibn Saud sendiri sangat 
patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab.  Jika dia menyuruh untuk membunuh 
atau merampas harta seseorang dia  segera melaksanakannya dengan keyakinan 
bahwa kaum muslimin telah kafir  dan syirik selama 600 tahun lebih, dan 
membunuh orang musyrik dijamin  surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar  mempelajari sejarah 
nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab,  Aswad Al-Ansiy, Tulaihah 
Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan  mengaku nabi, ini tampak sekali 
ketika ia menyebut para pengikut dari  daerahnya dengan julukan Al-Anshar, 
sedangkan pengikutnya dari luar  daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang 
ingin menjadi  pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya 
kemudian  harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik,  
begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para  ulama’ 
besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal  tersebut dia 
diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung  dibunuh. Muhammad 
bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW  dengan dalih pemurnian 
akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya  melecehkan Nabi di hadapannya, 
sampai-sampai seorang pengikutnya  berkata : “Tongkatku ini masih lebih baik
 dari Muhammad, karena  tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, 
sedangkan Muhammad telah  mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. 
Muhammad bin Abdul Wahab  di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di 
hadapan umatnya.  Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin 
luas. Keduanya  bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru 
dalam  masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan  
sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul  Wahab 
lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802,  mereka menyerang 
Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi  Muhammad SAW, Husein bin Ali 
bin Abi Thalib. Karena makam tersebut  dianggap tempat munkar yang berpotensi 
syirik kepada Allah. Dua tahun  kemudian, mereka menyerang Madinah, 
menghancurkan kubah yang ada di  atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada 
di Hujrah Nabi Muhammad. 
Keberhasilan  menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, 
dan  merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian  
merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi  SAW, 
tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah  Sayyidatuna 
Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus  menghancurkan masjid-masjid 
dan tempat-tempat kaum solihin sambil  bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi 
tabuhan kendang. Mereka juga  mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka 
kencing di kubur kaum  solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan 
Mahmud II,  penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah 
prajuritnya  yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk  
melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali.  Gerakan 
Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud  bangkit kembali 
mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil 
 menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan  Turki 
akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini,  paham Wahabi 
mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini  pengaruh gerakan Wahabi 
bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan  dolar AS setiap tahun untuk 
menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya  Wahabi, dunia Islam tidak pernah 
tenang penuh dengan pergolakan  pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu 
menghalau pemikiran dan  pemahaman agama Sunni-Syafi’i yang sudah mapan.
Kekejaman dan  kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas 
makam  sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan  
Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan  
mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi  SAW 
dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan  menggunakan 
dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena  gencarnya desakan kaum 
Muslimin International maka dibangun  perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar 
tidak pernah menghargai  peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur 
Islam. Semula  AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad SAW 
dimakamkan  juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena 
ancaman  International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan  
mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi  manasik haji 
akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi  karena banyak yang
 menentangnya maka diurungkan.
Pengembangan kota  suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan 
situs-situs  sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi 
sejarah  Rasulullah SAW dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir  
dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW  terancam 
akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir. Sebelumnya,  rumah Rasulullah pun 
sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah  Rasulullah berulang-ulang 
menerima wahyu. Di tempat itu juga  putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah 
meninggal.
Islam dengan  tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil 
dalam  pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa  
mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami  Angawi, 
pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa  beberapa bangunan 
dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi  bangunan berumur 1.400 tahun 
Itu akan dibangun jalan menuju menara  tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah 
haji dan umrah.
“Saat ini  kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian  
bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,”  katanya 
kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan  bersejarah di Makkah 
dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir.  Bahkan sebagian besar 
bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak  Arab Saudi berdiri pada 1932. 
Hal tersebut berhubungan dengan maklumat  yang dikeluarkan Dewan Keagamaan 
Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam  maklumat tersebut tertulis, 
”Pelestarian bangunan bangunan bersejarah  berpotensi menggiring umat Muslim 
pada penyembahan berhala.”
Nasib  situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka  
banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul  SAW. 
Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala  Wahabi. 
Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli  purbakala) dari 
seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk  menggali 
peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum  jahiliyah maupun 
sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan  bangga mereka 
menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan  kemajuan yang luar biasa, 
tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan  bukti sejarah yang akan 
menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.
Gerakan  wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka 
 menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup  besar. 
Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan  mereka dengan 
tuduhan kafir, syirik dan ahli bid’ah. Itulah ucapan yang  selalu didengungkan 
di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui  jasa para ulama Islam manapun 
kecuali kelompok mereka sendiri. Di  negeri kita ini mereka menaruh dendam dan 
kebencian mendalam kepada  para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan 
penduduk negeri ini.
Mereka  mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan  
Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri  ini. 
Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya?  Mempertahankan 
yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal  mampu, apalagi mau menambah 
10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya  mengkafirkan orang-orang yang 
dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT.  Jika bukan karena Rahmat Allah yang 
mentakdirkan para Wali Songo untuk  berdakwah ke negeri kita ini, tentu 
orang-orang yang menjadi corong  kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan 
animisme, penyembah  berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).
Oleh karena  itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham 
yang  hanya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka berdalih  
mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang  selamat 
dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah  menorehkan catatan 
hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di  Makkah dan Madinah serta 
daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang  dinamakan Saudi). Tidakkah anda 
ketahui bahwa yang terbantai waktu itu  terdiri dari para ulama yang sholeh dan 
alim, bahkan anak-anak serta  balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. 
Tragedi berdarah ini  terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan 
dengan dalih  memberantas bid’ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah 
suatu  nama bid’ah? Karena nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu  
keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Sa’ud.
Sungguh  Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam  
beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam  memberitakan 
sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini  adalah shahih, 
sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI &  MUSLIM dan lainnya. 
Diantaranya: “Fitnah itu datangnya dari sana,  fitnah itu datangnya dari arah 
sana,” sambil menunjuk ke arah timur  (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)
“Akan keluar dari arah  timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun 
tidak sampai  melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka 
keluar dari  agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan 
bisa  kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya,  
tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul).” (HR Bukho-ri no 7123, Juz  6 hal 
20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu  Daud, dan Ibnu 
Hibban
Nabi SAW pernah berdo’a: “Ya Allah, berikan  kami berkah dalam negara Syam dan 
Yaman,” Para sahabat berkata: Dan  dari Najed, wahai Rasulullah, beliau 
berdo’a: Ya Allah, berikan kami  berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada 
yang ketiga kalinya beliau  SAW bersabda: “Di sana (Najed) akan ada keguncangan 
fitnah serta di  sana pula akan muncul tanduk syaitan.”, Dalam riwayat lain dua 
tanduk  syaitan.
Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda  mereka adalah 
bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang  jelas ditujukan kepada 
para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena  dia telah memerintahkan setiap 
pengikutnya mencukur rambut kepalanya  hingga mereka yang mengikuti tidak 
diperbolehkan berpaling dari  majlisnya sebelum bercukur gundul. Hal seperti 
ini tidak pernah terjadi  pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya. Seperti 
yang telah dikatakan  oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal: “Tidak perlu kita 
menulis buku untuk  menolak Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup 
ditolak oleh  hadits-hadits Rasulullah SAW itu sendiri yang telah menegaskan 
bahwa  tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid’ah  
sebelumnya tidak pernah berbuat demikian”. Al-Allamah Sayyid AIwi bin  Ahmad 
bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam  kitabnya Jala’udz 
Dzolam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin  Abdul Muthalib dari
 Nabi SAW: “Akan keluar di abad kedua belas nanti di  lembah BANY HANIFAH 
seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi  jantan (sombong), lidahnya 
selalu menjilat bibirnya yang besar, pada  zaman itu banyak terjadi kekacauan, 
mereka menghalalkan harta kaum  muslimin, diambil untuk berdagang dan 
menghalalkan darah kaum  muslimin…” AI-Hadits.
BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah  Al-Kadzdzab dan Muhammad bin 
Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid  AIwi menyebutkan bahwa orang yang 
tertipu ini tiada lain ialah Muhammad  bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda 
Nabi SAW yang mengisyaratkan  bahwa akan ada keguncangan dari arah timur 
(Najed) dan dua tanduk  setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud 
dengan dua tanduk  setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan 
Muhammad Ibn  Abdil Wahab.
Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H /  1792 M, seorang ulama’ 
mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: “Ba daa  halaakul khobiits” (Telah 
nyata kebinasaan Orang yang Keji) (Masun Said  Alwy)

Diambil dari rubrik Bayan, majalah bulanan Cahaya Nabawiy No. 33 Th. III 
Sya’ban 1426 H / September 2005 M 
Wassalamu’alaikum wr wb
Anto Sulistianto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                                     
             
Mau  tanya Boss, bukankah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab itu baru lahir  
tahun sekitar 1100 Hijriyah ? Bagaimana mungkin Nabi Muhammad mau  memusuhi 
mereka ?Wong saat itu udah lama sekali Nabi Muhammad  wafat. Kalaupun yg 
dimaksud Rasulullah saat itu setahu saya adalah kaum  Khowarij. So, apakah 
maksud anda Wahabi itu sama dengan Khowarij ? Bisa  anda jelaskan gimana 
relevansinya...? Tentunya dgn analisis yg  ilmiah sesuai data yg valid, bukan 
sekedar asal tuduh membabi buta..  Biar diskusi ini sehat, gitu loh....;-)

   
  Wassalam,
  Anto

  ----- Original Message ----
From: bos gila <[EMAIL PROTECTED]>
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Thursday, November 30, 2006 12:05:39 AM
Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Ibnu Taimiyyah dan Majelis Dzikir

    karena Rasul saw pernah menggambarkan orang wahabiy yg berjenggot 
serabutan!, dan Rasul saw ingin memerangi mereka!,

yaitu orang orang yg banyak hafal alqur'an tapi bisanya melaknat orang orang 
muslim..

jenggot adalah sunnah, namun rapi, bukan serabutan seperti setan
  
  

---------------------------------
  Check out the all-new Yahoo! Mail beta - Fire up a more powerful email and 
get things done faster.  


  



      
---------------------------------
Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.
      
                                    

 
---------------------------------
Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.

Kirim email ke