Awalnya saya juga membaca artikel ttg pengalaman menjalani operasi 
transplantasi liver Bpk Dahlan Iskan yg ditulisnya sendiri itu. Saya termasuk 
suka membaca tulisan2 beliau di Jawa Pos, terutama ttg pengalaman2 perjalannya 
di Tiongkok yg sedemikian kaya. 

Namun tentang cerita bersambung "Pengalaman Menjalani Operasi Transplantasi 
Liver" ini menurut saya sudah terlalu berpanjang-panjang. Saya hanya membacanya 
sampai kira2 bagian ke 5-7. Kemudian saya mulai merasa jenuh -- mau cerita ttg 
apalagi kok masih bersambung terus? Apalagi tempatnya di halaman depan, dan 
hampir selalu menjadi "headline" Jawa Pos setiap hari. Posisinya paling muka 
dan paling di atas. Seolah-olah artikel lain, termasuk berita2 utama lainnya di 
halaman muka itu kalah penting daripada artikel tsb.

Kalau ada yg merasa manfaatnya artikel panjang tsb, syukurlah. 

Saya juga tidak antipati ttg pengalaman Bpk Dahlan Iskan menjalani operasi 
transplantasi liver tsb. Sebaliknya saya simpatik terhadapnya. Yg saya antipati 
adalah pada artikel tsb yg terasa begitu panjangnya dan istimewanya sampai 
tempatnya hampir selalu setiap hari menjadi headline Jawa Pos. Apa sih luar 
biasanya operasi transplantasi liver tsb? Bukankah operasi transplantasi liver 
sudah merupakan suatu yg lazim? Mengapa pada kasus Dahlan Islan ini hanya 
bicara ttg pengalaman transplantasi liver itu sampai sedemikian panjangnya 
sampai tebalnya setara dgn novel?



Oh, ya? Katanya, sungguhan, benar2 mau dibuat novelnya? Bagaimana dgn sinetron? 
Apakah juga sekalian mau dibuat?

Kita lihat saja, kalau nanti benar2 dibuat novelnya, mudah2-an akan menjadi 
best seller di Indonesia. Mungkin dunia, ya? Apalagi dengar2, ada yg mau 
memberi penghargaan sejenis Pulitzer terhadap artikel tsb?

Istilah "mengdewa-dewakan" barangkali berlebihan, ya? Bagaimana kalau 
diperhalus menjadi "Mengkultuskan"?

Fenomena mengkultuskan Dahlan Iskan rasanya berhasil diwabahi Jawa Pos kepada 
sebagian pembacanya, ya? Contohnya BUng Pandu?

Bung Pandu sampai2 hendak memberi penghargaan sejenis Pulitzer terhadap tulisan 
tsb?! Wah, kalau boleh tau, apa sih istimewanya isi substansi artikel tsb 
sampai2 layak mendapat penghargaan di bidang jurnalisme yg sejajar dgn 
Pulitzer? Seandainya orang lain yg menjalani operasi yg sama, pengalaman yg 
sama, terus menulis pengalamnannya seperti Bapak Dahlan Iskan, apakah Anda akan 
memberi penghargaan yg sama? Atau ini subyektif, gara2 yg punya pengalaman dan 
penulisnya seorang Dahlan Iskan?

Lagipula kenapa repot2 harus menjadi penguasa dulu baru mau beri penghargaan? 
Penghargaan2 seperti Pulitzer dan sejenisnya selalu dsiberikan oleh lembaga 
swadaya masyrakat swasta. Setahu saya Pulitzer bukan penghargaan yg diberikan 
oleh penguasa/pemerintah. Penguasa hanya memberi penghargaan kepada mereka yg 
dianggap berjasa bagi negara dan bangsa. Atau, apa Bung Pandu malah mau 
mensejajarkan artikel tsb dgn jasa seseorang terhadap bangsa dan negara! Lebih 
tinggi dari Pulitzer sekalipun? Sangat luar biasa.

Atau barangkal Bung Pandu mau menjadi pelopor seperti Joseph Pulitzer u/ 
memberi penghargaan kepada penulis2 seperti Dahlan Iskan dgn pengalamannya itu? 
Jadi akan ada Pulitzer versi Indonesia, dgn nama "Ganesa Award," diambil dari 
nama Pandu Ganesa, sebagaimana Pulitzer Award yg berasal dari nama pelopornya, 
Joseph Pulitzer?

Terima kasih.
  
  ----- Original Message ----- 
  From: mediacare 
  To: mediacare@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, September 21, 2007 2:45 PM
  Subject: Re: [mediacare] Re: "Novel" Pengalaman Trasplantasi Liver Dahlan 
Iskan


  Kurang tepat sih Mas Pandu. 
  Penguasa bisa dibeli pengusaha, tapi penguasa tak bisa beli pengusaha. Mereka 
bisanya malah minta-minta. Mustinya melayani, tapi malah minta dilayani. Itulah 
rona kehidupan di Indonesia....

  Mungkin Anda mau ketik "pengusaha" kepeleset jadi "penguasa" ya?
  Bener kan?

  Hehehehee..


    ----- Original Message ----- 
    From: pandu ganesa 
    To: mediacare@yahoogroups.com 
    Cc: [EMAIL PROTECTED] 
    Sent: Friday, September 21, 2007 1:11 PM
    Subject: [mediacare] Re: "Novel" Pengalaman Trasplantasi Liver Dahlan Iskan


    Lha iya itu, agar bisa bikin "Winnetou Award" kan harus menjadi "penguasa" 
    (penguasa kan belum tentu berarti pemerintah) dulu, paling tidak menjadi 
    penguasa kapling "Nugget Tsil" alias Gunung Emas.

    Boro-boro gunung emas, bikin buku Winnetou sesuai target (setahun empat 
    buku) saja masih tertatih-tatih kok. :-)

    gono
    Re: "Novel" Pengalaman Trasplantasi Liver Dahlan Iskan
    Posted by: "mediacare" [EMAIL PROTECTED]
    Thu Sep 20, 2007 12:51 am (PST)
    Mas Pandu,

    Untuk memberi penghargaan kenapa harus lewat Pemerintah? Sepertinya sudah 
    bukan zamannya lagi serba pemerintah. Pulitzer sendiri kan bukan punya 
    pemerintah?

    Kan Anda dan teman-teman bisa saja bikin, misalnya "Winnetou Award"?

    Howgh!

    ----- Original Message ----- 
    From: pandu ganesa
    To: mediacare@yahoogroups.com
    Cc: [EMAIL PROTECTED]
    Sent: Thursday, September 20, 2007 2:24 PM
    Subject: [mediacare] Re: "Novel" Pengalaman Trasplantasi Liver Dahlan Iskan

    Dari edisi yang pagi ini (saya membaca edisi on-line-nya), ada keterangan 
    bahwa tulisan itu memang akan dibukukan, dan saya akan menjadi orang 
pertama 
    yang membeli. Kalau saya jadi penguasa, tulisan itu akan saya kasih sejenis 
    hadiah Pulitzer.





----------------------------------------------------------------------------

Kirim email ke