http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007052800580316

      Senin, 28 Mei 2007 
     
      BURAS 
     
     
     
Bernapas Dalam Lumpur! 

       
      H.Bambang Eka Wijaya:



      "SUPINAH, diperankan Suzzanna, seorang wanita desa yang lugu, ke Jakarta 
mencari suaminya yang sudah lama merantau tanpa kabar," tutur Umar. "Setelah 
tak kenal lelah melacak melalui orang-orang sedesanya yang ada di Ibu Kota, 
akhirnya ia temukan. Tapi malang, suaminya sudah kawin lagi!"

      "Aku ingat! Itu cerita film 'Bernapas dalam Lumpur' (1970) yang juga 
diperankan Rahmat Kartolo dan Dicky Zulkarnaen!" sela Amir. "Di tengah kecewa 
berat itu, Supinah terjerumus ke lumpur hitam, dunia prostitusi Jakarta!"

      "Betul! Ingatanmu kuat juga!" timpal Umar. "Dalam petualangan itu Supinah 
jumpa pria kaya yang jatuh cinta padanya! Ia dinikahi. Tapi rusak mental 
Supinah rupanya sudah tak tertolong lagi, ia tak bisa menanggalkan kebiasaan 
buruknya! Akhirnya, ia memilih kembali bernapas dalam lumpur!"

      "Begitu tragedi anak manusia yang konon diangkat dari kisah nyata itu! 
Tapi jelas, ia tenggelam bernapas dalam lumpur atas pilihannya sendiri!" tegas 
Amir. "Berbeda dengan warga korban semburan lumpur panas Sidoarjo, yang tanggal 
29 Mei besok genap setahun! Mereka menderita bukan sebagai konsekuensi 
pilihannya sendiri, tapi akibat kelalaian perusahaan pengeboran gas yang 
bekerja tak memenuhi standar!"

      "Bentuk dan konteks cerita memang beda!" sambut Umar. "Namun, ada 
kekecawaan yang tak jauh berbeda pada kedua episode! Supinah terbenam bernapas 
dalam lumpur akibat suaminya berpaling ke wanita lain, sedang korban lumpur 
Sidoarjo tenggelam dalam lumpur akibat pemerintah sebagai representasi negara 
yang wajib melindungi setiap warganya, berpaling ke logika sendiri bahwa kasus 
lumpur panas Sidoarjo bukan tanggung jawab pemerintah! Padahal, izin pengeboran 
perusahaan yang wanprestatie itu dibuat pemerintah!"

      "Hal itu terbukti, selain tak peduli dengan penderitaan warga korban 
lumpur, lembaga yang dibentuk pemerintah--BPLS--Badan Penanggulangan Lumpur 
Sidoarjo, namanya saja lebih mengacu ke lumpur ketimbang manusia korbannya!" 
tegas Amir. "Untuk itu, kita simak sambutan Bupati Win Hendarso pada acara 
istigasah di Masjid Agung Sidoarjo kemarin, 'Ini upaya berdoa kepada Tuhan agar 
segera menghentikan semburan lumpur karena upaya teknis yang dilakukan selama 
ini tidak berhasil!"

      "Jadi, selain orientasi pemerintah keliru, upayanya gagal pula!" timpal 
Umar. "Akibat ketakpedulian pemerintah itu, trauma mental warga korban lumpur 
panas bisa separah--meskipun dalam bentuk dan konteks berbeda--trauma Supinah! 
Artinya, seandai akhirnya muncul uluran tangan (dari pemerintah) untuk 
penyelamatan secara material, belum tentu mampu mengobati trauma mental para 
korban yang telanjur parah!"

      "Sebab itu, tepat sekali istigasah nasional yang dikoordinasi Lili 
Hadijah Wahid, adik Gus Dur, yang kemarin dilakukan serentak di 21 tempat 
seantero Tanah Air, semoga Tuhan menghentikan semburan lumpur yang gagal 
diatasi Pemerintah itu!" tegas Amir. "Juga, korban lumpur diberi kekuatan agar 
terhindar dari trauma mental akibat kekecewaan tersebut!" ***
     

<<bening.gif>>

<<buras.jpg>>

Reply via email to