--- In mediacare@yahoogroups.com, "loekyh" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>

L:
> Pada konteks ini saya membandingkan reaksi yg dingin2 dari umat
> Kristen dan Yahudi thd dokumenter ini dg reaksi sebagian muslim yg
> begitu gampang marah2 ketika ada kasus kartun nabi padahal kalau
> dilihat dari sumber awalnya, mestinya berita pameran di Denmark itu
> lebih sulit tersebar luas karena tidak diawali oleh kantor berita
> besar spt CNN. Sebaliknya media2 yg merupakan sumber awal yg memuat
> headline berita kartun nabi berasal dari koran2 di negara2 Islam/ Arab. 


I:
Ya lain duuoooonggg: "After Jesus..." di CNN itu sebuah diskusi
berbasis literatur dan pendapat para ahli (narasinya memang tidak
mengambil perspektif the believers -ini yg nampaknya bikin Anda
'syok'- Sebetulnya ya wajar2 saja pendekatan tersebut yang diambil,
wong namanya media massa sekuler). Kartun Denmark mah jelas2 sebuah
mockery..... (memang sayangnya sejumlah Muslimin/ah tidak 'bermain
cantik' menanggapinya)
Perbandingannya yang Apple to Apple dong. 

L:
> Seandainya saya belajar Pancasila seumur hidup dan tetap ndak ngerti2,
> apakah meneer Jeims akan melarang saya berkomentar ttg Pancasila?
> (Kalau anda pendukung pak Harto, pertanyaan ini saya batalkan :-)) 

I:
Saya ikut nimbrung: kalaupun ada larangan, yang 'dilarang' adalah
bikin statement, kesimpulan, kasih label, yang berdasarkan pengetahuan
terbatas.


L:
> Makanya saya
> tak mengerti kenapa ada yg meminta saya 'belajar dulu agama X' ketika
> berdiskusi ttg agama padahal kalau mau fair, diskusi agama harus
> berbasis pada prinsip2 yg juga diterapkan ketika belajar ilmu2
> 'duniawi' (semacam ilmu2 eksakta) di sekolah2 dan di kampus2.
> 

I:
Mungkin yang dimaksud itu anjuran supaya Anda keluar dulu dari
kosmologi konsep Anda (coba perhatikan diskusi Dewi Candraningrum
dengan saya tentang Hermeneutika yang saya posting di sini). Dari
pilihan kata Anda di topik CNN itu kelihatan jelas sekali Anda belum
berhasil mengerti kosmologi konsep Kristen, dan sayangnya tahap itu
belum berhasil Anda lalui tapi Anda sudah buru2 menarik kesimpulan ini
itu. 

Jadi lakukan dulu apa yang Anda anjurkan orang lain lakukan (terlebih
dahulu ganti "sebaiknya kita melakukan pendekatan dan pola pikir dg
pijakan akademik" menjadi "sebaiknya kita keluar dulu dari kosmologi
konsep kita lalu coba pahami kosmologi konsep yang sedang Anda bahas
itu"):
> 3. Jika kita membicarakan agama di luar agama kita, maka sebaiknya
> kita melakukan pendekatan dan pola pikir dg pijakan akademik, spt
> contoh pembuatan dokumenter tsb. Jadi bukan dg pijakan (dogma) ajaran
> kita sendiri yg sudah pasti akan bias dan lebih berpotensi menimbulkan
> konflik karena (dogma) ajaran sendiri tak bisa didiskusikan dg pihak
> agama lain.

Sayang ya, Anda tidak cukup sportif mengakui bahwa Anda melakukan
kekeliruan. 

Salam,
Ida Khouw



> --- In mediacare@yahoogroups.com, James A <meerkapot@> wrote:
> >
> > Kalau memang gak perduli, gak ngerti, dan gak mau mengerti  ya
> sebaiknya jangan komentar atuh :)
> > 
> > Jadi keliatan banget ngga ngertinya dimana :P
> > 
> > Sudahlah Pak, komentar yang lain saja, yang gampang-gampang gitu
> loh. Jangan pilih topik yang sulit, apalagi situ sudah bilang gak
> ngerti dan gak mau ngerti.
> > 
> > Seperti yang dibilang Idakhouw, gak ada yang aneh di dokumenter itu
> (basbang).
>


Kirim email ke