I Made Wiryana wrote:

>
>
>Memang masih banyak sipil seperti dokter yang mau "ke daerah" tapi coba
>ambil diri kita sendiri 8-) (misal dosen atau whatever lah), ditempatkan
>di tempat terpencil, atau Uni di daerah, apa mau (tentu banyakan yang
>menolak.h.e.he.he)
>
Nggak usah ke tempat terpencil deh, balik ke "kampung" yang nota bene 
kota (besar kalo ukuran Jerman kata P'Made) aja susah banget tuh manggil 
temen temen yang udah "keenakan" tinggal di Jakarta.  Saya sendiri sih 
merasa Jakarta itu jauh dari enak :-p

>
>><dalam kuliah umum di depan militer>
>>
>>>Yang menarik semua yang hadir di sana, mendengarkan dengan serius dan
>>>melemparkan pertanyaan yang berkualitas.
>>>
>>Salah satu aturan -dan ini artinya _aturan_ sesungguhnya- dalam mendengarkan
>>pembicara, adalah menunjukkan perhatian dan ketertarikan, karena pembicara
>>dianggap sebagai atasan. Bagi taraf perwira menengah ke atas, tentunya
>>
>
>Nah nilai positif seperti inilah sayangnya belum (atau tidak) ditiru di
>kalangan mahasiswa/dosen 8-).    Dalam soal menulis bahasa Indonesia 8-)
>kalau saya baca tulisan mahasiswa Uni dan "siswa SESKO" maaf dari sisi
>bahasanya jauh... 8-) (saya kadang mencuri baca karya siswa ini).  Mungkin
>mahasiswa Indoensia ada baiknya juga dilakukan semacam "pertukaran" dengan
>siswa SESKO.  Biar sama-sama merasakan "dua dunia" ini. 
>

Ini sebenarnya judulnya tak kenal maka tak sayang, kita memang dilatih 
untuk hidup terkotak kotak padahal esensi "perbedaan" itu adalah supaya 
kita "saling kenal" karena dunia dimana tidak ada perbedaan ..hmmm udah 
deket kiamat tuh :-))

>
>>>Bila saya bandingkan dengan pengalaman saya memberikan kuliah umum di
>>>Universitas (atau lembaga sipil) sangatlah berbeda.  Biasanya "ketua
>>>jurusan/atau dekan" membuka seminar, terus setelah itu "kabur". 
>>>
>
>Istilah profesionalisme di Indonesia sering dikaburkan dengan istilah
>"bayaran" 8-).  Ini tidak saja melanda masyrakat umum tapi juga orang yang
>seharusnya memahami apa itu "profesi" dan "profesionalisme"
>
Mungkin perlu di berikan sejak masih di semester2 awal bahwa 
profesionalisme itu bukan duit ukurannya, tapi termasuk di dalamnya 
dedikasi, kejujuran dan kesetiaan pada profesi.  Negara kita ini kaco 
karena segala hal di ukur dengan duit...

Salam,
Irwin


* Gunadarma Mailing List -----------------------------------------------
* Archives     : http://milis-archives.gunadarma.ac.id
* Langganan    : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Berhenti     : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Administrator: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke