Mas Budi,
sekedar mau berbagi pengalaman aja, sewaktu kecil saya tinggal di sebuah desa 
yg lumayan terpencil di daerah jawa tengah. Seperti layaknya pedesaan di jawa, 
mayoritas penduduk di desa itu adalah muslim (ktp) krn kenyataannya hanya 
sebagian kecil saja dari mereka yg rajin sholat dan pergi ke mesjid meskipun 
sebuah mesjid besar sudah ada di tengah tengah desa kami.Hanya ada beberapa 
keluarga pemeluk Katholik di desa tersebut, termasuk keluarga ayah saya, 
meskipun sebenarnya kakek dan nenek saya dari keluarga ayah dan ibu semuanya 
muslim. Sebagai minoritas waktu itu kami tidak mendapatkan hambatan dari warga 
desa ketika kami ingin membangun sebuah tempat ibadah bersama yg disebut kapel. 
Mereka tidak perlu berhitung ttg berapa KK Katholik yg ada di sekitar kapel itu 
dan angka statistik lain yg sekarang amat diperlukan kalo kami ingin membangun 
sebuah tempat ibadah. Saya yakin waktu itu tetangga2 muslim kami tdk atau belum 
pernah tahu ttg piagam Madinah. Saya
 yakin ttg hal itu krn saya tahu satu2nya doa berbahasa arab yg mereka kenal 
hanyalah doa waktu kenduri bersama, yg dibawakan oleh modin kami dan mereka 
cukup menimpali dengan kata AMIN. Namun kehidupan bermasyarakat kala itu 
sungguh sangat damai, mungkin sama seperti kehidupan yg dicita citakan dalam 
piagam Madinah. Ketika lebaran tiba, keluarga kami akan ikut larut dalam suka 
cita menyambut hari kemenangan tsb termasuk menyediakan kue dan uang angpao utk 
anak2 yg datang ke rumah. Kami yg masih anak2pun akan disuruh oleh ortu kami 
utk keliling kampung, berkunjung ke tetangga kami utk mengucapkan selamat dan 
memohon maaf atas kesalahan kami. Demikian juga ketika kami merayakan hari raya 
paskah atau natal, giliran mereka yg akan datang ke rumah kami utk makan 
bersama dan ikut merasakan sukacita kami. Semuanya berjalan begitu harmonis dan 
penuh kedamaian.
Namun mendekati pak Harto lengser, banyak ustad dari luar desa kami yg masuk 
dan berdakwah. Satu hal positif adalah tetangga kami yg semula tidak sholat 
mulai mengenal sholat dan rajin ke mesjid namun dlm hal kehidupan bermasyarakat 
justru saya rasakan mengalami kemunduran. Warga mulai tersekat dalam agama 
masing2. Tetangga yg semula senang ketika kami undang utk ikut merayakan hari 
raya kami mulai menghindar dgn bermacam alasan. Ketika kami akan merenovasi 
kapel kecil kami ( krn atapnya sudah keropos ) tanpa menambah luas bangunan, 
prosedurnya menjadi begitu ruwet. Warga sekitar kapel yg dimintai tandatangan 
persetujuan renovasi menjadi sosok asing yg sangat pelit memberikan persetujuan 
dgn berbagai macam alasan.
Saya tidak ingin berpolemik bhw kehadiran ustad dgn ajarannya yg membuat semua 
itu terjadi namun kalau mas Budi begitu yakin dgn piagam Madinah yg agung itu, 
itulah PR pertama yg harus dikerjakan.

Salam hangat


----- Original Message ----
From: Budi - Production Control <[EMAIL PROTECTED]>
To: mediacare@yahoogroups.com
Sent: Monday, October 1, 2007 4:12:30 PM
Subject: Re: [mediacare] Bercermin Pada Piagam Madinah - Tadarus Ramadhan Tomy 
Su di Jawa Pos 24-09-2007

Mas Radit,
 
Tentunya bukan masalah dari mana dan seberapa jauh kita mengambil sesuatu yang 
terbukti manfaatnya, tetapi inti dari Piagam Madinah adalah adanya kerjasama 
antara semua penganut agama yang ada di Madinah pada masa itu (Islam, Yahudi 
dan Nasrani) untuk bersama-sama menjaga perdamaian, tidak saling serang dan 
masing-masing penganut agama bebas menjalankan keyakinannya.
 
Satu lagi hal yang penting dalam Piagam Madinah ini adalah adanya kebersamaan 
apabila ada serangan/musuh dari luar akan dihadapi bersama.
 
Saya kira inilah keistimewaan dan keindahan Piagam Madinah.
 
Wassalaam,
Budi-pc
 

 
----- Original Message ----- 
From: mediacare 
To: [EMAIL PROTECTED] ps.com 
Sent: Monday, October 01, 2007 9:06 AM
Subject: Re: [mediacare] Bercermin Pada Piagam Madinah - Tadarus Ramadhan Tomy 
Su di Jawa Pos 24-09-2007


Sungguh bangsa yang aneh. Mau bercermin saja kok jauh-jauh sampai ke Madinah? 
Apa "cermin" khas Indonesia kurang bagus? Bukankah budaya kita beda dengan 
mereka di Tanah Arab sana?
 
 
 
----- Original Message ----- 
From: rexy_mawardi 
To: [EMAIL PROTECTED] ps.com 
Sent: Monday, September 24, 2007 11:20 AM
Subject: [mediacare] Bercermin Pada Piagam Madinah - Tadarus Ramadhan Tomy Su 
di Jawa Pos 24-09-2007


BERCERMIN PADA PAIAGAM MADINAH
Tomy Su*) Tadarus Jawa Pos Senin 24 September halaman 1 dan 
dilanjutkan ke hal 15 Nabi Saja tak Anggap satu Etnis Lebih Tinggi 
dari Yang Lain

Kedatangan bulan suci Ramadhan jelas menjadi rahmat bagi setiap 
muslim yang menjalankan ibadah puasa. Dalam tradisi Islam, puasa 
diyakini sebagai praksis pembebasan dari segala macam kecenderungan 
buruk, bilamana puasa dijalani dengan ketulusan dan bukan sekedar 
menjalani perintah agama. Kecenderungan buruk manusia bisa bersifat 
individual, bisa juga kolektif atau berjamaah, semisal sikap 
intoleransi dan alergi terhadap kemajemukan dan perbedaan.

Dalam Islam, sikap-sikap seperti itu tidak punya landasan sama 
sekali. Tidak ada legitimasi teologis untuk menjadi manusia yang 
"menangan" dan "merasa paling benar" dengan berlaku tidak adil pada 
yang lain.Apalagi jika sampai mengatasnamakan Islam dan Kanjeng Nabi 
Muhammad SAW. Terorisme dan kekerasan yang sering dikaitkan dengan 
Islam adalah kekeliruan. Orang yang menilai Islam identik dengan 
teorisme atau kekerasan jelas keliru.Demikian juga keliru orang yang 
melakukan dan membenarkan tindakan teror dan kekekerasan atas nama 
Islam. Umat Islam hanya dipanggil untuk menebarkan kebaikan, 
kedamaian dan rahmat bagi semesta. "Kami mengutus kamu, untuk 
menjadi rahmat bagi semesta alam"(QS 21:107)

Sosok Kanjeng Nabi sungguh merupakan rahmat bagi semesta dan karunia 
terindah bagi segenap umatNya. Beliau tidak pernah anti perbedaan. 
Bahkan untuk urusan puasa, Nabi menimba inspirasi dari orang Yahudi. 
Ketika Nabi hijrah ke Madinah, Nabi melihat orang-orang Yahudi 
berpuasa pada hari Asyura, lantas beliau segera mengajak para 
pengikutnya untuk berpuasa pada hari itu.

Piagam Madinah

Sikap dan semangat menghargai perbedaan yang ditunjukkan Nabi dalam 
keseharian kemudian dibakukan dalam hukum positif yang terkenal 
dengan Piagam Madinah. Piagam atau Konstitusi Madinah dibuat Nabi di 
Madinah pada 622 untuk mengatur hubungan antara orang-orang Muhajirin 
(orang Islam Mekkah yang ikut hijrah bersama Nabi), Ansar (penduduk 
Muslim di Madinah), dan orang-orang Yahudi. Sebelum di Madinah, jadi 
saat Nabi masih di Makkah selama 13 tahun membangun komunitas Islam 
pertama berlaku "ukhuwah Islamiyah".Artinya hanya yang Islam adalah 
saudara.Yang bukan Islam, bukan saudara.

Tapi dengan lahirnya Piagam Madinah, berlaku ukhuwah madaniyah, 
persaudaraan untuk seluruh penduduk.Pasalnya Madinah yang sebelumnya 
disebut Yasrif adalah kota majemuk. Piagam Madinah sendiri memuat 47 
pasal dengan 38 butir rumusan yang rata-rata berisi pandangan 
universal yang diperlukan untuk sebuah kota atau negara yang majemuk. 
Nabi bertemu dengan seluruh pimpinan suku sepakat pada piagam itu ( 
Baca kitab Sirah Nabawiyah Ibnu Hisam halaman 120-122).

Piagam Madinah menjadi bukti bahwa di dalam Islam ada penghargaan 
sejati pada perbedaan. Kebebasan pribadi untuk memeluk agama yang 
berbedapun dijamin dalam paigam itu. Jadi meskipun Kanjeng Nabi 
tampil sebagai penguasa, tapi tidak ada pemaksaan untuk memeluk 
Islam. Allah berfirman dalam surat al-kafirun 'lakum dinukum waliya 
din (Bagimu agamamu dan bagiku agamaku).Tidak heran jika ada beberapa 
ahli Islam, bahkan kalangan orientalis seperti W Montgomery Watt 
menyebut Piagam itu sebagai "historical jump" atau loncatan 
sejarah.Karena semangat dan isinya yang sungguh inklusif dan penuh 
toleransi. 

Bisa dipastikan Piagam Madinah adalah nilai-nilai yang diyakini Nabi 
Muhammad untuk kemajuan umatNya. Tidak heran jika melihat Piagam itu, 
kita bisa menyebut Kanjeng Nabi sebagai sosok yang jauh-jauh hari 
sudah punya kesadaran multikultural, meskipun wacara 
multikulturalisme sendiri baru marak dibicarakan para ahli kebudayaan 
dalam dasawarsa 1990-an.Jadi dari sejarah kita sudah melihat, 
pluralisme atau paham kemajemukan sudah menjadi keyakinan bagi 
Kanjeng Nabi.

Malah kalau dikaitkan dengan masih maraknya praktik diskriminasi atau 
rasialisme, Nabi tidak menganggap suatu suku atau etnis tertentu 
lebih tinggi dari yang lain. Rasulullah pernah bersabda:"Wahai 
sekalian manusia! Tuhanmu itu Esa dan nenek moyangmu satu 
juga.Seorang Arab tidak mempunyai kelebihan atas orang bukan 
Arab.Seorang kulit putih,sekali- kali tidak mempunyai kelebihan atas 
orang berkulit merah,dan begitu sebaliknya.Seorang kulit merah tidak 
mempunyai kelebihannya ialah sampai sejauh mana ia melaksanakan 
kewajibannya terhadap Tuhan dan manusia.Orang yang paling mulia 
diantara kau sekalian pada pandangan Tuhan ialah yang paling bertaqwa 
diantara kamu".

Perkataan Nabi di atas juga tercermin dalam "Piagam Madinah" yang 
sangat menjunjung prinsip egalitarianisme dan menghindari segala 
pendekatan yang berbau kesukuan, keturunan, ras dan 
sebagainya.Piagam Madinah adalah satu-satunya jalan yang paling 
rasional untuk membangun tatatan kehidupan yang beradab.

Relevansinya Dengan Kondisi Kita

Maka melihat jiwa Piagam Madinah, terasa sekali yang satu ini 
ternyata tetap aktual dan tidak pernah basi. Bahkan masih punya 
relevansi tinggi dengan kemajemukan bangsa Indonesia.Tidak heran 
banyak pemikir muslim di tanah air suka mengaitkan Piagam ini dengan 
semangat UUD 1945 atau nilai-nilai demokrasi modern seperti 
ditunjukkan mendiang Nurcholish Madjid.

Indonesia yang majemuk rentan menghadapi gesekan bahkan konflik yang 
berbau SARA. Kelompok yang satu merasa tidak puas pada yang lain. 
Prasangka lebih menonjol. Kebersamaanpun memudar, orang hanya sibuk 
dengan egonya atau kelompok sendiri. Ramadhan bisa dijadikan momentum 
kembali pada kesadaran bahwa Allah SWT menciptakan kita bukan 
sebagai mahluk individu. "No man is an island".Kalau bangsa ini mau 
maju, sinergi dan harmoni dengan semangat Piagam Madinah yang 
menghargai perbedaan harus jadi acuan. Perbedaan adalh rahmat, 
seperti kata Nabi dan di sinilah umat Islam bisa memberi teladan atau 
berperan. Selamat berpuasa.


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG Free Edition. 
Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.30/1025 - Release Date: 23/09/2007 
13:53




      
____________________________________________________________________________________
Tonight's top picks. What will you watch tonight? Preview the hottest shows on 
Yahoo! TV.
http://tv.yahoo.com/ 

Kirim email ke