Anda benar dan semua orang tahu. Tetapi saya juga sadar
bahwa ada upaya sistematis untuk menjauhkan massa/rakyat dengan wakilnya.
Ada upaya yang mengkaburkan budaya partisan sebagai kontrol partai yang
paling efektif. Budaya ini kalangan terpelajar memberikan pandangannya
dengan sebutan massa mengambang.

Massa baru dilihat penting dan berguna ketika dekat pemilu. Baru ada upaya
mengobok-obok akar rumput kembali. Tetapi sekarang sudah terlambat akar
rumput sudah kelewat pinter. Korcam dan kordes sebagai lumbung massa akan
lebih kritis. Mereka beratus-ratus kali kecewa dengan sikap elit partai yang
menggolkan wakil-wakil Golkar baik di DPRD maupun di pemerintahan hal itu
dilihat massa. Tetapi sekarang massa akar rumput masih dalam tarap transisi
jangan kita tambah merusaknya biar oleh masanya sendiri saja. Ha... Ha...

Jelas Mega bukan RAHMA dia hanya anak biologis. Dan itu sudah menjadi
komitmen Mega yang harus kita dukung untuk saat ini. Tetapi masih banyak
pula orang yang prustasi dan berharap banyak terhadap mega hal ini juga
tidak bisa kita tafikan. Dan hal itu wajar. Tetapi saya sedih jika akhirnya
mega masuk kedalam jebakan itu. Mungkin saya seorang yang romantis terhadap
sejarah bangsa ini; sehingga terjebak pada pemikiran figur yang juga akan
merusak kubu "nasionalis" seperti rusaknya nama "NU" sekarang ini. Amit-amit
Mega anak tokoh Nasionalis jadi alat penghancur yang efektif. Saya jadi
bertanya apa Mega dan keluarganya tidak melihat itu? Kalau saya jadi Mega
dan Gusdur bersama-sama saja ucapkan kekalahan mereka dari para maling di
DPR/MPR dan mari kita sama-sama kembali berjuang dengan fair itulah jalan
yang terbaik seperti saran Rahma agar Mega mundur saja dari Kabinet toh
banyak juga kebijakannya yang akhirnya merugikan rakyat banyak.

MYP

----- Original Message -----
From: ез <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: 19 Juni 2001 6:09
Subject: Re: [Kuli Tinta] lopa to: GIGIH


Belum tentu Bung,

Bisa membaca kekuatan visi MW enggak setelah ia menjadi wapres. Coba, Bung
Pop putar kembali seluruh wawancara atau pidato MW tanpa teks.

Setelah terjadi pergantian inner circle MW, apakah Bung tidak melihat
perubahan itu?

Arus bawah muak tetapi tidak bisa apa-apa. Coba perhatikan warna wakil2 PDIP
hingga di dprd. Silahkan membuat tabulasi. PDIP arah medan atau pdip arah
surabaya? Arus bawah sih bolodupakan dalam sistem politik kita.

MW boleh mencontoh gaya Soekarno dalam berpidato sebagai pembenaran anak
biologisnya, namun tidak karakter soekarno bapak biologisnya yang mudah
dijajah dan berjiwa merdeka.

ез



...........Menuju Indonesia yang Demokratis dan Berkeadilan............
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan anda lakukan sendiri
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

->Cake, parcel lebaran & bunga2 natal? Di sini, http://www.indokado.com<-- 

Kirim email ke