Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 388
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 926
*******************************************************************
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
388 Menghadapi Tantangan Krisis Energi dalam Milenium Ketiga 

Amin Rais pernah berkata dalam layar kaca kurang lebih demikian: "Kasus Bank 
Bali dipolitiser boleh-boleh saja, tetapi jangan kebablasan, sebab nanti akan 
balik kena sendiri." Ucapan Amin Rais itu ada benarnya. Kubu Megawati 
menjadikan kasus Bank Bali sebagai kendaraan politik untuk membidik Habibie, 
Bahkan Megawati di layar kaca meniru gaya ayahnya (lengan lurus sambil 
menunjuk) sambil menghujat: "Lihatlah betapa bobroknya pemerintah sekarang 
ini." Demikian pula kebijakan dua opsi di Timtim tidak luput dijadikan 
kendaraan politik untuk membidik Habibie.

Menurut TaqdiruLlah (aturan Allah di universum), dalam bidang fisika (yaitu 
mekanika), dan SunnatuLlah (aturan Allah bagi manusia dan kemanusiaan) dalam 
bidang sosial berlaku ketentuan aksi menimbulkan reaksi. Apa yang terjadi dalam 
bidang sosial dalam hal kasus Bank Bali, timbullah reaksi (dalam istilah 
politik: counter attack) berupa kasus Bank Lippo dipolitiser dengan bidikan ke 
arah partainya wong cilik yang melimpah dananya untuk mengerahkan massa secara 
besar-besaran dengan naik helikopter pergi berkampanye. Reaksi dari Presiden 
Habibie terhadap tudingan yang memperpolitiser kasus Bank Bali itu sangat 
sederhana namun tegas: "Saya tidak mau jadi presiden dengan cara yang haram, 
dan jabatan presiden itu bukan segala-galanya bagi saya."

Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang sangat getol berteriak-teriak menyoraki 
kasus Bank Bali sangatlah tidak berlaku adil, karena lemhaga-lembaga itu diam 
seribu bahasa tidak menyoraki Bank Lippo. Karena tidak adilnya itu, secara 
logika hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa lembaga-lembaga itu disuruh 
berteriak menyoraki Bank Bali dan disuruh diam untuk tidak menyoraki Bank 
Lippo. Mengapa mau disuruh? Maka logika berikutnya ialah dibayar untuk 
bersorak-sorak dan dibayar untuk tidak bersorak, alias money politics. Namun 
insya Allah suhu politik yang berkendaraan kasus Bank Bali dan Bank Lippo akan 
mereda setelah pemilihan presiden dalam SU MPR yang akan datang. Olehnyaitu 
kita tinggalkan pembicaraan politik tèrsebut dan selanjutnya akan dibicarakan 
hal yang tetap aktual, seperti dinyatakan oleh judul di atas.

***

Menurut TaqdiruLlah matahari adalah sumber energi bagi makhluk Allah yang 
membutuhkan energi, yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Orang-orang 
Mesir kuno menyembah matahari sebagai penjelmaan dewa Ra. Bangsa itu menyembah 
dewa tri-tunggal, Amun-Ra-Osiris. Amun pencipta, Ra pemelihara yang menitis 
secara terus-menerus dalam diri para Fir'aun (Per-ah, Phar-aoh) untuk 
memerintah rakyat Mesir, dan Osinis yang mendera manusia dalam neraka. Sezaman 
dengan orang Mesir Kuno, bangsa-bangsa di pesisir Laut Tengah dan Asia Kecil 
dahulu menyembah pula dewa matahari yang namanya mengambil Ra sebagai akar, 
yaitu Mitras. Dewa ini diyakini lahir pada 25 Desember oleh bangsa-bangsa 
tersebut di atas. Dewa Amiterasu adalah dewa matahari yang disembah oleh orang 
Jepang yang beragama Shinto, bahkan menjadi lambang negara Dai Nippong 
(Jepang), Hinomaru, yaitu bendera Jepang berwarna putih dengan gambar bulatan 
merah matahari di tengah-tengahnya.

Matahari merupakan sumber tenaga yang tak terhabiskan oleh peradaban manusia. 
Menurut TaqdiruLlah di matahari terjadi proses penyusunan inti atom, 4 butir 
atom Hidrogen tersusun menjadi 1 butir Helium. Menurut hukum kekekalan massa 
adalah logis jika 4 butir Hidrogen sama beratnya dengan 1 butir Helium. 
Ternyata tidak demikian, karena 4 butir Hidrogen lebih berat dari 1 butir 
Helium. Jadi menurut TaqdiruLlah tidak ada kekekalan massa.

Di matahari setiap detik sekitar 650-juta ton Hidrogen tersusun menjadi 
646-juta ton Helium. Selisih yang 4 juta ton itu oleh TaqdiruLlah berubah wujud 
menjadi energi yang dipancarkan matahari ke ruang sekelilingnya, antara lain 
menyinari bumi. Matahari mengalami penyusutan materi oleh proses reaksi fusi 
inti atom ini dalam 1,5 miliyar tahun hanya sekitar 1% dari massa matahari yang 
ada sekarang ini. Pakar astro-fisika memperhitungkan umur matahari sekitar 10 
miliyar tahun. Dengan demikian selama itu matahari telah susut massanya sekitar 
6%. Bumi hanya menerima seper-2000 miliyar dari energi yang dipancarkan 
matahari itu. Bumi menerima sinar berupa energi photon dari matahari. Photon 
itu berasal dari sinar gamma dalam inti matahari, yaitu hasil perubahan massa 
menjadi energi oleh reaksi inti dalam inti matahari itu. Sinar gamma itu 
mengalami penyusutan energi tatkala menembus keluar, dan itulah photon setelah 
energi itu tiba pada bagian luar matahari. Bumi menerima energi photon sebanyak 
175 milyar mega-wat-jam. Energi sehanyak itu terpakai untuk menjalankan 
motor-iklim seperti: pemanasan udara, penguapan air yang menjadi hujan, angin, 
arus laut, dan ombak serta berjenis kejadian lainnya dalam atmosfer bumi.

Photon menyebabkan tumbuh-tumbuhan membangun ikatan kimia organik hidrokarbon 
(baca: bahan bakar dan makanan) dari bahan baku air dan karbon-dioksida, dan 
memberikan oksigen kepada binatang dan manusia. Bahan bakar berupa minyak, gas 
alam dan batu bara yang ada dalam perut bumi disusun oleh tumbuh-tumbuhan 
selama berjuta-juta tahun dengan bantuan photon tersebut.

Pada waktu langit bersih permukaan bumi menerima setiap meter persegi dalam 
ketinggian serata dengan permukaan laut dalam setiap hari sekitan 870 watt dari 
photon itu. Pada ketinggian sekitar 4400 meter dari muka laut hasil pengukuran 
menunjukkan banyaknya photon yang diterima pada luas permukaan satu meter 
persegi sekitar 1,16 kilowatt, jadi sehanyak 35% lebih dari permukaan bumi pada 
muka laut. Satelit Palapa yang terletak lebih tinggi menerima lebih intensif 
pula, yaitu l,36 kilowatt.

Dari data yang di atas itu, menyebabkan orang menoleh kepada energi matahari 
sebagai energi alternatif dalam millnium ketiga (abad ke-30). Hal ini 
disebabkan makin menipisnya sumber energi pada bahan bakar hidro-karbon, 
sedangkan sumber energi baik dari pemecahan maupun penyusunan inti atom membawa 
dampak buruk yakni pencemaran radio-aktif. Padahal energi matahari sangat ramah 
lingkungan dalam makna tanpa pencemaran gas buang, tanpa pencemaran thermal, 
tanpa pencemaran bising, dan tanpa pencemaran radio aktif. Dengan uraian ini 
dapatlah disimak dan dinikmati kata DHYAaN (dibaca: dhiya-un) dalam ayat yang 
berikut: 
-- HW ALDZY J'AL ALSYMS DHYAaN WALQMR NWRA (S. YWNS, 10:5), dibaca: Huwal 
ladzi- ja'alasy syamsa dhiya-an wal qamara nu-ran, (s. yu-nus), anrinya: 
-- Dia Yang menjadikan matahani bersinar dan bulan bercahaya. WaLlahu a'lamu 
bisshawab.

*** Makassar, 5 September 1999
      [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1999/09/388-menghadapi-tantangan-krisis-energi.html
 


Kirim email ke