--- ез <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 10. Kenapa hanya ada satu Baharuddin Lopa?
>
http://www.satunet.com/artikel/isi/01/06/17/55066.html
> 
> Baru kali ini ada Jaksa Agung yang didemo masyarakat
> dengan penuh
> dukungan
> terhadap langkah-langkahnya.
> ====================
> 
> Berbagialah orang tua dan mereka yang telah
> mempengaruhi hidup
> Lopa.
> 
> Lopa, janga lupa engkau kini mempunyai itu gunting
> untuk memotong
> belalai gurita. Dulu engkau mengatakan mari
> berikhtiar karena
> gurita itu besar sekali dan nelalinya banyak sekali,
> namun kini
> saatnya kita bersama-sama mengatakan mari kita
> hancurkan itu
> belalai dan kepalanya!
> 
> ез
> (salam dari Yogya untuk Lopa)
------------------------

Kengerian DPR, yang kemudian berharap untuk
menyegerakan SI, boleh dipastikan, bukan ngeri sama
dekritnya GD, tetapi lebih ngeri kepada gunting Lopa.
Lopa benar-benar sebuah 'mesin' hukum, yang sekali
jalan ya harus jalan, kecuali secara fisik dihentikan
(baca: dimatikan).

Percepartan SI, dengan agenda utama lengsernya GD
(terbukti tak ada rantap penerimaan
pertanggung-jawaban presiden), boleh jadi akan
menggulirkan Mega sebagai presiden. Kalau melihat
bidikan-bidikan Lopa banyak terarah ke kroni-nya Mega,
maka hampir bisa dipastikan, kabinet mendatang pasti
tanpa Lopa. Diberhentikan dengan hormat, disertai
ucapan terimakasih.

Buat Lopa, barangkali sudah sangat cukup, sama
cukupnya ketika ia 'cuma' didubeskan. Tetapi tidak
bagi kita yang merindukan penegakan hukum, lebih-lebih
korupsi, yang membuat setelan negeri ini harus dipaksa
untuk menjalankan skema naik harga, nguber setoran,
untuk bayar utang. Coba sekali-sekali dirunut, sejak
kapan, sih, yang namanya telkom, pln, pertamina, dan
berbagai perusahaan yang menguasai hajat hidup itu
mulai dirundung keharusan mengembalikan utang karena
biaya dan investasi blangsak kayak begitu? Siapa tahu,
'Pertamina itu dulu nggak apa-apa, tapi sejak
pembangunan kilang ini-itu, mulailah perusahaan ini
harus menanggung rudin'. Juga PLN. 

Bayangin, hanya karena nurutin rezim sebelumnya, yang
menghasilkan listrik swasta, dan harus pula membayar
harga mahal (dan konyolnya, jual murah), masa iya
rakyat yang mesti membayar dengan kenaikan harga? Yang
bener aja.

Lopa, maju terus.

(Salam dari Surabaya, untuk Lopa)


=====
+==========================================================+
| Sugih durung karuwan, sombong didisikno...               |
| Nek kate banyolan, http://matpithi.cjb.net ae, rek... |
+==========================================================+

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Spot the hottest trends in music, movies, and more.
http://buzz.yahoo.com/

...........Menuju Indonesia yang Demokratis dan Berkeadilan............
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan anda lakukan sendiri
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

->Cake, parcel lebaran & bunga2 natal? Di sini, http://www.indokado.com<-- 

Kirim email ke