Bukannya pelit pak.. tapi saya hanya mengukur diri saja.. kalau bapak yakin
mampu menggantikan kewajiban shalat orang lain, wah.. salut deh buat bapak..
:)

Beramal ibadah itu sesuai dengan kemampuan, saya tidak bilang saya tidak mau
mendo'akan atau membantu orang lain... tapi karena yang dibahas masalah
shalat untuk orang lain yang notabene adalah kewajiban yang paling duluan di
tanya Allah nanti, wah saya rasa ini berat banget dan diluar kemampuan
saya..

Perlu ditelaah dikit nih, dalam hal mendo'akan orang lain kita kan tidak
mengantikan kewajiban orang lain toh.. justru itu mendoa'kan adalah hal yang
di syari'atkan per individu bukan?? hehehe... kayaknya bapak kurang nyambung
tuh...

Salam

On 4/4/08, Nashir Ahmad M. <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>    Kesannya Pelit Amat, he he he...
> Dalam dunia bisnis pemimikiran seperti tidak pernah bisa berhasil
> karena teori seperti ini menggunakan pemahaman Otak Kiri, bukan Otak
> Kanan, maaf ini dalam dunia bisnis.
>
> Kalau dicocok-cocokkan, maka kita pun takkan pernah mau menyumbang
> karena kita sendiri merasa belum cukup, tak mau pula menyelamatkan
> orang lain yg dalam bahaya, karena merasa dia sendiri belum tentu selamat.
> dan akhirnya tak mau mendoakan orang lain agar selamat, karena merasa
> dirinya belum tentu selamat.
> Jika kita pernah belajar ilmu grafitasi tarik-menarik, maka teorinya benar
> bahwa pada akhirnya tidak selamat karena dipenuhi pemikiran Tidak Selamat
> ataupun Psimis, namun itu teorinya belum tentu persis benar.
>
> Jika kita memberi maka kita akan menerima,
> Engkau Do`akan saudaramu, dengan sendirinya engkau di Do`akan orang lain,
> Alangkah indahnya hidup bersahaja seperti ini, dan benarlah Islam Itu
> adalah Rahmat bagi seluruh Alam, Dia bermanfaat bagi orang lain dan orang
> lainpun bermanfaat bagi dirinya.
>
> Semoga kelembutan hati senantiasa bersama kita.
>
> Salam,
>
> Nashir
>
>
>
> *Ummu Hanif <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
>  Assalamu'alaikum,
>
> Menurut saya sih, terlepas boleh atau tidaknya mentransfer
> pahala.. mungkin harus direnungkan dulu  apakah saya sendiri sudah kelebihan
> pahala sehingga lebih baik dibagi-bagi saja ya? apakah yakin diri saya
> sendiri sudah banyak mengerjakan amal ibadah sehingga
> kelebihan amal tersebut kita berikan saja pada orang lain? apakah
> shalat saya sendiri sudah sangat khusyu' dan seumur hidup ga pernah tinggal
> sehingga kita boleh mendahulukan kewajiban shalat orang lain daripada diri
> sendiri?
>
> Afwan jika tidak berkenan,
>
> Salam
>
> On 4/3/08, y4tie <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> >   Memang kalo udah mentok terus kepepet yg paling gampang tinggal
> > menuduh wahabi deh sama lawan bicara yg beda pemahaman... :)
> >
> > Kenapa saya ambil contoh pendapat2 dari Internet? Itu hanya untuk
> > menunjukkan kepada pak Arland bahwa sebenarnya pemahaman anda
> > tentang transfer pahala sholat itu berbeda sendiri. Artinya sebelum
> > pak Arland berani memperbolehkan transfer pahala sholat dengan dasar
> > hadits tersebut seharusnya pak Arland sendiri yang mesti kroscek apa
> > hadits yg pak Arland temukan itu benar ada di Sunan Dawud atau
> > tidak? KArena jika hal itu tidak pernah ada, maka pak arland sama
> > dengan telah menciptakan suatu bid'ah. Lagi pula jika memang ada,
> > saya rasa tidak akan mungkin dari sekian banyak ustadz2 yg ada
> > (ustadznya pak Wandi, ustadz saya, ustadz yg ada di internet, dan yg
> > lainnya) tidak ada satu pun yang mengetahuinya. Sehingga pada
> > akhirnya mereka dengan sangat hati2 tidak berani memperbolehkan
> > bahkan menyarankan utk tidak melaksanakan sholat yang tidak jelas
> > dasarnya tersebut. Ini masalah ibadah mahdhoh, tidak boleh
> > sembarangan kita memperbolehkannya hanya berdasarkan sebuah hadits
> > yang belum jelas keberadaannya melebihi seorang ustadz atau
> > ulama.. :)
> >
> > Salam
> >
> .
>
>
>  ------------------------------
> Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo!
> Answers<http://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http://id.answers.yahoo.com/>
>
> 
>

Kirim email ke