Nashir, pertanyaan ini sudah saya lemparkan ke Arlan..tapi tak ada penjelasan, tolong informasinya. Pelaksanaan shalat itu bagaimana??, apa setiap shalat fardhu atau sekali saja. Kalau setiap fardhu di gabung atau berdiri sendiri, kalau kirimnya buat ayah dan ibu, harus di lakukan berbeda atau di gabung?..dan bagaimana azannya?..apa perlu di ulang lagi?..boleh tidak dilakukan berjamaah bersama saudara2..shalat sunnatnya bagaimana? sekali saja atau harus diulantg juga. Nabi pernah tidak mencontohkannya, toleng pencerahannya
2008/4/5 Nashir Ahmad M. <[EMAIL PROTECTED]>: > Ia Bu, ntar saya minum dulu... > > Dibawah saya bilang "kalau dicocok-cocokkan" > > Tidak apa-apa ibu kalau merasa berat, ya tidak apa2. > yang enak-enak aja kalau gitu. > > Tapi yang mengerjakan supaya tidak disalahkan, > karena ada pendapat Imam yg begitu kuat penjelasannya, > saya akan kutipkan dan jelaskan lagi, sebagaimana disampaikan pula Bang > Arlan. > > Berikut, *MOHON DIBACA KESELURUHAN-nya*: > > ~~~ AWAL KUTIPAN: > > Sebagian besar ulama mengambil pendapat bahwa sampainya pahala semua macam > ibadah, berupa shalat, puasa, bacaan Alqur'an, ibadah dan yg lainnya, > sebagaimana diriwayatkan dalam *shahih Bukhari* pada Bab : *"Barangsiapa > yg wafat dan atasnya nadzar"* bahwa *Ibn Umar memerintahkan seorang wanita > yg wafat ibunya yg masih punya hutang shalat agar wanita itu membayar > (meng qadha) shalatnya,* dan dihikayatkan oleh Penulis kitab Al Hawiy, > bahwa Atha bin Abi Ribah dan Ishaq bin Rahawayh bahwa mereka berdua > mengatakan bolehnya shalat dikirim untuk mayyit, telah berkata Syeikh Abu > Sa'ad Abdullah bin Muhammad bin Hibatullah bin Abi Ishruun dari kalangan > kita (berkata Imam nawawi dengan ucapan : "kalangan kita" maksudnya dari > madzhab syafii) yg muta'akhir (dimasa Imam Nawawi) dalam kitabnya Al > Intishar ilaa Ikhtiyar bahwa hal ini seperti ini. (sebagaimana pembahasan > diatas), berkata Imam Abu Muhammad Al Baghawiy dari kalangan kita dalam > kitabnya At Tahdzib : Tidak jauh bagi mereka untuk memberi *satu Mudd*untuk > membayar satu shalat (shalat mayyit yg tertinggal) dan ini semua > izinnya sempurna, dan dalil mereka adalah Qiyas atas Doa dan sedekah dan > haji (sebagaimana riwayat *hadist2 shahih*) bahwa itu semua sampai dengan > pendapat yg sepakat para ulama. > Dan dalil Imam syafii adalah bahwa firman Allah : "dan tiadalah bagi > setiap manusia kecuali amal perbuatannya sendiri" dan sabda Nabi saw : "Bila > wafat keturunan adam maka terputus seluruh amalnya kecuali tiga, shadaqah > Jariyah, atau ilmu yg bermanfaat, atau anak shalih yg mendoakannya". (Syarh > Nawawi Ala Shahih Muslim Juz 1 hal 90) > Mengenai hadits yg mengatakan bahwa bila wafat keturunan adam, maka > terputuslah amalnya terkecuali 3 (tiga), shadaqah Jariyah, Ilmu yg > bermanfaat, dan anaknya yg berdoa untuknya, *maka orang orang lain yg > mengirim amal, dzikir dll untuknya ini jelas jelas bukanlah amal perbuatan > si mayyit, karena Rasulullah SAW menjelaskan terputusnya amal si mayyit,* > *bukan amal orang lain yg dihadiahkan untuk si mayyit,* dan juga sebagai > hujjah bahwa Allah memerintahkan di dalam Al Qur'an untuk mendoakan orang yg > telah wafat : "WAHAI TUHAN KAMI AMPUNILAH DOSA-DOSA KAMI DAN BAGI > SAUDARA-SAUDARA KAMI YG MENDAHULUI KAMI DALAM KEIMANAN", (QS Al Hasyr-10). > ~~~~~~~ > Dalil - dalil Qur`annya telah pula disampaikan lengkap oleh saudara kita > Bang Dodiindra saat mereply kiriman saya "MASIH KIRIM DO`A dan Penggal > ......" > > ~~~~~~~ Lanjut Kutipan : > > Menghadiahkan Fatihah, atau Yaasiin, atau dzikir, Tahlil, atau shadaqah, > atau Qadha puasanya dan lain lain, itu semua sampai kepada Mayyit, dengan > Nash yg Jelas dalam *Shahih Muslim hadits no.1149*, bahwa "seorang wanita > bersedekah untuk Ibunya yg telah wafat dan diperbolehkan oleh Rasul saw", > dan adapula riwayat *Shahihain Bukhari* dan *Muslim* bahwa "seorang > sahabat menghajikan untuk Ibunya yg telah wafat", dan Rasulullah SAW pun > menghadiahkan Sembelihan Beliau SAW saat Idul Adha untuk dirinya dan untuk > ummatnya, "Wahai Allah terimalah sembelihan ini dari Muhammad dan keluarga > Muhammad dan dari Ummat Muhammad" (Shahih Muslim hadits no.1967) > dan hal ini (pengiriman amal untuk mayyit itu sampai kepada mayyit) > merupakan Jumhur (kesepakatan) Ulama seluruh madzhab dan tak ada yg > memungkirinya apalagi mengharamkannya, dan perselisihan pendapat hanya > terdapat pada madzhab Imam Syafi'i, bila si pembaca tak mengucapkan lafadz : > *"Kuhadiahkan*", atau wahai Allah kuhadiahkan sedekah ini, atau dzikir > ini, atau ayat ini..", bila hal ini tidak disebutkan maka sebagian Ulama > Syafi'iy mengatakan pahalanya tak sampai. > > Jadi tak satupun ulama ikhtilaf dalam sampai atau tidaknya pengiriman amal > untuk mayiit, tapi berikhtilaf adalah pd Lafadznya. *Demikian pula Ibn > Taimiyyah yg menyebutkan 21 hujjah (dua puluh satu dalil) tentang Intifa' > min 'amalilghair (mendapat manfaat dari amal selainnya).* Mengenai ayat : > "DAN TIADALAH BAGI SESEORANG KECUALI APA YG DIPERBUATNYA, maka Ibn Abbas ra > menyatakan bahwa ayat ini telah mansukh dg ayat "DAN ORAN ORANG YG BERIMAN > YG DIIKUTI KETURUNAN MEREKA DENGAN KEIMANAN", > ~~~~~~ AKHIR KUTIPAN ~~~ > > Demikian Ibu Ummu yg saya cintai semoga menambah pemahaman kita bersama. > > Salam, > > > Reverensi: http://www.majelisrasulullah.org >>> FORUM > > > > ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~` > > > *Ummu Hanif <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: > > Bukannya pelit pak.. tapi saya hanya mengukur diri saja.. kalau bapak > yakin mampu menggantikan kewajiban shalat orang lain, wah.. salut deh buat > bapak.. :) > > Beramal ibadah itu sesuai dengan kemampuan, saya tidak bilang saya tidak > mau mendo'akan atau membantu orang lain... tapi karena yang dibahas masalah > shalat untuk orang lain yang notabene adalah kewajiban yang paling duluan di > tanya Allah nanti, wah saya rasa ini berat banget dan diluar kemampuan > saya.. > > Perlu ditelaah dikit nih, dalam hal mendo'akan orang lain kita kan tidak > mengantikan kewajiban orang lain toh.. justru itu mendoa'kan adalah hal yang > di syari'atkan per individu bukan?? hehehe... kayaknya bapak kurang nyambung > tuh... > > Salam > > On 4/4/08, Nashir Ahmad M. <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Kesannya Pelit Amat, he he he... > > Dalam dunia bisnis pemimikiran seperti tidak pernah bisa berhasil > > karena teori seperti ini menggunakan pemahaman Otak Kiri, bukan Otak > > Kanan, maaf ini dalam dunia bisnis. > > > > Kalau dicocok-cocokkan, maka kita pun takkan pernah mau menyumbang > > karena kita sendiri merasa belum cukup, tak mau pula menyelamatkan orang > > lain yg dalam bahaya, karena merasa dia sendiri belum tentu selamat. > > dan akhirnya tak mau mendoakan orang lain agar selamat, karena merasa > > dirinya belum tentu selamat. > > Jika kita pernah belajar ilmu grafitasi tarik-menarik, maka teorinya > > benar bahwa pada akhirnya tidak selamat karena dipenuhi pemikiran Tidak > > Selamat ataupun Psimis, namun itu teorinya belum tentu persis benar. > > > > Jika kita memberi maka kita akan menerima, > > Engkau Do`akan saudaramu, dengan sendirinya engkau di Do`akan orang > > lain, Alangkah indahnya hidup bersahaja seperti ini, dan benarlah Islam Itu > > adalah Rahmat bagi seluruh Alam, Dia bermanfaat bagi orang lain dan orang > > lainpun bermanfaat bagi dirinya. > > > > Semoga kelembutan hati senantiasa bersama kita. > > > > Salam, > > > > Nashir > > > > > > > > *Ummu Hanif <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: > > > > Assalamu'alaikum, > > > > Menurut saya sih, terlepas boleh atau tidaknya mentransfer > > pahala.. mungkin harus direnungkan dulu apakah saya sendiri sudah kelebihan > > pahala sehingga lebih baik dibagi-bagi saja ya? apakah yakin diri saya > > sendiri sudah banyak mengerjakan amal ibadah sehingga > > kelebihan amal tersebut kita berikan saja pada orang lain? apakah > > shalat saya sendiri sudah sangat khusyu' dan seumur hidup ga pernah tinggal > > sehingga kita boleh mendahulukan kewajiban shalat orang lain daripada diri > > sendiri? > > > > Afwan jika tidak berkenan, > > > > Salam > > > > On 4/3/08, y4tie <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > Memang kalo udah mentok terus kepepet yg paling gampang tinggal > > > menuduh wahabi deh sama lawan bicara yg beda pemahaman... :) > > > > > > Kenapa saya ambil contoh pendapat2 dari Internet? Itu hanya untuk > > > menunjukkan kepada pak Arland bahwa sebenarnya pemahaman anda > > > tentang transfer pahala sholat itu berbeda sendiri. Artinya sebelum > > > pak Arland berani memperbolehkan transfer pahala sholat dengan dasar > > > hadits tersebut seharusnya pak Arland sendiri yang mesti kroscek apa > > > hadits yg pak Arland temukan itu benar ada di Sunan Dawud atau > > > tidak? KArena jika hal itu tidak pernah ada, maka pak arland sama > > > dengan telah menciptakan suatu bid'ah. Lagi pula jika memang ada, > > > saya rasa tidak akan mungkin dari sekian banyak ustadz2 yg ada > > > (ustadznya pak Wandi, ustadz saya, ustadz yg ada di internet, dan yg > > > lainnya) tidak ada satu pun yang mengetahuinya. Sehingga pada > > > akhirnya mereka dengan sangat hati2 tidak berani memperbolehkan > > > bahkan menyarankan utk tidak melaksanakan sholat yang tidak jelas > > > dasarnya tersebut. Ini masalah ibadah mahdhoh, tidak boleh > > > sembarangan kita memperbolehkannya hanya berdasarkan sebuah hadits > > > yang belum jelas keberadaannya melebihi seorang ustadz atau > > > ulama.. :) > > > > > > Salam > > > > > . > > > > > > > . > > > ------------------------------ > Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! > Answers<http://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http://id.answers.yahoo.com/> > > -- OK TAUFIK