Pak Dodi, mungkin anta kurang teliti menyimak milis ini. setahu saya postingan hadist yang dikatakan dajjal oleh pak Abu Yahya itu ada yang mengawali dulu. jadi bukan pak Abu Yahya dia hanya membantah dengan hujjah. atau bagaimana?
Kemudian tentang pemahaman terhadap ayat al-Qur'an sudah menjadi kebiasaan ulama salaf dan sekarang untuk merujuk pada tafsir ayat tersebut terlebih dahulu. adalah sesuatu yang aneh sekiranya ilmu tafsir yang diajarkan diseluruh level pendidikan islam anta kesampingkan dengan alasan tidak semuanya sesuai dengan jaman sekarang. lalu anta bilang tafsiran selalu disempitkan ke peristiwa turunnya. ini yang anta kurang obyektif, siapa yang ingin menyempitkan makna alqur'an kalau kita sendiri? ana hanya sodorkan kepada anta nih loh pertama harus kita lihat tafsirannya dulu jangan mendahului tafsir yang sudah ada. kalau lantas anta mau berkreasi dengan tafsiran lain itu hak anta. ana merasa tidak pantas melakukan tafsiran2 versi ana untuk hal itu makanya ana lebih percaya kepada tafsiran ayat-ayat berdasarkan ulama ahli tafsir. anta bilang sendiri peristiwa2 jaman Nabi mungkin tidak terjadi sekarang...oo..siapa bilang. anta lupa kasus yang belakangan hangat. yaitu poligami, hukumnya halal dan boleh namun belakangan banyak orang islam yang mengharamkan atau melarang (persis toh dengan yang anta sodorkan surat al-maidah 87). anta gak lupa kan? ini bukti repetisi generasi salaf yang sedang dibombardir oleh manusia yang gak beraqidah salaf yang mengaku-ngaku islam dan pembela ham dan hak asasi wanita. Jadi tidak boleh kita menafikan masa Nabi tidak akan berulang di jaman sekarang. fisiknya ya, namun hakikatnya bisa berulang. ana ulangi bahwa tafsiran surat al-maidah 87 dan at-tahrim 1 tadi sangat jelas tidak ada hubungannya dengan penghalalan maulid. kalau anta menanyakan dalil pelarangannya sungguh aneh akh..padahal maulid di dalamnya diyakini ada unsur2 ibadah. kembali lagi bahwa kaedah ibadah adalah tauqifiyah, boleh jika ada perintah. dalilnya: man 'amila 'amalan laysa 'alaihi amruna fa huwa roddhun barangsiapa yang melakukan suatu amal yang tidak ada perintah dari kami terhadapnya maka ia tertolak.(Muslim) jadi semua amal ibadah itu berlandaskan perintah. bukan berlandaskan larangan,..kayaknya sudah sering dibahas disini. afwan...silahkan dilanjut.. --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "dodindra" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ass Wr Wb > > OOooooo, yang dimaksud itu tho ? Lha, karena saya kutip dari tulisan > Om Abu Yahya berjudul Perkataan dusta (dajjal) seputar MAULID dan > bantahannya , maka mari kita tanya ramai-ramai pada Om Abu Yahya... > Bukankah beliau telah menyampaikan rujukannya (Lihat *an-Nikmatul > Kubro 'Alal'Alami *oleh Al Imam 'Alim Al 'Alamah Shabuddin Ahmad ibnu > Hajar Al Haitami Asy Syafie hal. 7) ? > > Mari, yang punya kitab tersebut untuk membuka dan menyampaikan di > milis ini, biar jelas,halo Om Abu Yahya ? atau Om Fatih gak percaya > ama Imam Ibnu Hajar ini ? Bukankah beliau sering jadi rujukan kaum > Salafiyyah ? > > Om Fatih yang baik, mohon maaf....jika kita menafsirkan suatu ayat > atau Firman Alloh SWT selalu disempitkan ke peristiwa turunnya ayat > tersebut, wah.....apa jadinya ????? > Tentu Al Qur'an akan sulit kita jadikan rujukan, karena peristiwa-2 > dijaman Nabi, mungkin sudah tidak terjadi lagi dimasa kini. > Padahal, Al Qur'an sudah dijamin oleh Alloh SWT, pasti akan dapat > digunakan sebagai Petunjuk dan Pedoman Hidup Umat manusia hingga akhir > jaman. > > Bukankah sangat jelas isi ayat tersebut (QS Al Maidah ayat 87 dan At > Tahrim ayat 1), yaitu Larangan Mengharamkan atas apa-apa yang > Halal/Boleh dari Alloh ? > Kalaupun kita melihat Asbabul Nuzul ayat tersebut, adalah untuk lebih > memandang luas dan memahami latar belakang historisnya. Sedang isinya, > bisa digunakan untuk hal-hal yang sejenis, baik secara langsung sama > persis atau digunakan secara qiyyas, secara mahfum. > > kalau dipersempit hanya sesuai peristiwa turunnya, lalu bagaimana kita > menggunakan ayat-ayat yang isinya adalah kisah-kisah jaman sebelum > Nabi SAW ? tentulah selayaknya tidak demikian saja cara memaknai isi > kandungan Al Qur'an... > Tapi...yaaaa...., saya yang faqir ini mohon maaf, karena pemahaman > akan isi Al Qur'an, memang hanya hak Alloh SWT untuk dikaruniakan pada > hambaNYA yang dikehendakiNYA, tentu ada perbedaan diantara kita > terjadi karenaNYA jua...... > > Kembali ke Maulid Nabi SAW, tolong disampaikan hujah yang valit dan > tsiqoh YANG MELARANGnya ......kami tunggu ya Om Fatih, terima kasih... > Kalau yang membolehkan, baik dalil qiyyas maupun secara mahfum kan > udah dibahas, kalau Om Fatih ingin diulang ini : > > Dalil-dalil Al Qur'an sebagian diantaranya, Kang Ramdan pernah > menuliskannya: > > "Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia > meniggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali". (Qur'an surat > Maryam > ayat 15) > > QS Maryam ayat 33." Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, > pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku > dibangkitkan hidup kembali". > > Pada 2 ayat diatas, adalah Firman Alloh pada kita yang wajib diamini, > betapa Alloh memberikan selamat sejahtera atas kelahiran Nabi Yahya > AS, dan nabi Isa AS, demikian pula atas hari kematiannya, serta yang > ghoib, hari dibangkitkan kembali nanti. > > Untuk Nabi Muhammad SAW, yang merupakan manusia Agung pilihan Alloh, > jauh lebih utama tentunya, nah tahun kelahiran beliau, oleh Alloh SWT > diceritakan pada Al Qur'an dengan diturunkannya Surat Al Fiil. Hal ini > dirangkai dengan kejadian sejarah dalam Surat Al Buruuj. > Ashabul Ukhdud adalah isi pada Surat Al Buruuj, mempunyai hubungan > dengan kisah Ashabul Fiil pada Surat Al Fiil, dan Ashabul Fiil ini > berhubungan dengan Kelahiran Nabi Muhammad Rosululloh SAW. > > Nah, maksud Alloh diantaranya tentunya adalah untuk memulyakan > kelahiran RosulNYA tersebut, makanya Alloh mengabadikan tahun > kelahiran beliau dalam Al Qur'an pada Surat Al Fiil tersebut. > > QS Al A'rof ayat 157 : > "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang > (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di > sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang > mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka > segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan > membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada > mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, MEMULIAKANNYA, > menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya > (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." > > QS Al Hajj ayat 32 : > "Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa MENGAGUNGKAN > SYI'AR-SYI'AR ALLAH, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." > > Nah, 2 ayat FirmanNYA diatas adalah kejelasan dari perintah Alloh > untuk memuliakan Rosululloh SAW, dan mengagungkan syiar Alloh, Apakah > ada yang lebih besar syiar agama ini dibanding diri Rosululloh SAW ? > Artinya Diri Rasululloh ya semua yang berkaitan dengan Beliau SAW, > diantaranya adalah kelahiran Nabi SAW, jadi ini adalah bukti dari hati > yang bertakwa kepada Alloh SWT. > > jadi, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW guna syiar agama Alloh, > adalah hal yang terkandung dalam Al Qur'an, bukan BID'AH SAYYI'AH. > > Untuk Hadits,Om Naufal telah menuliskannya, salah satunya : > > Nabi saw. pernah ditanya tentang puasa pada hari senin. Beliau > menjawab, "Ia adalah hari saat aku dilahirkan dan mendapat wahyu." > (Shahih Muslim) > > Kira2 kenapa ya nabi berpuasa, jika hari kelahirannya dianggap hari > biasa aja dan bukan yang mempunyai arti tersendiri? > Tentulah kebaikan puasa Senin itu adalah salah satu amal yang > dianjurkan karena merupakan salah satu dari pengingat beliau, bahwa > beliau lahir pada hari Senin tersebut. > > Ada Hadits dari Siti Aisyah RA :"Sesungguhnya Rosululloh SAW perintah > kepada kamu semua untuk ibadah aqiqoh, bila anak laki-laki dengan dua > kambing dan bila anak perempuan dengan satu kambing " HR Imam Turmudzi > dalam Kitab Bulughul Mahrom. > > Dalam hadits ini, umat Islam diperintahkan melaksanakan aqiqoh anaknya > yang baru lahir, bila punya anak laki-laki dua ekor kambing dan bila > anak perempuan yang lahir dengan satu ekor kambing. > Hal ini pasti ada maknanya, yaitu mensyukuri anugrah Alloh ta'ala atas > kelahiran seorang anak. > > nah, kalau umatnya Nabi diperintah untuk mensyukuri kelahiran putranya > dengan cara demikian ,tentunya juga lebih PATUT jika kita mensyukuri > kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan cara, misalnya membaca Riwayat > Hidup beliau, atau membaca Al Qur'an, Pengajian, atau dengan > shodaqoh,santunan yatim piatu atau dengan cara yang lain yang membawa > barokah Syi'ar Agama tentunya. > > Demikianlah, sebagian sedikit yang saya sampaikan tentang Peringatan > Maulid Nabi Muhammad SAW ini secara Dalil Mahfum, masih banyak yang > lainnya namun cukup itu saja , tentunya, bagi yang mencintai beliau > dan mau memperingatinya , ya silahkan, yang tidak mau, ya tidak > apa-apa , silahkan saja dipilih sendiri.....yang pasti, janganlah > mengatakan bahwa Memperingati Maulid Nabi SAW tidak mempunyai dasar > Nash Al Qur'an dan Hadits, karena ada Nash untuk itu... > > > Sekarang,ayat dan hadits yang bunyinya MELARANG MERAYAKAN MAULID NABI > SAW tolong disampaikan oleh Om Fatih atau rekan lainnya yang tahu, > monggo ditunggu, giliran Om nih ...... > > Sekali lagi, mohon maaf kalau ada kesalahan, semoga Alloh mengampuni > saya, dan menolong kita untuk memperoleh pemahaman yang lurus, amiin. > Semoga Alloh menetapkan kita semua di siroothol mustaqiimNYA. Dan > mempersatukan kita dalam ISLAM. Amiin. > > Selamat menyambut Maulid Nabi, 12 Robiul'awal 1428H, > > Ya Nabi Salam Alaika > Ya Rosuul salam alaika > Ya Habiib salam alaika > Sholawatulloh alaika > wasalamualaykum wr.wb. > > dodi indra > yangfaqirdanbarubelajarhidup > > > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "al.fatih" <al.fatih@> wrote: > > > > Bukan hadits puasa Rasulullah Pak Dodi, hadits ini pun berkaitan > > dengan diangkatnya amalan seorang setiap hari senin dan Rasulullah > > menginginkan pada saat amalan diangkat beliau sedang berpuasa. Bukan > > dalil tentang maulid. > > > > Maksud pertanyaan saya adalah perihal rijal dan rawi dari hadits- > > hadits sahabat khulafaurrasyidin al-mahdiyin tentang maulid tadi. > > Karena mereka ini telah mendapat petunjuk dari Allah maka seandainya > > memang mereka berkata seperti itu maka siapa yang meriwayatkan > > hadits-hadits/atsar mereka ini? > > > > mengenai firman Allah ta'ala al-Maidah ayat 87 rasanya tidak tepat > > dijadikan dasar permasalahan ini. Mari kita lihat tafsir ayat > > tersebut. Ibnu Katsir rahimahullah berkata: > > > > `Ali bin Abi Talhah berkata bahwa Ibnu Abbas ra berkata ayat ini > > 5:87 diwahyukan berkenaan dengan beberapa sahabat Nabi yang > > berkata "Kita seharusnya memotong organ vital kita, meninggalkan > > keinginan dunia dan berkelana ke penjuru dunia seperti yang > > dikerjakan para rahib". Ketika Rasulullah mendengar perkataan > > mereka, beliau berpidato dan menanyakannya apakah mereka berkata > > seperti itu. Dan mereka (sahabat) menjawab "Ya". Kemudian Rasulullah > > bersabda > > > > > > «ÙÙÙÙÙ Ù٠أÙصÙÙÙ Ù ÙÙØ£ÙÙ٧طÙرÙØ > ÙÙØ£ÙصÙÙÙ ÙÙØ ÙÙØ£ÙÙÙا٠ÙØ ÙÙØ£ÙÙÙ§ÙÙØÙ > اÙÙÙ ÙسÙاءÙØ ÙÙÙ ÙÙÙ§ Ø£ÙØ®ÙØ°Ù > بÙسÙÙÙ ÙتÙÙ ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙØ > > ÙÙÙ ÙÙÙ§ ÙÙÙ Ù§ ÙÙأ٧خÙذ٧ بÙسÙÙÙ ÙتÙÙ > ÙÙÙÙÙ٧س٠٠ÙÙÙ ÙÙ» > > > > > > (Aku berpuasa dan juga berbuka, sholat dan juga tidur dan aku > > menikahi wanita. siapapun yang mengikuti sunnahku adalah golonganku > > dan siapa yang meninggalkan sunnahku bukan golonganku. Ibn Abi Hatim > > juga mengumpulkan hadits ini. Ibn Marduwyah mencatat bahwa al- 'Awfi > > berkata bahwa Ibnu Abbas menceritakan hadits yang serupa. Hadits ini > > diriwayatkan oleh dua kitab shahih bahwa Aisyah ra berkata bahwa > > beberapa orang sahabat Rasulullah SAW menanyakan kepada istri- istri > > Rasulullah SAW tentang ibadah apa saja yang dilakukan Rasulullah > > dalam kesendiriannya. Salah seorang dari mereka berkata, "Aku tidak > > akan makan", yang lain berkata,"Aku tidak akan menikahi wanita", > > yang ketiga berkata,"Aku tidak akan tidur". Ketika Rasulullah > > mendengar berita tersebut, beliau bersabda: > > > > > > «٠Ùا بÙاÙ٠أÙÙÙ§ÙÙا٠٠ÙÙÙÙÙÙÙ > Ø£ÙØÙدÙÙÙÙ Ù§ ÙÙØ°Ùا ÙÙÙÙØ°ÙØ§Ø ÙÙÙÙÙ ÙÙ > Ø£ÙصÙÙÙ Ù ÙÙØ£ÙÙ٧طÙرÙØ ÙÙØ£ÙÙÙا٠٠> ÙÙØ£ÙÙÙÙÙ ÙØ > > ÙÙØ¢ÙÙÙ٠اÙÙÙ ÙØÙ§Ù ÙØ ÙÙØ£ÙتÙزÙÙÙ Ùج٠> اÙÙÙ ÙسÙاءÙØ ÙÙÙ ÙÙÙ§ رÙغÙب٠عÙÙÙ§ > سÙÙÙ ÙتÙÙ ÙÙÙÙÙ٧س٠٠ÙÙÙ ÙÙ» > > > > > > "Mengapa kalian mengatakan begini dan begitu, aku berpuasa dan > > berbuka, tidur dan bangun untuk ibadah, aku makan dan menikahi > > wanita. Barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku bukan dari > > golonganku". > > > > Allah berfirman, "Dan janganlah kalian melampaui batas" maksudnya > > tidak berlebihan dan mempersulit dirimu sendiri dengan melarang apa- > > apa yang dibolehkan, jangan melebihi batas tetapi menggunakan > > sesuatu sebatas keperluan yang mencukupi dan hendaknya tidak > > terjatuh pada menghambur-hamburkan. Demikian sekelumit penjelasan > > ayat itu. > > > > Sedangkan surat at-Tahrim tentu anta tahu teguran itu berkaitan > > dengan pengharaman madu oleh Rasulullah SAW untuk menyenangkan hati > > para istri beliau. > > > > Dari dua ayat di atas dpt diketahui bahwa semua teguran dari Allah > > diawali dengan adanya sesuatu yang dihalalkan secara sharih. > > > > Dalam surat al-Maidah 87 sesuatu yang dihalalkan > > 1. Keinginan dunia > > 2. Hasrat terhadap wanita > > 3. Tidur/istirahat > > 4. Makan > > semuanya dihalalkan, kemudian muncul sekelompok sahabt mencoba > > meninggalkan semua itu lantaran ingin seperti Nabi SAW, namun oleh > > beliau dibantah dengan sebaliknya. Bahwa beliau pun melakukan semua > > yang disebutkan tadi. > > > > Dalam surat at-Tahrim ayat 1, sesuatu yang dihalalkan adalah MADU, > > kemudian Nabi SAW ingin menyenangkan hati para istrinya dengan > > mengharamkannya. Maka datanglah teguran dari Allah terhadap beliau. > > > > Sedangkan dalam hal maulid saya justru bertanya dibagian mana dari > > al-Qur'an, hadits, atau atsar sahabat yang menghalalkan dan > > membolehkan dilakukannya maulid? > > > > Kalau tiba-tiba kita tidak boleh melarang harusnya ada dalil yang > > lebih dahulu membolehkan bukan sebaliknya..begitu kan. > > > > > > > > > > > > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "dodindra" <dodindra@> > > wrote: > > > > > > Ass Wr Wb > > > > > > Om Fatih yang baik, saya pribadi bukan ahli soal Hadits, wong > > bahasa > > > Arab aja belum bisa betul.....yang saya ambil, adalah dari kitab > > > Kumpulan Hadits terjemahan. Kalau Om tahu, tolong saya dibantu... > > > > > > Apakah yang Om maksud hadits tentang Puasa hari Senin Rosululloh > > SAW? > > > Kalau ini kan ada pada kitab Shahih Bukhori dan Muslim... > > > > > > Nah, kalau yang Om maksudkan adalah masalah peringatan maulid Nabi > > > SAW, boleh gak saya minta tolong disampaikan NASH LARANGAN hal > > itu ? > > > > > > Kenapa begitu, karena firman Alloh SWT : QS Al Maidah ayat > > > > > > 087. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa- apa > > > yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu > > > melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang > > > melampaui batas. > > > > > > Juga QS At- Tahrim ayat : > > > > > > 01. Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah > > menghalalkannya > > > bagimu; > > > > > > Terima kasih ya Om Fatih, ditunggu ya, mohon maaf jika tulisan ini > > > tidak tepat yang Om maksud... > > > > > > wassalam, > > > dodi > > > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "al.fatih" <al.fatih@> > > wrote: > > > > > > > > Pak Dodi, > > > > > > > > saya sampai saat ini belum melihat adanya bukti sahabat utama > > Nabi > > > > merayakan maulid Nabi apalagi sampai Rasulullah sendiri > > merayakannya. > > > > Kalau al-Imam Haitsami mengutip perkataan sahabat utama tersebut > > > > tanpa dicantumkan rawi dan jalur sanad yang bersambung (marfu) > > > > sampai kepada sahabat utama tersebut seperti yang anta kutip di > > > > milis ini, maka apakah kita perlu mempercayainya. Ingat akh, > > > > perkataan Imam Malik, semua pendapat bisa tertolak kecuali > > pendapat > > > > Rasulullah. > > > > > > > > makanya silahkan cantumkan rijal hadits dari sahabat sampai > > kepada > > > > perawi hadits tsb. Kalau saya tidak salah al-Haitsami itu > > sejaman > > > > dengan Ibnu Taimiyah artinya telah lewat generasi imamul arba'ah > > > > telah lewat generasi imamul hadits. Padahal kitab-kitab studi > > kritis > > > > rawi dan sanad sudah ada semisal Tarikh al-Kabir-nya Imam > > Bukhori, > > > > al-jarhu wa ta'dil-nya Ibnu Abi Hatim dlsb. Jadi pasti ada yang > > > > meriwayatkan hadits-hadits tersebut bukan al-Haitsami sendiri > > tetapi > > > > beliau hanya mengutip dari para muhadits. > > > > =====deleted >