Mbak Fitri,

Sudahlah.. gak usah sampai mendo'akan soal neraka deh klo lagi bahas si
mus..
Biasa aja.. hati boleh kesal, tapi kepala/otak setenang mungkin..
Makin terlihat kesal kita, makin senang dia (dan pihak yang mendukungnya)..
Yang penting kita bisa melihat bahwa dia kerap memutar balikkan fakta dan
menggunakan 'kibulan' menjadi (seolah-olah) kebenaran.

Meskipun bukan berarti tidak ada yang benar dari omongannya.. tapi kita bisa

melihat ke mana (kebanyakan) tujuan dari tulisannya tersebut.. CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

On 11/15/06, fitri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

   Pak Fadli kaban,
saya setuju pendapat bapak mengenai Ny. Muskitawati..karena waktu itu saya
sempat ribut dengan dia karena beberapa postingnya yang berbau agama dan
menjelek kan islam dengan notabene dia bilang seorang umat muslim...dan saya
pernah posting ke moderator beberapa milis untuk mereject semua posting dari
dia, karena saya yakin dia mempunyai misi tertentu untuk memfitnah Islam
karena bukan saja di mediacare tp dia posting ke banyak milis..saran saya
agar moderator media care me reject semua posting dari dia..saya yakin dia
non muslim dan mempunyai misi memfitnah Islam.
Saya berdoa agar Allah SWT membalas semua perbuatannya dan memasukan kafir
ini kedalam neraka jahanam.
Terima kasih.



----- Original Message -----
*From:* Fadli Kaban <[EMAIL PROTECTED]>
*To:* mediacare@yahoogroups.com
*Sent:* Wednesday, November 15, 2006 12:15 AM
*Subject:* Re: [mediacare] Re: Saran untuk Nyonya Muskitawati

 Mungkin juga saya dimaksud orang yang 'ribut' seperti di bilang Pak
Danny. Logikanya begini Pak, saya orang yang beragama, agama saya jadikan
panutan hidup, Nabi Muhammad saya jadikan sebagai suri tauladan, dan
terakhir, saya juga mempelajari agama saya sebaik-baiknya. Saya tidak
menemukan kesalahan di dalam agama saya. Bahkan apabila di masukkan dalam
sistem sehari2. Saya juga sama seperti Gusdur, dan beberapa ulama yang saya
kagumi, menolak apabila syari'at dijadikan hukum formal negara ini dan saya
juga merasa bahwa demokrasi sebenarnya juga merupakan hal yang diajarkan
agama saya. Memang ada beberapa pihak atau golongan yang rada extrem, tapi
banyak pula yang menyebarkan Islam dengan damai bukan? AA Gym contohnya.

Sekarang bandingkan dengan pernyataan Ny Mus. Islam agama teroris? Islam
agama Bising? Islam penuh kebohongan? Al-Quran yang mulia sudah dirubah
isinya? Islam sebenarnya menganut sistem Matrilineal (Maaf kalau s alah
penulisan karena saya mahasiswa teknik). Atas dasar apa? Mana bukti
sejarahnya? Mana bukti yang menguatkan? Dengan BANGGA Ny Mus mengatakan
bahwa buktinya telah dihancurkan. Lalu darimana dia membuat hipotesis itu?
Apa dari dugaan? Atau hanya pandangan ibu semata? Kalau Ny Mus menyatakan
sesuatu dan mengatakan bahwa buktinya sudah dihancurkan, maka datang dari
mana pernyataan ibu? Ingat Bu, apabila anda sudah melemparkan sebuah opini
atau pernyataan yang merendahkan orang atau golongan, ditambah ibu tidak
bisa membuktikan (atau hanya mengambil kesimpulan dari sampel yang sangat
kecil) maka opini atau pernyataan Ibu dapat digolongkan sebagai fitnah. Ny
Mus mengaku bahwa dia adalah seorang ilmuwan (atau mungkin cara berpikir Ibu
seperti ilmuwan), maka apabila ibu ingin membuat pernyataan, ibu tidak bisa
mengambil sampel dari segolongan kecil dari objek yang ibu teliti. Apabila
ibu ingin meneliti kelakuan Umat Islam, mengapa ibu hanya mengambil sampel
dari Organisasi Islam Radikal (yang sejujurnya saya juga tidak begitu suka
kelakuannya)? Bukankah ada Daarut Tauhid pimpinan AA Gym yang begitu santun?
Bukankah ada NU pimpinan Gusdur yang sangat toleran dengan Umat beragama di
Indonesia?

Mungkin kata2 saya cuma dianggap angin lalu, tapi cobalah untuk berpikir.
Buat apa kita menjelek2kan orang lain sedangkan diri kita belum tentu benar?
Bukankah lebih baik kita saling introspeksi diri. Mengapa kita tidak bisa
(atau mungkin tidak mau?) menciptakan iklim yang damai? Bukankah damai itu
indah? Apabila ada segelintir golongan yang berusaha merusak kedamaian itu,
bukankah jadi tugas kita untuk mencegahnya? Jangan menghakimi sesuatu
apabila kita hanya melihat sedikit kejelekkannya. Sama juga, apabila ada
Golongan Islam yang radikal, bukankah ada juga Golongan Islam yang damai?
Jadi mengapa hanya karena ada segelintir orang yang bertindak tidak benar,
maka kita harus menjelek2kan kaumnya? Contoh kecil, dalam kampung A ada
seorang pencuri dan dia tertangkap basah mencuri di kampung C yang letaknya
sangat berjauhan dari kampung A. Maka, benarkah apabila kita mengatakan
bahwa kampung A adalah kampung maling? Anda tentu bisa menjawab hal itu
sendiri.

Peace, Love , And Honesty



*IrwanK juga <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:

 Pak Danny,

Saya salah seorang yang mungkin anda maksud 'ribut melulu'..
Tapi saya bisa jamin, saya gak main pentungan/parang/bom sebagai bahasa
saya.. Dan saya kira anda sudah paham alasan saya 'meributkan' (meminjam
istilah anda) si mus ini.. Hanya saja mungkin ada kalangan yang tidak
senang
kalau saya merespon si mus dengan cara seperti itu..

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

On 11/13/06, Danny Lim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Saya mendukung Rexy Mawardi,
>
> SARA di Belanda dibicarakan open se open-opennya, via koran, radio,
> TV, di kampus, di tempat pekerjaan dll. Kalau ngga percaya tanya
> James. Karena open, maka terjadi interaksi positif sesama golongan
> masyarakat. Yang ribut melulu ada juga, yaitu mereka-mereka yang
> memang dasarnya radikal. Kelompok ini mau diapakan juga tetap tidak
> mengenal damai, pentungan/parang/bom adalah bahasa mereka. Saya
> lihat di Media Care juga ada segelintir pikiran radikal, namun
> mayoritasnya moderat kok dus bisa mencerna email-email Mustikawati
> tanpa adrenaline. Saya sendiri senang membaca email-email
> Mustikawati.
>
> Yang dilarang mas Radityo mungkin perdebatan DOGMA AGAMA. Nah
> seperti telah saya katakan berulang kali, dogma agama memang TIDAK
> pantas diperdebatkan. Agamamu untukmu, agamaku untukku. Jadi bukan
> cuma di milis Media Care, di milis Zamanku pun perdebatan dogma
> agama tidak akan menghasilkan apa-apa.
>
> Salam hangat, Danny Lim, Nederland
>

Kirim email ke