Mas Alfian, pendapat anda benar adanya. Namun perlu dikaji lagi apakah
keputusan dari manajemen tersebut itu tulus apa tidak? Mungkin ada opini
lain yg menguntungkan secara finansial(personal), sehingga memutuskan
untuk membeli produk M$. Ini terkait dengan mentalitas. Orang yang
berjiwa besar dan tulus serta selalu berfikir untuk masa yang akan
datang, bukan hanya sesaat. Inilah yg menjadi kekhawatiran kita.
Malasah SLA adalah masalah kita bersama. Salah satunya adalah AOSI,
namun keberadaannya belum terasa oleh banyak kalangan bisnis. Seharusnya
kita berfikir dan bersikap seperti yang dilakukan pebisnis dari
produk-produk proprietary.
Ayolah anak bangsa, buktikan kalau kita mampu!
Alfian Danarto wrote:
pak Yahya, kalau saya melihatnya tidak pada masalah free atau tidak.
kebetulan saya bekerja pada sebuah korporasi besar yang mengadopsi
product-product proprietary dan tidak hanya M$. alasan kenapa tempat
saya bekerja ini yang cenderung tidak memilih produk-produk open
source, lebih karena manajemen tempat saya bekerja melihat dari sisi
produktifitas serta manfaat yang didapatkan dari menggunakan
produk-produk proprietary tersebut.
pernah pada salah satu rapat, saya mengutarakan wacana open source,
malah saya ditantang balik dengan informasi yang berhubungan dengan
efisiensi. ternyata persepsi perusahaan saya itu, efisiensi tidak
harus selalu berkaitan dengan harga yang murah atau bahkan nihil
rupiah, melainkan juga potensi benefit apa yang bisa ditawarkan oleh
solusi yang open source ini.
telahaan secara bisnis memang banyak di google, tapi masih lebih
meyakinkan telahaan bisnis dari para penyedia produk-produk
proprietary tadi. sehingga pada akhirnya, pada tingkat korporasi,
memang masih menjadi domain produk-produk proprietary tersebut. belum
lagi masalah SLA yang kerap kali dipertanyakan.
setuju dengan Pak Yahya bahwa perspesi termasuk salah satu yang harus
dibenahi kalau ingin meng-open-sourcekan Indonesia. tapi menurut aku
yang tidak kalah penting adalah bagaimana open source bisa menunjukan
hal lain, selain: murah/tidak berbayar. seperti SLA, telahaans studi
bisnis, contoh kasus pada beragam industri vertikal, dll.
toh open source itu bukan sekedar sistem operasi dan aplikasi
perkantoran bukan? ya ini sih opini pribadi saja.
2009/8/26 Yahya Kurniawan <yahyakurnia...@gmail.com>:
On Wed, Aug 26, 2009 at 2:49 PM, Alfian Danarto<alfian.dana...@gmail.com> wrote:
Barusan dikirimin link sama kawan, eh, ga taunya link M$ soal
pernyataan CIO-nya Astra International soal migrasi mereka dari
OpenOffice ke M$ Office.
Itulah, konsep free=gratis sudah terlanjur tertanam kuat.
Padahal khan free=bebas.
PR kita masih banyak untuk mensosialisasikan hal ini.
--
Regards,
Ir. Yahya Kurniawan
yahyakurniawan.net
--
Berhenti langganan: linux-aktivis-unsubscr...@linux.or.id
Arsip dan info: http://linux.or.id/milis
<HTML>
<HEAD>
</HEAD>
<BODY LANG="en-US" DIR="LTR">
<P STYLE="margin-bottom:
0in">--------------------------------------------------------</P>
<P STYLE="margin-bottom: 0in">No Virus and Spam checked by
sop...@cist</P><br>http://www.sig.co.id
</BODY>
</HTML>
--
Berhenti langganan: linux-aktivis-unsubscr...@linux.or.id
Arsip dan info: http://linux.or.id/milis