Mas Pandu, Untuk memberi penghargaan kenapa harus lewat Pemerintah? Sepertinya sudah bukan zamannya lagi serba pemerintah. Pulitzer sendiri kan bukan punya pemerintah?
Kan Anda dan teman-teman bisa saja bikin, misalnya "Winnetou Award"? Howgh! ----- Original Message ----- From: pandu ganesa To: mediacare@yahoogroups.com Cc: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 20, 2007 2:24 PM Subject: [mediacare] Re: "Novel" Pengalaman Trasplantasi Liver Dahlan Iskan Dari edisi yang pagi ini (saya membaca edisi on-line-nya), ada keterangan bahwa tulisan itu memang akan dibukukan, dan saya akan menjadi orang pertama yang membeli. Kalau saya jadi penguasa, tulisan itu akan saya kasih sejenis hadiah Pulitzer. Penjelasan dia tentang penyakitnya, jauh lebih gamblang cara menjelaskannya daripada cara para dokter spesialis yang pernah saya temui (saya juga mantan pengidap Hepatitis B tapi sudah lolos sirosis, karena sempat berkelit tepat pada waktunya). Hepatitis B dan C itu berbahaya justru karena tidak ada tanda-tanda apa-apa. Penjelasan dia tentang wajah yang hitam (dan membuat Cak Nurcholis Majid dianggap menghujat Tuhan) juga di-kick balik dengan indahnya, dan membuat para kiai kampung yang suka memaki-maki menjadi mengkeret wajahnya. Pengalaman managementnya sebagai CEO Perusda Kaltim (kebetulan saya pernah 10 tahun di Kaltim), juga jauh lebih bermanfaat daripada case studynya MBA Harvard (saya juga pernah mblenger membahas yang begituan), karena ada unsur pelajaran menghadapi orang pemerintah yang memuakkan. Ilmu logika agamanya, jauh lebih bernas daripada para pengkotbah di TV (jangan berdoa melulu, pakailah otakmu) straight to the point, dst dst. Kalau saja para wartawan Indonesia se-thorough itu dalam membahas sesuatu, maka alangkah pandainya orang Indonesia karena akan selalu mendapatkan info masukan yang seksama sekaligus gamblang, tentang apa saja. Dan saya tidak kenal pak Dahlan! gono Re: "Novel" Pengalaman Trasplantasi Liver Dahlan Iskan Posted by: "mediacare" [EMAIL PROTECTED] Wed Sep 19, 2007 8:24 pm (PST) Pak Daniel di Surabaya, Yang saya dengar dari para pembaca Jawa Pos dan IndoPos (Jakarta) malah sebaiknya. Kebanyakan mereka memuji tulisan Pak Dahlan Iskan tersebut. Katanya, memberikan semangat dan inspirasi baru.... Memang, saya dengar banyak juga pembaca yang mengusulkan agar tulisan tersebut dibukukan. ----- Original Message ----- From: Daniel H.T. To: mediacare@yahoogroups.com Cc: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 20, 2007 9:24 AM Subject: [mediacare] "Novel" Pengalaman Trasplantasi Liver Dahlan Iskan Saya awam dalam hal-hal yang berkaitan dgn jurnalisme. Namun sebagai konsumen pembaca, saya sangat heran dgn apa yg dilakukan Jawa Pos. Apa sih begitu terlalu istimewanya operasi transplantasi liver seorang Dahlan Iskan, Boss-nya Jawa Pos, sampai-sampai tulisan tentang pengalaman menjalani operasi transplantasi livernya itu dimuat di Jawa Pos secara bersambung sampai sedemikian panjangnya? Bayangkan saja, sampai hari ini, Kamis, 20 September 2007, tulisan pengalaman transplantasi liver Dahlan Iskan sudah memasuki episode yang ke-26 ! Dan belum menunjukkan tanda-tanda "The End." Rasanya sudah setara dgn tebal sebuah novel. Apa tidak sekalian dibikin novelnya saja, Bapak2 / Ibu2 Redaktur di Jawa Pos? Atau barangkali mau dibuat sinetronnya sekalian di JTV? Masih belum cukup dgn cerita bersambung itu, Jawa Pos juga sempat memuat satu halaman khusus berisi komentar2 pembaca ttg tulisan tsb. Apakah koran ini terlalu mendewa-dewakan Sang Boss yg bernama Dahlan Iskan? Kalau ya, jangan pembacanya juga diikut-ikutan, dong... Koran Jawa Pos itu adalah media publik, bukan koran intern atau sejenisnya. Atau para Redakturnya takut kepada Sang Boss, sehingga terpaksa memuat semua tulisannya tsb? Jangankan membacanya terus, melihat judulnya saja rasanya sudah 'nek. ------------------------------------------------------------------------------ No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.487 / Virus Database: 269.13.25/1018 - Release Date: 19/09/2007 15:59