Kisah Tragis Wartawan Kritis
Tragis. Begitulah kisah yang dialami Mas Bambang,
seorang jurnalis yang sepanjang kariernya memegang
teguh prinsip-prinsip dan kode etik jurnalistik. Namun
justru karena memegang teguh prinsip itulah, lelaki
pendiam bertubuh kecil bernama lengkap Paulus Bambang
Wisudo itu akhirnya dipecat dari tempatnya bekerja
selama 15 tahun, yakni koran terbesar di Indonesia,
Harian KOMPAS.

Pemecatan itu merupakan buntut dari perseteruan
Serikat Pekerja KOMPAS dengan para petinggi KOMPAS
sejak kurang lebih 2 tahun terakhir. Mas Bambang dan
sejumlah pengurus Serikat Pekerja selama ini menuntut
agar 20 persen saham karyawan yang sudah disepakati
oleh dua pendiri KOMPAS, Jacoeb Oetama dan PK. Oejong,
diberikan kepada karyawan. Perusahan menolak. Namun
setelah melewati sejumlah negosiasi yang alot,
akhirnya disepakati bahwa karyawan berhak mendapat 20
persen dari dividen.

Namun setelah tujuan tercapai dan karyawan mendapatkan
haknya (meski belum mewujud jadi kenyataan), sejumlah
wartawan yang selama ini kritis dan menjadi penggerak
serikat pekerja dimutasi. Syahnan Rangkuti, Ketua
serikat, dimutasi ke Padang, dan Mas Bambang dimutasi
ke Ambon. Syahnan menerima, Mas Bambang menolak.
Karena ia menganggap iu adalah strategi untuk membuang
dirinya.

Buntut dari percekcokan itu, akhirnya KOMPAS melalu
Pimrednya, Suryopratomo, mengeluarkan surat pemecatan
terhadap Mas Bambang, tertanggal 8 Desember 2006,
dengan alasan telah meresahkan lingkungan KOMPAS.
Sebuah alasan yang lucu. Suryopratomo juga menambahkan
bahwa perusahaan tidak lagi memercayai Mas Bambang,
sehingga kerjasama tidak bisa diteruskan. Terhitung
mulai 9 Desember 2006, Mas Bambang dilarang masuk
kerja atau menginjakkan kaki di lingkungan KOMPAS.

Begitulah. Tida seperti slogannya yang berbunyi AMANAT
HATI NURANI RAKYAT, KOMPAS ternyata sanggup juga
melakukan penindasan dan mengabaikan hati nurani.
Wisudo mungkin adalah salah satu wartawan terbaik di
era sekarang ini, namun ternyata KOMPAS tidak nyaman
dengan orang-orag terbaik. Tampaknya, pelan tapi
pasti, KOMPAS mulai menjadi tak ubahnya rezim
otoriter, yakni tidak menyukai orang-orang jujur,
kritis dan teguh memegang prinsip kebenaran. 

Jika hasrat akan kebenaran (will to truth) sudah
dikalahkan oleh hasrat akan uang atau kekuasaan (will
to power), maka akan selalu seperti itulah
kejadiannya. Tak peduli pada institusi media, yang
diharapkan menjadi ujung tombak dalam mengabarkan
kebenaran.

--- Wido Q Supraha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pimpinan Kompas Tidak Temui Pendemo
> 
> Ahmad Dani - detikcom
> 
>  
> 
> Jakarta - Setelah berdemo selama 1 jam lebih,
> puluhan pendemo dari Komite
> Anti Penghapusan Serikat Pekerja (Kompas) pulang
> dengan tangan hampa. Tidak
> ada satu pun pimpinan Kompas yang bersedia menemui
> mereka.
> 
>  
> 
> Tuntutan yang semula akan mereka sampaikan akhirnya
> diserahkan ke aparat
> Polsek Tanah Abang.
> 
>  
> 
> Di penghujung aksi demo yang digelar di depan Gedung
> Kelompok Kompas
> Gramedia (KKG), Palmerah, Senin (11/12/2006),
> sebetulnya sempat ada beberapa
> pimpinan redaksi Kompas ke luar dari gedung KKG.
> Namun begitu melihat 20-an
> pendemo, mereka kembali masuk ke dalam. 
> 
>  
> 
> Begitu melihat pimpinan Kompas balik badan, para
> pendemo langsung berteriak,
> "Hei, jangan jadi pengecut!"
> 
>  
> 
> Namun teriakan mereka tidak direspons, sehingga
> pendemo akhirnya
> menyampaikan tuntutan mereka kepada Polsek Tanah
> Abang.
> 
>  
> 
> Dalam surat tuntutan itu, mereka meminta antara
> lain, pihak Kompas
> membatalkan pemecatan Bambang Wisudo dan tidak
> menghalangi lagi bekerja. 
> 
>  
> 
> Aksi demo ini rencananya akan dilakukan slama
> beberapa hari. Di sela aksi
> itu mereka juga merencanakan mengunjungi makam
> pendiri Kompas, PK Otjong.
> 
>  
> 
> Hingga kini, pimpinan Kompas belum menjelaskan
> mengenai kasus pemberhentian
> Bambang Wisudo. Meski kasus ini sebenarnya berawal
> dari kasus internal,
> namun kasus ini telah melebar menjadi kasus hukum,
> karena Bambang Wisudo
> melaporkan masalah ini ke polisi. 
> 
> (umi/asy)
> 
>  
> 
> Source :
>
<http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/11/ti
> me/141100/idnews/718633/idkanal/10>
>
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/11/tim
> e/141100/idnews/718633/idkanal/10
> 
>  
> 
> 


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Reply via email to