Indonesia perlu menangapi hal macam ini hanya kalau ada manfaatnya buat 
menambah foreign investment dan menamah lapangn kerjaan buat anak bangsa. 
secara umum,Indonesia terlalu fakir buat ngurusin yang ginnian.

Perut ini laper banget dari kemarin belum buka puasa. Mau numpang buka puasa 
rame2 malu. mau buka puasa sendiri gak ada duit. Untung hari ini rame2 puasa 
lagi. Jadi gak ketahuan kalu gak gableg duit buat makan

Kenapa musti ngurusin Yahudi, Columbia dan Arab??


----- Original Message ----
From: Rifanie <[EMAIL PROTECTED]>
To: mediacare@yahoogroups.com
Sent: Sunday, September 30, 2007 5:34:20 AM
Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi....

Mari kita lihat sama2 pandangan Presiden Iran tentang Yahudi dan 
Israel. Presiden yang satu ini semakin kontroversial setelah 
mengemukakan perlunya penyelidikan kembali kebenaran cerita 
Holocaust. Rektor Univ. Colombia bahkan menanggapinya dengan menyebut 
Ahmadinejad sebagai 'surprisingly uneducated'.

Tampaknya masalah ini merupakan perang fisik dan politik antara 
Israel, Arab, Eropa dan Amerika. Sebagai salah satu negara di Asia, 
apakah perlu Indonesia juga terlibat di dalamnya? Apa pengaruhnya 
masalah ini terhadap bangsa kita? Perlukah kita ikut2an menghujat 
Israel atau agama Yahudi secara umumnya?

------------ --------- --------
Kecantikan Diplomasi Ahmadinejad 
http://www.republik a.co.id/koran_ detail.asp? id=308770& kat_id=3

atau lihat video-nya di alamat berikut:
http://www.youtube. com/watch? v=BL3VigBZkCw

Langkah diplomatik Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad, mengambil 
inisiatif dalam konteks hubungan AS-Iran yang kian memanas tampaknya 
akan memiliki dampak yang luas. Sekalipun mendapat caci-maki kekanak-
kanakan dari Presiden Universitas Columbia, Lee Bollinger, langkah 
berani Ahmadinejad bukan tak mungkin akan terbukti menghunjam lebih 
dalam ketimbang yang diperkirakan para musuhnya di AS.

Bagi setiap orang yang dapat berpikir dengan lebih tenang, keberanian 
Ahmadinejad untuk tanding tandang, menahan segala celaan dan cemooh 
hadirin, sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan sikap kekanak-
kanakan dan kepicikan sang rektor dan sebagian audiens untuk 
memperolok tamu yang diundangnya. 

Pemandangan kontras ini dapat dilihat sebagai pertanda keyakinan akan 
kemenangan di pihak Ahmadinejad dan semua yang dia wakili, sekaligus 
menandakan suasana frustrasi serta kegelisahan di pihak Bollinger dan 
semua yang diwakilinya. Di bawah ini adalah sebagian kecil kandungan 
ceramah kedua pihak yang mewakili dua peradaban yang berbeda itu.

Bollinger memulai 'ceramah penyambutannya' , antara lain, dengan 
menyatakan bahwa acara tersebut tidak berhubungan sama sekali dengan 
hak pembicara (Ahmadinejad) , tapi hanya berkaitan dengan haknya untuk 
mendengar dan berbicara. ''Kami melakukan ini demi diri kami 
sendiri,'' kata Bollinger. Kemudian Bollinger melanjutkan, ''Suatu 
hari pada Desember 2005 dalam sebuah acara siaran televisi negara, 
Anda menggambarkan holocaust sebagai sebuah legenda yang dibuat-buat. 
Satu tahun kemudian, Anda mengadakan konferensi dua hari yang 
menghimpun para pengingkar holocaust. Bagi orang awam dan bodoh 
sekalipun, ini adalah propaganda yang berbahaya.''

Tepuk tangan memecah ketegangan. Bollinger menandaskan, ''Sekarang 
Anda datang ke tempat ini (tempat bagi banyak pengungsi holocaust), 
maka Anda tampak menggelikan. Anda hanya menjadi seorang yang secara 
angkuh bersifat provokatif atau secara mengejutkan tidak 
berpendidikan. '' Lagi-lagi tepuk tangan membahana. Bollinger 
meneruskan, ''Dua belas hari yang lalu Anda berkata negara Israel 
tidak lagi bisa hidup. 

Pernyataan ini menggemakan berbagai pernyataan provokatif yang Anda 
sampaikan pada dua tahun terakhir, termasuk pada Oktober 2005, ketika 
Anda berkata Israel itu harus dihapuskan dari peta. Nah, di Columbia 
banyak mahasiswa yang tinggal di Israel atau berasal dari Israel, 
apakah penghapusan itu itu juga mencakup Columbia? Mengapa Anda 
mendukung organisasi-organisa si teroris yang senantiasa menghantam 
perdamaian dan demokrasi di Timur Tengah, menghancurkan hidup dan 
masyarakat sipil di kawasan itu?'' Tepuk tangan memuncak.

Bollinger meneruskan kecamannya, ''Dalam sebuah pengarahan di hadapan 
National Press Club, Jenderal David Petraeus melaporkan senjata-
senjata yang datang dari Iran, termasuk 240 milimeter roket dan 
proyektil peledak, berandil pada `serangan-serangan canggih yang sama 
sekali tidak akan mungkin tanpa dukungan Iran.' Sejumlah lulusan 
Columbia dan para mahasiswa ada di antara para anggota militer 
pemberani yang sedang bertugas di Irak dan Afghanistan. 

Mereka, seperti kebanyakan orang Amerika lainnya dengan putra, putri, 
ayah, suami, dan istri yang bertugas di medan pertempuran, benar-
benar melihat pemerintahan Anda sebagai musuh, Mengapa Anda memilih 
membuat orang-orang di negara Anda menjadi lemah akibat sanksi-sanksi 
ekonomi internasional, dan mengancam untuk menelan dunia dalam 
pembasmian nuklir?''

Setelah melihat kecaman yang bertubi-tubi itu, sekarang marilah kita 
simak ringkasan pernyataan Ahmadinejad di forum Universitas Columbia 
petang 24 September 2007 itu. Ahmadinejad mengawali ceramahnya dengan 
mempersoalkan sikap Lee Bollinger yang telah membacakan pernyataan 
politik yang melecehkan dirinya sebelum ada pernyataan dari tamu yang 
diundangnya. 

''Menurut saya, teks yang dibacakan oleh tuan di sini (Bollinger), 
bukan hanya menyangkut saya, melainkan lebih merupakan penghinaan 
atas informasi dan pengetahuan para pendengar yang hadir di sini. 
Dalam lingkungan universitas, kita harus membiarkan seseorang 
mengatakan pikirannya, mengizinkan setiap orang untuk berbicara 
sehingga kebenaran pada akhirnya bisa diungkapkan. Sudah tentu dia 
(Bollinger) mengambil lebih banyak waktu ketimbang yang dialokasikan 
untuk saya. Tapi tak apalah. Kita biarkan semua itu sebagai tambahan 
dalam daftar klaim penghormatan atas 'kebebasan berbicara' di negeri 
ini.''

Ahmadinejad melanjutkan ceramah singkatnya dengan memaparkan arti 
penting pengetahuan, informasi, dan riset bagi semua orang, terutama 
kalangan terpelajar. ''Kunci untuk memahami realitas sekitar kita ada 
di tangan para peneliti, yakni mereka yang mau menguak yang 
tersembunyi, ilmu-ilmu yang belum diketahui. Seluruh jendela realitas 
yang mungkin hanya bisa dibuka oleh para sarjana dan kaum terpelajar 
di dunia,'' tutur dia. 

''Ajaran para nabi, dari Adam sampai Muhammad, bertujuan membebaskan 
manusia dari kebodohan, keterbelakangan, tahayul, perilaku tidak etis 
dan pola berpikir yang keliru. Salah satu bahaya yang ditimpakan pada 
pengetahuan ialah pembatasannya pada bidang eksperimental dan fisik, 
lantaran realitas jauh lebih luas daripada yang dapat ditampung oleh 
ranah materi.''

Ahmadinejad menambahkan bahwa di sisi lain, ilmu pengetahuan dapat 
disalahgunakan oleh individu atau kelompok yang korup dan egois. 
Akibatnya, ilmu hanya dipakai untuk melayani nafsu dan memuaskan 
amarah. Di dunia dewasa ini, negara-negara berkuasa hanya 
menyalahgunakan para ilmuwan untuk kepentingan mereka semata-mata. 
Negara-negara ini juga memanfaatkan semua peluang demi kepentingan 
mereka. Misalnya, dengan menggunakan metode-metode ilmiah, kini 
mereka menipu masyarakat dengan menciptakan musuh-musuh yang 
sebenarnya tiada, dan menimbulkan atmosfer ketakutan.

Semua ini, menurut dia, agar mereka bisa mengendalikan segala sesuatu 
atas nama (perang) melawan terorisme. Negara-negara adikuasa ini juga 
melanggar privasi, menyadap telepon dan terus-menerus merekayasa 
suasana psikologis yang tidak aman agar mereka bisa terus berkuasa 
atas rakyat mereka. Misal lain, dengan metode-metode ilmiah dan 
perencanaan yang matang, mereka melancarkan serangan pada budaya 
lokal yang merupakan buah interaksi, kreativitas, dan aktivitas 
kesenian ribuan tahun.

Hal yang lebih memilukan adalah upaya kekuatan-kekuatan besar untuk 
memonopoli sains dan mencegah negara-negara lain dalam mencapai 
pengembangan ilmiah yang sama. Mereka berdalih dengan ribuan alasan, 
melemparkan tuduhan tanpa bukti, memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi 
untuk mencegah perkembangan dan percepatan. Semua itu merupakan 
akibat pudarnya nilai-nilai kemanusiaan, moral dan ajaran para nabi 
Ilahi. Dengan sangat menyesal, mereka memang belum terlatih untuk 
melayani umat manusia.

Para ilmuwan seharusnya menjadi orang-orang yang memandu umat manusia 
menuju masa depan yang lebih baik. Tuhan menyadari semua 
realitas. ''Saya berharap akan datang suatu hari manakala para 
ilmuwan memerintah dunia dan Tuhan itu sendiri akan datang bersama 
Nabi Musa, Isa, dan Muhammad untuk memerintah dunia ini dan membawa 
kita menyongsong keadilan,'' ujar Ahmadinejad.

Mengacu pada dua poin yang dikatakan (Bollinger) di pengantar, 
Ahmadinejad mengaku terbuka bagi setiap pertanyaan. ''Tahun lalu, 
atau dua tahun lalu, saya mengajukan dua pertanyaan. Anda tahu 
pekerjaan utama saya adalah dosen. Walau menjadi presiden, saya masih 
mengajar di tingkat pascasarjana dan doktoral setiap minggu. 
Mahasiswa saya banyak bekerja dengan saya dalam berbagai bidang ilmu. 
Saya percaya bahwa saya adalah seorang akademisi. Maka itu, saya 
berbicara dengan Anda dari sudut pandang akademis. Saya pernah 
mengajukan dua pertanyaan. 

Tapi, alih-alih mendapat tanggapan, saya malah menerima gelombang 
hujatan dan tuduhan. Dan sayangnya, kebanyakan penghujat dan penuduh 
itu datang dari kelompok yang mengklaim percaya pada kebebasan 
berbicara dan kebebasan mendapat informasi. Anda pasti tahu bahwa 
Palestina adalah luka yang telah berusia tua 60 tahun.''

Menurut Ahmadinejad, selama 60 tahun, orang-orang ini diusir; terus 
dibantai didera konflik dan teror. Kaum wanita dan anak-anak mereka 
yang tidak bersalah dibinasakan, dihancurkan, dan dibunuh oleh segala 
rupa helikopter dan pesawat tempur (Israel) yang meluluhlantakkan 
rumah mereka dari atas. Anak-anak (Palestina) usia sekolah banyak 
yang dipenjarakan dan disiksa. Keamanan Timur Tengah selalu berada 
dalam bahaya; dan selama 60 tahun ini, menurut dia, masyarakat sering 
mendengar slogan ekspansionisme 'Dari Nil hingga Efrat'. 

''Dua pertanyaan yang sama akan saya ajukan lagi di sini. Dan Anda 
dapat menilai apakah tanggapan atas pertanyaan-pertanya an ini harus 
berupa hujatan dan tudingan atau mencuatkan segala propaganda 
negatif? Atau haruskah kita benar-benar mencoba menghadapi dua 
pertanyaan ini dan menjawabnya? Seperti Anda, seperti umumnya para 
akademisi, saya akan berupaya diam sampai saya mendapat jawaban. Maka 
itu, saya menunggu jawaban logis dan bukannya hujatan.

Pertanyaan pertama saya adalah jika memang holocaust itu kenyataan 
yang terjadi di zaman ini, mengapa tidak ada riset memadai yang dapat 
mendekati topik ini dari perspektif-perspekt if yang berbeda? Teman 
kita (Bollinger) merujuk pada 1930 sebagai titik awal perkembangan 
ini; tapi saya menduga holocaust, dari apa yang kita baca, terjadi 
selama Perang Dunia II pada 1940-an. Maka, Anda tahu, kita harus 
benar-benar mampu melacak peristiwa itu,'' tutur Ahmadinejad.

Ahmadinejad menganggap pertanyaan itu sederhana. Kata dia, ada 
sejumlah peneliti yang ingin mendekati topik ini dari suatu 
perspektif yang berbeda, namun mereka dijebloskan ke penjara. 
Sekarang ini, ada beberapa akademisi Eropa yang dikurung karena 
mencoba menulis tentang holocaust. Padahal mereka hanya mencoba 
mempertanyakan aspek-aspek tertentu berkenaan dengan holocaust dari 
perspektif berbeda. 

''Pertanyaan saya adalah mengapa hal ini tidak terbuka bagi semua 
bentuk riset? Saya diberi tahu bahwa sudah terdapat cukup riset 
mengenai topik ini. Dan saya bertanya, bukankah topik-topik seperti 
kebebasan, demokrasi, konsep-konsep dan norma-norma seperti Tuhan, 
agama, fisika, bahkan kimia, juga sudah beroleh banyak riset? Tapi 
mengapa kita masih melanjutkan, bahkan mendorong, lebih banyak riset 
dalam topik-topik itu. 

Lalu, kenapa kita tidak mendorong lebih banyak riset mengenai 
peristiwa historis yang sudah menjadi akar dan penyebab banyak 
bencana besar di kawasan (Timur Tengah) pada zaman ini? Tidakkah 
seharusnya ada lebih banyak riset mengenai penyebab utamanya? Itulah 
pertanyaan pertama saya.''

Sedang pertanyaan yang kedua adalah, jika memang peristiwa historis 
ini suatu kenyataan, maka publik masih perlu mempertanyakan apakah 
rakyat Palestina harus menanggungnya atau tidak? Bagaimanapun, 
peristiwa itu terjadi di Eropa. Bangsa Palestina tidak punya peran di 
dalamnya. Jadi kenapakah orang-orang Palestina harus terus menanggung 
akibat peristiwa yang tidak berkaitan dengan mereka?

Dan perihal isu nuklir Iran, Ahamdinejad mengungkapkan negaranya 
adalah anggota International Atomic Energy Agency (IAEA). Undang-
undang IAEA dengan tegas menyatakan bahwa semua negara anggota 
mempunyai hak atas teknologi bahan bakar nuklir yang damai. Ini 
adalah pernyataan tegas dan eksplisit yang dibuat di dalam hukum. Dan 
hukum itu mengatakan tidak ada alasan atau dalih, bahkan pemeriksaan 
yang dilakukan IAEA sendiri, yang dapat mencegah negara anggota untuk 
memiliki hak itu.

''Tetapi sayangnya, dua atau tiga kekuatan monopolistik, kekuatan-
kekuatan yang egois, ingin memaksakan pendapat mereka pada bangsa 
Iran sembari mengingkari hak mereka. Saya mau katakan ini pada Anda, 
di masa lalu, kami memiliki kontrak dengan pemerintah AS, Inggris, 
Prancis, Jerman, dan Kanada dalam pengembangan nuklir untuk tujuan 
damai. Lalu, secara sepihak, negara-negara tadi membatalkan kontrak-
kontrak mereka dengan kami. Akibatnya, bangsa Iran harus membayar 
kerugian miliaran dolar,'' tutur dia.

Ahmadinejad menambahkan, ''Untuk apa kami perlu bahan bakar dari 
kalian? Kalian bahkan tidak memberikan suku cadang yang kami perlukan 
untuk maskapai penerbangan sipil selama 28 tahun, atas nama embargo 
dan sanksi-sanksi lain, karena kami menentang, hak asasi manusia atau 
kebebasan? Dengan dalih itu pula, kalian menolak hak kami atas 
teknologi?

Padahal, apa yang kami inginkan ialah hak untuk menentukan nasib 
sendiri di masa depan. Kami ingin independen. Jangan mencampuri 
urusan kami. Jika kalian tidak memberikan kepada kami suku cadang 
pesawat terbang sipil, mengapa kami harus berharap kalian akan 
memberikan kepada kami bahan bakar untuk pengembangan nuklir demi 
tujuan damai?'' musa kazhim, dosen Islamic College for Advance 
Studies (ICAS) Paramadina.

------------ --------- --------

Dear Adik Roslina,

You are so sweet!!!!

Syukur alhamdulillah, istri saya yang bersarjana Ph.D. tamatan 
University of
Texas dan sekarang bekerja di Baylor College of Medicine dan juga 
murid
karate saya.

Dulu kita semua seluruh keluarga ada rencana mau mudik ke tanah air 
untuk
membantu Ibu Pertiwi. Kebetulan istri saya Ph.D. nya di jurusan Public
Health. Saya bisa kembali ke Dojo Karate yang pertama yang saya 
bangun over
30 years ago di JKT, juga bisa melatih Kopassus.

But, karena banyak FPI, preman2 busuk, pejabat KKN etc. rencana batal 
untuk
mudik. Very sad, uh?

Am I afraid sama Ibu Pertiwi?

Hell no. I love her.

Baru-baru ini saya mudik ke JKT and ngasih seminar karate di Serang 
Barat
untuk anggota Kopassus.

salam,
uda DM
www.uh.edu/shotokan





      
____________________________________________________________________________________
Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV. Watch previews, get listings, 
and more!
http://tv.yahoo.com/collections/3658 

Kirim email ke