Nimbrung ah, ini topik menarik.

ada beberapa issue yang menarik dan itu bisa dibilang sesuatu yang
menghambat, tetapi juga sesuatu yang challanging.

1. pola kerja rakyat Indonesia

sorry meng-generalisir-kan, karena saya menganggap kita ini dari kecil
sampai gede, jarang sekali dididik team work, dan kekuatan kebersamaan,
bilangnya negara indonesia adalah negara gotong royong, tetapi saya rasa,
negara ini benar seperti apa kata rekan saya di Australia sana, Jungle
country yang bisa delphi. maklum tahun itu 1997 saya coba pakai programer
sini untuk outsource ke australia, dan salah satu negara di bekas rusia.

kalau digabung dengan topik open source, kita ini negara pemakai, bukan
pembuat, dari dulu yang menghasilkan bukan manusianya, tetapi tanahnya.
inget kata dulu saat masih SMP/SMA, lempar kayu dimana saja pasti
menghasilkan.

nah dengan revolusi informasi, dimana yang menghasilkan bukan tanah lagi,
saya sih agak pesimis sama bisnis open source di Indonesia, selain
deliverable lambat, pegawai indonesia jarang yang mau kerja tuntas,
lingkungan juga tidak mendukung, kita ini bersaing dengan negara lain.

Jadi kalau mau bertahan, mungkin ada sekelomppok orang yang mau bekerja
sama, bekerja sampai tuntas, dan tidak berpikir lempar kayu dimana saja
jadi pohon, saya rasa bisa bersaing global,

saya tertarik model eBdesk, yang kebetulan dari gosip yang saya dapat,
selain ketemu investor yang kaya sebelum memulai.

faktor pinter itu kurang. :) haha, namanya juga bisnis. :) capitalism

saya rasa bisnis model linuxindo bener kok, memakai linux untuk
diimplementasikan, yang saya kurang dengar adalah marketing yang membuat
trust linux naik berkali-lipat secara bisnis loh. kalau kejadian, saya
jamin pak Ase, naik mercy tiap tahun ganti. hue hue.

apalagi kalau digabung sama software, Java misalnya :) walah ualam.

gimana jack, :) merger sama intercitra jadi? hue hue.



> Kita memang develop software dengan lisensi "closed" karena apa ? karena
> kita
> belum mampu organised supaya dikerjakan secara opensource. Jadi 100% orang
> gajian, ini harus nutup cost dulu. Ngak gampang loh manage development
> proyek

Jack, gue udah coba, :) intersting, dan gue rasa good progress didapat
setelah 4 tahun, curvenya lama yah, BlueOxygen 2001, loh dibuat, tepatnya
12 january 2001, di sydney, dan sekarang sepertinya mulai terlihat
progressnya. walaupun masih dihitung jari yang mau pakai.

dan kalau direview arsitekturnya, walah ualam bututnya :)

hehe, gue pengen tahu siapa yang tahan 4 tahun develop barang seperti
blueoxygen. :) kelepek kelepek kali yah.

> opensource (yang serius dan high quality) jauh lebih sulit kalau menurut
> saya
> dibanding saya bayar orang selesai.

mm, tergantugn jack, :) pak ase harus turun gunung nyecript, seperti topik
diatas, pola pikir dan deliverablenya, dan level skillnya belum masuk.

gue jamin yang bayar selesai, juga secara industrial trust, masih kurang. :)

makanya karena bayar orang selesai, industri IT di Indoensia ngga maju,
malah gue bisa bilang mundur. karean ini kan sama aja unsur caloisme yang
keluar bukan unsur industrialisme.

tetapi untuk kasus linuxindo, gue rasa itu yang terbaik, tetapi gue rasa
try to use another brand :) .




> Mudah-mudahan kalau kita sudah "kuat"  secara sistim dan management
> aplikasi2
> kita bisa berkembang jadi Opensource. Sekarang kalau di opensource kan
> mungkin akan malu2in saja.

:) bukan dikritik lebih baik, dan ada yang ngasih tahu jeleknya,

gue punya sms yang on Java ada, tetapi yang try sedikit, hanya orang
tertantu saja, dan biasanya japri.


>
> Satu lagi sepakat sama Mas Adi, harus mengerti lisensi, "diatas"
> Opensource
> kita bebas bikin proprietari atau opensource, tapi pasti diomelin RMS
> walaupun tidak dilarang apalagi didukung.

hehe, ini urusan perut, emang RMS kasih kita makan :) tetapi sesuatu yang
open source dan bertahan bersaing lebih sustain loh, jadi suka ngga suka
RMS is a great person.

>
> Kalau bicara bisnis IT, rasanya di Indonesia belum sampai gara2 jualan
> opensource bisa goyang perusahaannya (wong yang opensource dan bajakan
> harganya sama jadi tidak ada perbedaan bagi bisnisman), pengalaman kami
> lebih
> ke culture perusahaan2 Indonesia (UKM) yang masih mikir mau pakai IT apa
> ngak.

yoi. :) tetapi gue lihat progress kedepan akan berubah,

> tambahan 1 bulan bisa tidak dinilai, wong ngak kelihatan ujudnya. Kalau
> ngak
> dikerjain sisa pembayaran ditahan2, ngak mau bayar !

haha, ini biasa, pusing, gue aja cash flow ngga stabli gara nih client
yang rese. ada yang beli batu 30M dan super cepat bayarnya, bayar 10 juta
aja susah. walah ulaam.

> Bagi saya opensource atau proprietari dari kaca mata orang dagang itu
> cuman
> model bisnis saja, mana yang bisa atau lebih cocok dipakai untuk mencapai
> tujuan dengan keterbatasan sumber daya yang ada.
> (saya ngak bicara filosofi opensource loh)

hehe, bener jack, open source adalah sebuah fenomena secara emositonal, :)
dan kalau bertahan lama, yang propietary yang keteter, dan itu yang
terjadi.

welcome to emotional revolution, let get the mind share, heart share and
after that market share, where the money are come from.

> Memulai bisnis IT dengan jualan "open source" modalnya lebih kecil jadi
> ayo
> teman2 jangan takut untuk memulai. Pasar luar sana masih geeeeduueeek
> banget
> tinggal di garap saja. Ya pertama-tama namanya usaha pasti benjol2, nabrak
> kiri kanan depan belakang, biasa itu... yang penting semangat survival
> harus
> tinggi. Dan jangan malu bertanya.


yoi, hanya masalah network, nasib baik, dan juga skill integration, dan
ada inovasi.



-- 

Berhenti langganan: [EMAIL PROTECTED]

Arsip dan info: http://linux.or.id/milis.php

Kirim email ke