Belajar Merasa

"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di 
situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha 
Mengetahui" (QS 2:115)


Suatu ketika Nasruddin bermimpi melayang-layang di luar angkasa bahkan dia 
tidak bisa membedakan mana bumi atau planet lain semuanya tampak seperti 
kilauan bintang di kejauhan, Nasruddin bingung menetukan waktu sholat karena 
dia tidak bisa membedakan antara siang dan malam dan dia juga tidak tahu harus 
menghadap kemana , dia seperti berputar dalam symphoni jagat raya tanpa  tepi, 
" kemana arah yang mesti aku tuju  untuk sujud kepadamu ya Rabb, karena aku 
seperti berada dalam genggaman keagunganmu yang tak berbatas, tak lagi mengerti 
hari ini , kemaren atau esok lusa , semua seperti sama ", tiba-tiba Nasruddin 
merasa terlempar jauh dan dia terbangun setelah jatuh dari tempat tidur " ah 
maafkan aku ya Rabb ternyata aku harus kembali membatasi mu wahai Tuhanku di 
pojok-pojok mihrab dan dinding-dinding batu ketika aku sujud nanti"

Indra yang kita miliki selain bermanfaat untuk berinteraksi dengan dunia luar, 
juga sering menipu kita tentang realitas dunia luar tersebut, langit yang kita 
kira berwarna biru ternyata hanyalah pantulan cahaya, bumi yang kita kira diam 
ternyata berputar menyamai kecepatan peluru sehingga kita menyadari bahwa 
selain di batasi oleh indera kita juga di batasi oleh ilmu pengetahuan sebagai 
contoh kita buat dalam logika bahasa pernyataan berikut ini  "orang yang tidak 
tahu bentuk gajah hampir sama dengan orang yang tidak pernah melihat gajah" dan 
ketika pengetahuan di perolah maka pernyataannya menjadi " orang yang pernah 
melihat gajah belum tentu pernah bertemu gajah " walaupun hampir sama tapi 
jelas berbeda.

Tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa tidak banyak yang berubah dari ilmu 
pengetahuan kecuali dari sudut mana kita melihat dan menggalinya. Informasi 
yang di sisipkan berulang-ulang bisa merubah cara pandang kita, sebagai contoh 
rasa takut atau geli terhadap kecoa, atau ulat atau tikus karena informasi yang 
kita terima mengatakan bahwa kecoa itu binatang yang menakutkan atau 
menggelikan, sebaliknya anak  yang berusia satu sampai dua tahun  yang belum 
mendapatkan informasi tersebut tidak merasa takut atau geli bahkan ada yang 
menggigit dan meremasnya. Lalu apa sebenarnya rasa takut ? 

Sifat ikhsan tidak akan pernah diperolah selama otak kita belum memuat endapan 
ketauhidan mengenai Allah Subhanahu wa Ta'ala, kita baru mengenal Allah lewat 
indera seperti mata dengan membaca telinga dengan mendengar nasehat-nasehat, 
pengajian-pengajian, tetapi kita belum mengenal Allah lewat hati kita, sebagai 
contoh kita mengenal presiden kita dari melihat di media cetak mendengar apa 
yang beliau perbuat bagi kita rakyatnya dan ketika orang lain bertanya mengenai 
president kita akan bisa memberikan informasi dengan baik tetapi apakah sama 
perasaan kita terhadap president dengan perasaan kita kepada ibu ?  tentu tidak 
karena sehebat apapun pengetahuan yang kita peroleh mengenai president dan 
apa-apa yang telah dia perbuat untuk rakyatnya tidak bisa menyamai rasa yang 
ada di dada terhadap ibu , karena muatan emosi kita terhadap president mungkin 
ada tetapi tidak terlalu kuat untuk membuat kita perduli.

Merasa hebat karena telah banyak mengumpulkan informasi mengenai keislaman dan 
ketauhidan memang boleh -boleh saja tetapi lebih hebat jika informasi atau ilmu 
pengetahuan tersebut menjadikan kita lebih bisa merasa.


Salam

David

Kirim email ke