Cerita Di atas Cerita

Pada masa sekarang, dimana kebutuhan sehari-hari semakin meningkat meninggalkan 
penghasilan yang di peroleh, maka sering kita melihat pasangan suami istri 
bekerja bersamaan saling bantu membantu mencari nafkah untuk keluarga. Ada yang 
bekerja bersama-sama berdagang  dan ada juga yang bekerja secara terpisah pada 
suatu instansi atau perusahaan. Pak Haris adalah salah satu dari beberapa orang 
di kota besar ini yang mengijinan istrinya bekerja membantu memperbaiki 
keuangan keluarga, walau dengan konsekwensi anak mesti dititipkan kepada 
pembantu rumah tangga. Pak Haris bekerja sebagai staf administrasi pada sebuah 
sekolah dasar sedangkan istrinya bekerja sebagai staf keuangan pada perusahaan 
swasta  yang berskala nasional. Sebagai kepala rumah tangga, gaji yang didapat 
sebulan selalu dibawah penghasilan sang istri, namun Pak Haris selalu sabar dan 
tidak pernah marasa iri dan susah hati, sebaliknya istrinyalah yang selalu 
mengeluh dan terus mendorongnya mencari pekerjaan yang lebih baik.

Allah selalu maha adil dalam menempatkan segala sesuatu, walaupun tidak banyak 
menghasilkan tetapi didalam kehidupan keluarga Pak Haris adalah ayah yang baik 
dalam mendidik anak-anaknya dan selalu memberikan tauladan yang baik sebagai 
seorang ayah maupun sebagai seorang suami, Pak Haris memang selalu berusaha 
meluangkan waktu untuk keluarganya. Kondisi perekonomian membuat Pak Haris saat 
itu tinggal bersama keluarganya pada sebuah rumah kontrakan di pinggiran 
Jakarta. Istrinya selalu berusaha menyisihkan sebagain dari gajinya untuk 
membeli sebuah rumah, karena gaji Pak Haris habis untu kebutuhan sehari-hari. 

Suatu ketika Istri Pak Haris berniat membeli sebuah rumah dengan cara 
mengajukan KPR pada suatu Bank. Uang muka yang akan di setorkan telah disiapkan 
untuk di bawa Pak Haris ke pengembang perumahan tersebut karena volume 
pekerjaan istrinya tidak memungkinkan untuk keluar kantor. Setelah minta ijin 
dari kepala Sekolah , Pak Haris langsung pergi menuju perumahan yang dimaksud 
dengan membawa uang muka pembayaran. Allah selalu mengawasi setiap langkah 
hambanya dan mengukir cerita yang menjadi jalan hidup si hamba, yang dengan 
cerita itu tergambarlah karakter yang diinginkanNya, yaitu ikhlas terhadap 
segala keputusanNya. Di tengah jalan uang yang dibawa Pak haris hilang, entah 
di curi orang atau terjatuh dan hal ini baru disadari sewaktu tiba di lokasi 
perumahan. Berkali-kali pak Haris menelusuri jalan yang dilalui tapi hasilnya 
tidak ada. 

Setiba di rumah, istri pak Haris sangat marah dengan kelalaian yang 
dilakukannya. Berulang-ulang istrinya menyebutkan bahwa uang itu adalah hasil 
yang dikumpulkannya bertahun- tahun dan hilang begitu saja dalam satu hari, 
istrinya lupa kapada Sang pembuat cerita. Pak Haris merasa sangat bersalah. 
Ketidak mampuannya memberikan penghasilan yang lebih harus di lengkapi dengan 
hilangnya tabungan yang dikumpulkan dengan bersusah payah oleh sang istri.  
Sejak hari itu pak Haris jarang ada di rumah, dia bekerja apa saja setelah 
pulang dari sekolah hanya untuk bisa mengganti uang istri yang hilang. Setiap 
hari Pak Haris selalu pulang larut malam , bahkan hari libur juga di gunakan 
untuk bekerja. Hari demi hari berlalu kesunyian mulai terasa di rumah yang 
biasa selalu ceria oleh tawa anak-anak dengan canda Pak Haris. Istrinya mulai 
menyesal dengan tindakannya, tetapi kekecewaan Pak Haris pada dirinya disamping 
sindiran sang istri membuat pak Haris terus bekerja tanpa henti bahkan dalam 
keadaan sakit sekalipun, hingga kecelakaan menghampirinya. Kedua kakinya harus 
di amputasi karena terjepit truck container sewaktu akan mengantarkan barang 
pada sebuah area pergudangan.

Keluarga itu tidak hanya kehilangan uang untuk beli rumah tetapi juga telah 
kehilangan seoarang ayah dan seorang suami hanya untuk sebuah ego, ketidak 
ikhlasan bahwa apapun yang terjadi pada diri kita telah tercatat pada lembar 
abadi milik Sang Pencipta,  rasa syukur memang harus di barengi dengan rasa 
sabar, sebuah sikap para shalihin yang mulai jarang ditemui.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita diatas ditulis Pak Haris untuk menyadarkan istrinya melalui mailing 
list. Terkadang untuk menyadarkan seseorang di perlukan media yang sering kita 
temui tanpa kita sadari salah satunya adalah email. Cerita dibuat sedikit 
mendramatisir yaitu diahiri dengan kecelakaan yang membuat seseorang agak 
terkesima tidak terkecuali istrinya yang membacanya yang di peroleh dari 
forwadan email teman yang sengaja di minta oleh pak Haris tanpa disadari 
istrinya. Beberapa hari setelah email terkirim , terdengar istri menelpon dari 
kantornya " Ayah, ada dimana ?" tanya istrinya
" masih kerja, mudah-mudahan uang ibu yang hilang bisa cepat ayah pulangin" 
kata pak haris 
" Ibu sudah kehilangan uang dan sekarang ibu juga tidak mau kehilangan ayah, 
jika ayah tidak bisa mengembalikan uangnya cukup kembalikan ayah dari anakku, 
tolong kembalikan juga kecerian di rumah kami yang telah lama hilang" kata sang 
istri mulai dengan nada hampir menangis. tanpa menunggu lebih lama Pak Haris 
berusaha bergegas pulang, kerinduan akan anak-anaknya mulai membuncah didada. 
Sepeda motor di pacu sekecang mungkin. Goresan yang dibuatnya melalui email 
menjadi kenyataan. Allah menulis hal yang sama pada lembar abadiNya  dan Pak 
Haris kecelakaan dari motor. Kecelakaan itu tidak hanya merampas kakinya tapi 
juga jiwanya.

Beberapa hari setelah kematian Pak Haris teman tempatnya bekerja menceritakan 
semuanya dan email itulah ungkapan hati Pak Haris yang terakhir, bahwa dibalik 
ego yang menghalangi ada sebuah kerinduan yang teramat dalam bagi keluarganya. 
Apakah kita akan mengalami hal yang sama pada cerita yang berbeda ?

Salam 

David
www.sebuahtitik.blogspot.com

Kirim email ke