Rekan Siauw ve Ya itu dia pokok masalahnya agama + dengki yang membutakan. Sebaliknya Israel berjuang keras lihat saja dalam masa singkat mampu membangun negaranya kembali, industri berkembang, ekonomi bertumbuh pesat. Sementara diseberang jalan Palestina dibawah pemimpin teroris yg korup terperosok terus......
Mungkin masih ada yang ingat serangan terorist Palentina pada kapal pesiar, mereka membunuh dengan brutal termasuk seorang tua Israel warga negara Amerika yang lumpuh dan duduk dikursi roda...... .sesaat setelah itu .tahun 1993 kalau tidak salah, dalam suatu Concert damai membawakan karya Mozart "Ode to Joy" di New York, Mayor Giuliani menolak gagasan UN untuk menghadirkan Arafat. Undangan sdh dicek dan tak ada nama Arafat akan tetapi entah bagaimana Arafat bisa hadir di konsert tsb. Mayor Giuliani bilang org tsb harus keluar dari gedung ini sebelum saya berpidato......dia berhasil. Sebentar lagi akan ramai penghujatan kepada candidat president US, apalagi bila yang maju Giuliani. Mereka nggak sadar bahwa suara mereka tidak didengar dan sebaiknya ngurusin negeranya sendiri dari pada ikut nimbrung negara org lain...kita tunggu saja. HH ----- Original Message ----- From: siauw ve To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Thursday, September 20, 2007 9:08 PM Subject: Re: [mediacare] KOMPAS Promosikan Israel Kalo di Indonesia ini aku kok ga percaya kalo ada orang yg membenci israel bukan krn alasan agama, apalagi kalo ada yg sok bicara dari segi politik dan keamanan, wong secara politik banyak rezim yg lebih brengsek dari israel tp para pembenci israel ini juga diam aja. Dari segi HAM msh banyak yg layak dikutuk dari sekedar israel. Kemana aja kalian selama ini shg diam aja melihat pelanggaran HAM di arab saudi dan negara arab lain. Kenapa kalian diam aja ketika melihat bom al qaeda tiap hari merenggut nyawa penduduk sipil tidak berdosa.Bagi saya apapun alasannya entah pembebasan, perjuangan kemerdekaan, ketertindasan ataupun alasan lain tdk membuat seseorang boleh membunuhi orang lain. Bahkan kadar kebencian kita terhadap israel mungkin lbh tinggi dari kadar kebencian orang arab ataupun palestina thd israel, buktinya msh banyk kok orang palestina yg kerja di israel tiap hari. Penduduk israel juga ada yg beretnis arab. Untuk para pembenci israel, gimana kalo kalian jalan2 dulu ke israel, lihat kehidupan sosial disana dan baru bikin postingan lagi. FYI, aku bukan fansnya israel tapi juga tidak termasuk pembenci israel. Kalo harus membenci, Aku lebih benci malaysia, he he he..... ----- Original Message ---- From: Unik Ihsan <[EMAIL PROTECTED]> To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Thursday, September 20, 2007 2:11:53 AM Subject: Re: [mediacare] KOMPAS Promosikan Israel TIDAK. they are truly bastards! (saya bicara Israel, bukan yahudi) saya bersikekeh tetap tidak membela Israel dalam bentuk apapun. Dahulu mungkin pernah saya "mencoba" bersikap objektif...tetapi Tidak Sekarang...kenyataa n sudah sangat jelas... Ingat, Pengakuan sangat penting dalam kancah politik dunia. Indonesia merdeka salah satunya melalui proses "pengakuan". Dan kita semua tahu bahwa "Pengakuan Negara Lain" adalah jawaban atas politik PBB dan negara adikuasa (mereka "asli"nya siapa? saya piker semua tahu siapa). Mohon KOMPAS memperhatikan bahwa hal ini adalah hal yang sangat PENTING & TIDAK ETIS, tidak hanya untuk umat beragama, tapi juga secara politik dan keamanan. Unik Sultan ------------ --------- ----- OMG! I ve never realized Indonesia is sooo beautiful... Like Me! Priyo Husodo <priyohusodo@ gmail.com> wrote: Bung kayaknya kalo ngga ada bangsa israel, agama samawi juga ngga ada tuh... dulu Indonesia juga banyak yang ngga ngakui kok... politik luar negari itu sebaiknya dilihat pada hubungan timbal balik, bukan dalam kacamata agama. makanya indonesia ngga pernah pinter-pinter hubungan politik luar negeri dengan timur tengah kok cuman sama arab saja. capee deeh... cheers, rph On 9/19/07, axmals <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: Assalamu`alaikum Wr. Wb. imagePemuatan advertorial tentang pariwisata Israel pada rubrik perjalanan (Klasifikasi Iklan) harian KOMPAS dinilai sarat kepentingan mendukung negara zionis itu. "Halaman 44 yang paling tidak saya catat pada tiga edisi KOMPAS (6 September 07, 13 Sept 07 tentang Eilat, dan satu lagi tentang Kibbutz) bersama ini saya mengajukan protes keras atas pemuatan advertorial tersebut," ujar pengamat hukum Universitas Indonesia (UI) Heru Susetyo. Menurutnya, kebebasan berpendapat boleh, tapi, hak mayoritas umat Islam jangan diabaikan. "Saya menghargai hak setiap orang atas kebebasan berekspresi (freedom of expression) melalui media massa, sayapun menghargai hak setiap orang untuk berpergian ke manapun ia suka (freedom of movement), namun saya harap KOMPAS juga menghargai sikap politik, politik luar negeri, dan hak bangsa dan negara Indonesia untuk tidak mengakui eksistensi negara Israel," paparnya. Sejak berdirinya negara Israel sejak tahun 1948, tegasnya, Indonesia tidak pernah mengakui eksistensi negara Israel secara yuridis, formal, maupun politis, pun kini pada pemerintahan Presiden SBY. "Dasar utama penolakan ini adalah berdirinya negara Israel terjadi melalui penjajahan dan kekerasan yang menyejarah dan melegenda dengan mengorbankan hak bangsa Palestina untuk hidup bebas dari penjajahan dan kekerasan." Sikap anti penjajahan bangsa dan Negara Indonesia terefleksi secara jelas dalam alinea pertama Pembukaan UUD 45, juga dalam politik luar negeri Bebas Aktif Negara Indonesia. Salah satu implementasi sikap tersebut adalah dengan tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel, negara yang berdiri di atas darah dan air mata bangsa Palestina (dan juga Lebanon). Pemuatan advertorial pariwisata Israel pada tiga edisi KOMPAS adalah suatu `pengakuan diam-diam' terhadap Israel. Secara diplomatik dan praktek konsuler, inipun mengherankan, karena bagaimana bisa masyarakat Indonesia mengunjungi Israel ketika Israel tidak memiliki perwakilan di Indonesia? Bagaimana calon turis Indonesia mendapatkan visa Israel? Apakah mereka harus ke negara ketiga dahulu yang memiliki Perwakilan Israel? Maka secara tidak langsung advertorial tersebut mengajarkan turis Indonesia untuk menjadi "penyelundup visa." "Saya berharap, KOMPAS lebih sensitif dan lebih tanggap terhadap isu ini. Janganlah membuat cedera hati sebagian rakyat Indonesia yang anti kekerasan dan penjajahan di Asia Barat dan di semua penjuru bumi. Apalagi KOMPAS adalah media publik yang selama ini cukup terpercaya dan dikenal cukup hati-hati dalam pemberitaan, " tandas Heru. — (rz/dina/m3©092007) image camel ------------------------------------------------------------------------------ Pinpoint customers who are looking for what you sell. ------------------------------------------------------------------------------ Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV. Watch previews, get listings, and more!