Salam, Yang pasti perjalan umrahnya tidak dibiayai oleh Gayus Tambunan. Wasalam, Wal Suparmo
--- Pada Jum, 16/4/10, Ruli Amirullah <ruli_amirul...@yahoo.com> menulis: Dari: Ruli Amirullah <ruli_amirul...@yahoo.com> Judul: [Mayapada Prana] Cerita Ibu Bapakku Pulang Umrah Kepada: Tanggal: Jumat, 16 April, 2010, 4:52 PM Ibu dan Bapakku Pulang Umrah Dan aku mendengarkan ceritanya… Written by : Ruli Amirullah Buah Tiin ‘Buah ini adalah buah yang diturunkan dari surga untuk menemani manusia…’ Begitu cerita ibuku sambil menunjukkan buah Tiin yang dibelinya di Madinah saat umrah kemaren. Aku memandang takjub pada buah berwarna coklat muda tersebut. Memang sudah dikeringkan, sehingga bisa tahan lama. Bentuknya mungkin tidak lagi menarik. Karena sudah keriput (kalau wanita mah udah gak wajib pake jilbab lagi karena sudah keriput kulitnya, hahaha… maap, maap.. kok jadi itu sih perbandingannya? Jangan marah yaa…). Tidak beda jauh dari kurma kering mungkin. Cuma kalo kurma lonjong, maka ini bulat (dan sedikit gepeng karena tekanan saat mengemasnya) ‘Ibu kata siapa?’ Kataku sambil mencicipinya. Mm.. lucu, ada puluhan atau mungkin ratusan biji-biji kecil didalamnya. Mirip onde-onde, tapi kebalik. Onde-onde kan bijinya diluar, nah ini didalam.. hehehe… Masalah rasa? Jelas beda ama onde-onde. Rasa lebih mirip kurma, tapi tidak semanis kurma. Khasiat? Wah gak tau juga. Tapi sampai dijadiin ayat yah buah ini. Barengan ama buah Zaitun. Jadi pasti memang ada yg istimewa di dalam buah yang lagi aku makan ini… ‘Kata mutawif disana..’ Jelas ibuku sambil mengeluarkan oleh-oleh yang lain. Ah aku jadi lebih tertarik ama kalimat awal tadi. Buah dari surga? Berarti bukan mahluk hidup asli bumi. Sama dengan manusia berarti. Manusia juga bukan penduduk asli bumi kan ? Kitakan mahluk surga, tapi kemudian diturunkan di dunia.. itu yang tertera di Al Quran. Ya ya ya… pantes hati ini rasanya pengen n selalu berharap untuk masuk surga. Pengen pulang kampung ternyata. (walau kadang hati masih terpesona ama tempat Huehehe… Tapi sudahlah, jangan dibahas mengenai buah Tin yang katanya berasal dari surga, nanti jadi panjang yang berdebat. Yang jelas waktu itu mulutku mulai melahap buah Tiin yang kedua…. Enak juga kok teman! Museum Kabah Sambil mengunyah, aku kemudian mengamati barang-barang yang ada di museum Kabah. Ah.. tidak! Bukan mengamati barangnya secara langsung. Masa ibu bapakku membawa barang-barang itu ke Jakarta . Hayolah.. baru nyampe gerbang museum juga udah ditodong senapan oleh para laskar penjaga museum. Yang aku maksud adalah mengamati photo-photo ketika mereka berada di museum Kabah. Huh, mengapa dulu sewaktu aku umrah aku tidak berkunjung ke museum ini? Sayangnya, bapakku yang sudah cukup banyak usianya (70 lebihlah), agak-agak gaptek dalam mengambil gambar. Jadi hanya sedikit gambar yang ada. Itupun kadang tidak focus. Hehee.. tapi lumayan. Aku masih bisa melihat tangga kabah jaman dulu, pintu kabah dan juga bebatuan dari sumur zam-zam. Itu yang terambil gambarnya. Masih banyak katanya benda-benda lain yang berhubungan dengan kabah dimuseum itu.. Eh tunggu dulu.. Museum? ‘Jadi itu seperti museum ya mam?’ tanyaku untuk memperjelas apa yang sempat terlintas ‘Iya, beneran seperti museum’ ‘Kayak museum2 lukisan di eropa, atau museum gajak di Jakarta ?’ tanyaku belagak keren. Gimana gak belagak, orang belum pernah ke museum-museum di Eropa kok seolah-olah udah pernah kesana. Huehehe… tapi teman, aku udah pernah kok ke museum gajah. Percayalah. Tanya bu guru ku waktu SD kalau teman-teman tidak percaya… ‘Iya, kayak di museum itu..’ ‘Gak ada tempat doa disampingnya? Gak dibungkus kain putih barang-barangnya? Gak ada ritual khusus untuk barang-barang tersebut?’ “Gak ada…’ Wuuuahhh.. mantap euy! Kebayang kalo barang-barang bekas Kabah ada di Indonesia , pasti udah dibungkus kain putih, setiap malam tertentu dimandikan, dan pasti ada tempat khusus di sampingnya untuk berdoa dan mengalirlah berbagai keinginan orang-orang…. huehuehe… Ini di negeri asal agama Islam turun, malah diperlakukan sebagaimana layaknya barang antik. Diletakkan dimuseum. Dan dipertontonkan untuk dikenang. Dikenang saja? Ya iyalah.. memang harusnya begitu kan ? Disimpan, untuk dikenang, bukan untuk di mintai macam-macam. Bukankah kita sudah dapat hak istimewa untuk langsung berhubungan dengan Pencipta kita? Jadi segala keluhan, keinginan, tangisan, curhat, permintaan atau apapun itu, sok atuh langsung di katakan padaNYA… ngapain lewat media lain lagi? Kecuali kita budak yang tidak punya hak untuk berbicara pada Tuan kita, nah baru deh kita harus adukan keinginan kita lewat supervisor kita dulu, setelah itu sang supervisor lapor ke manager, manager ke direktur baru dah direktur menghadap ke Tuan Tertinggi. Tapi.. ah ribet amat! Kita udah boleh kok langsung ‘mengetuk’ pintuNYA dan menumpah segala uneg-uneg kita padaNYA…. Dan kemudian mengalir cerita-cerita menarik dari ibu dan bapakku.. aku pun mendengarnya sambil terus mengamati photo-photo mereka. Menarik! Tapi, Cerita yang lain nanti saja ya teman. Buah Tiin ini lama-lama enak juga untuk terus aku makan…. Nyam nyam… Ruli Amirullah Mencoba untuk tetap tegak berdiri saat musibah meratap, Mencoba untuk tetap berpijak di bumi saat nikmat merayu.. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger .yahoo.com __________________________________________________ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com