wahabi bukan ahlussunnah, die punya ajaran ndiri..

wandysulastra <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                                        
          Mmmmhhh.. Apa Ust Ahmad Sarwat dari Eramuslim ini juga wahabi?
  
  ---
  
  Apakah Wahabi itu? Apakah Termasuk Ahlulsunnah?
  Publikasi: 26/09/2005 10:26 WIB
  
  http://www.eramuslim.com/ks/us/59/21172,1,v.html
  
  Asslamualaikum wr. wb.
  
  Saya selalu mengikuti kolom ustadz menjawab ini, semoga ustadz
  mendapatkan keberkahan dan pahala, amien.
  
  Ustadz ini adalah pertanyaan saya yang ke 4, alaupun tak satupun 
  belum dapat balasan, namun saya tidak bosan untuk bertanya.
  
  Pertanyaan saya adalah, apa itu wahabi? Apakah iyanyanya termasuk
  ahlulsunnah? Kalau pengikut wahabi dinisbatkan kepada Syeikh Muhammad
  bin Abdul Wahab, kenapa pengikutnya tidak dikatakan
  Muhammadi/Muhammadiyah?
  
  Tolong ustadz jelaskan apa manhajnya, karena terdapat penafsiran yang
  berbeda-beda di masyarakat tentang wahabi ini.
  
  Saya pernah mendengar di stasiun TV nasional sewaktu raja Fahd
  meninggal, reporter tersebut mengatakan, "Kuburan raja Fahd
  dirahasiakan, karena menurut pengikut wahabi berziarah kubur adalah
  sesuatu yang diharamkan." Apakah benar demikian menurut pemahaman
  Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab?
  
  Sebelumnya saya ucapkan terima kasih. Semoga ustadz diberi pahala dan
  keberkahan, amien.
  
  Sayid Syafrizal
  
  Jawaban:
  
  Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
  Al-hamdulillah, wash-shalatu wassalamu 'ala rasulillah, wa ba'du
  
  Sebelumnya, kami mohon maaf apabila pertanyaan anda yang sudah empat
  kali itu baru bisa terjawab pada hari ini. Dan kami ucapkan
  terimakasih atas kesabaran anda.
  
  Istilah wahabi sebenarnya bukan istilah baku dalam literatur Islam.
  Dan penisbahan istilah wahabi kepada sebagian umat Islam pun kurang
  objektif. Meski istilah `wahabi` bila kita runut dari asal, memang
  mengacu kepada tokoh ulama besar di tanah Arab yang bernama lengkap
  Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi Al-Najdi (1115-1206 H atau
  1703-1791 M). Namun para pendukung dakwah beliau umumnya menolak bila
  dikatakan bahwa gerakan mereka adalah gerakan wahabiyah. Justru 
  mereka
  lebih sering menggunakan istilah ahlisunnah wal jamaah atau dakwah
  salafiyah.
  
  Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir di 'Uyainah dan belajar Islam
  dalam mazhab Hanbali. Beliau telah menghafal Al-Qur'an sejak usia 10
  tahun. Dakwah beliau banyak disambut ketika beliau datang di 
  Dar`iyah,
  bahkan beliau dijadikan guru dan dimuliakan oleh penguasa setempat
  saat yaitu pangeran (amir) Muhammad bin Su`ud yang berkuasa 1139-
  1179.
  Oleh amir, dakwah beliau ditegakkan dan akhirnya menjadi semacam
  gerakan nasional di seluruh wilayah Saudi Arabia hingga hari ini.
  
  Pokok ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab
  
  Sosok Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi pelopor gerakan ishlah
  (reformasi). Sosok beliau muncul menjelang masa-masa kemunduran dan
  kebekuan berpikir pemikiran dunia Islam, yaitu sekitar 3 abad yang
  lampau atau tepatnya pada abad ke-12 hijriyah. Dakwah ini menyerukan
  agar aqidah Islam dikembalikan kepada pemurnian arti tauhid dari
  syirik dengan segala manifestasinya.
  
  Sementara fenomena umat saat itu sungguh memilukan. Mereka telah
  menjadikan kuburan menjadi tempat pemujaan dan meminta kepada selain
  Allah. Kemusyrikan telah merajalela dan merata di hampir semua 
  penjuru
  negeri. Bid`ah, khurafat dan takhayyul menjadi makanan sehari-hari.
  Dukun berkeliaran ke sana ke mari, ramalan-ramalan dari syetan sangat
  digemari, sihir menjadi aktifitas umat, ilmu ghaib seolah menjadi
  alternatif untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan 
  umat
  Islam.
  
  Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab saat itu bangkit mengajak dunia 
  Islam
  untuk sadar atas kebobrokan aqidah ini. Beliau menulis beberapa
  risalah untuk menyadarkan masyarakat dari kesalahannya. Salah satunya
  adalah kitabut-tauhid, yang hingga kini masih menjadi rujukan banyak
  ulama di bidang aqidah.
  
  Dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab ini kemudian melahirkan
  gerakan umat yang aktif menumpas segala bentuk khurafat, syirik,
  bid`ah dan beragam hal yang menyeleweng dari ajaran Islam yang asli.
  Mereka melarang membangun bangunan di atas kuburan, juga mengharamkan
  untuk menyelimuti kuburan atau memasang lampu di dalamnya. Mereka 
  juga
  melarang orang meminta kepada kuburan, orang yang sudah mati, dukun,
  peramal, tukang sihir dan tukang teluh. Mereka juga melarang tawassul
  dengan menyebut nama orang shaleh seperti kalimat bi jaahirrasul atau
  keramatnya syeikh Fulan dan Fulan.
  
  Dakwah beliau lebih tepat dikatakan sebagai dakwah salafiyah. Dakwah
  ini telah membangun umat Islam di bidang aqidah yang telah lama jumud
  (beku) akibat kemunduran aqidah umat. Dakwah beliau sangat
  memperhatikan pengajaran dan pendidikan umum serta merangsang para
  ulama dan tokoh untuk kembali membuka literatur kepada buku induk dan
  maraji` yang mu`tabar, sebelum menerima sebuah pemikiran.
  
  Sebenarnya mereka tidak pernah mengharamkan taqlid, namun meminta 
  agar
  umat ini mau lebih jauh meneliti dan merujuk kembali kepada nash-nash
  dan dalil dari Kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW serta pendapat
  para ulama salafus shalih.
  
  Di antara tokokh ulama salaf yang paling sering mereka jadikan 
  rujukan
  adalah:
  
  a. Imam Ahmad ibn Hanbal (164-241 H)
  b. Ibnu Taimiyah (661-728 H)
  c. Muhammad Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (6691-751H)
  
  Oleh banyak kalangan, gerakan ini dianggap sebagai pelopor 
  kebangkitan
  pemikiran di dunia Islam, antara lain gerakan Mahdiyah, Sanusiyah, 
  Pan
  Islamisme-nya Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir dan
  gerakan lainnya di benua India. Paling tidak, masa hidup Muhammad bin
  Adbul Wahhab lebih dahulu dari mereka semua. Dalam penjulukan yang
  kurang tepat, gerakan ini sering dijuluki dengan wahabi. Namun 
  istilah
  ini tidak pernah diterima oleh mereka yang ikut mengembangkan dakwah
  salafiyah.
  
  Demikian sekelumit tentang gerakan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
  Maka dengan demikian, sesungguhnya dakwah ini juga dakwah ahlisunnah
  wal jamaah. Sebab tetap berpegang kepada sunnah Rasulullah SAW dan
  juga para jamaah (shahabat ridhwanullahi 'alaihim).
  
  Para pendiri dakwah ini umunya bermazhab fiqih dengan mazhab
  Al-Hanabilah, jadi tidak benar kalau dikatakan mereka anti mazhab.
  Namun memang mereka tidak selalu terikat dengan mazhab tersebut dalam
  fatwa-fatwanya. Terutama bila mereka menemukan dalil yang lebih 
  rajih.
  Oleh karena itu dakwah merka sering disebut La Mazhabiyyah, namun
  sebenarnya lebih kepada masalah ushul, sedangkan masalah furu`nya,
  mereka tetap pada mazhab Al-Hanabilah.
  
  Dakwah ini jelas-jelas sebuah dakwah ahlisunnah wal jamaah serta
  berpegang teguh dengannya. Mereka menyeru kepada pemurnian tauhid
  dengan menuntut umat agar mengembalikan kepada apa yang dipahami oleh
  umat Islam generasi pertama.
  
  Sedangkan bila dikatakan bahwa dakwah ini mengharamkan ziarah kubur,
  sebenarnya tidak juga. Sebab mereka pun mengakui bahwa ziarah kubur
  itu ada masyru'iyahnya dari syariat Islam.
  
  Dahulu Aku (Rasulullah SAW) melarang kalian ziarah kubur, namun
  sekarang silahkan berziarah kubur. (HR Muslim dan merupakan hadits
  Shahih dan terdapat dalam syarah imam Nawawi)
  
  Hanya saja mereka agak lebih berhati-hati, agar jangan sampai niat
  ziarah yang baik itu dirusak dengan praktek-praktek yang diharamkan.
  Seperti meminta doa dari ahli kubur, meminta keberkahan, minta
  diselamatkan, minta dilindungi, minta jodoh, rizqi dan sebagainya.
  Sebenarnya praktek seperti inilah yang mereka takutkan. Dan memang
  praktek seperti ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Sebab tempat
  meminta itu hanya kepada Allah SWT saja, bukan kepada kuburan.
  
  Wallahu a'lam bish-shawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa 
  barakatuh
  Ahmad Sarwat, Lc.
  
  
      
                                    

 
---------------------------------
Any questions?  Get answers on any topic at Yahoo! Answers. Try it now.

Kirim email ke