Hello Pak DW.

Habis nulis buku kok lama nggak nongol di OB. Lagi bertapa cari inspirasi untuk 
nulis buku berikutnya ya?

Regards,
Yudizz

Send from My BlackBearish
powerred by AXIS, GSM Yang Baik


--- original message ---
From: "Desmond Wira" <desmondw...@yahoo.com>
Subject: Re: [obrolan-bandar] Indonesia: crisis in making
Date: 17th March 2009
Time: 10:58:54 am

Indikator kemajuan ekonomi tetap saja GDP. Dalam suatu negara pasti ada daerah 
kaya dan daerah miskin, yang punya sumber daya dan yang tidak punya. Untuk 
mengukur secara riil kuantitas ya paling mudah memang GDP. 

Sedangkan pemerataan itu seharusnya jadi fungsi pemerintah. Bagaimana mengelola 
hasil kemajuan ekonomi. Sehingga daerah miskin juga ikut menikmati kemajuan 
ekonomi. Seperti istilah Pak Iman, yang kerja kasar sama yang white collar ga 
ada bedanya, semua punya jaminan sosial yang sama

Salam
DW




________________________________
From: Iman <widgetena...@gmail.com>
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, March 17, 2009 9:49:25 AM
Subject: Re: [obrolan-bandar] Indonesia: crisis in making


Setuju pak.

Di sini (UK), yang kerja kasar sama yang white collar ga ada bedanya. Kalau 
ngantor ya sama-sama pakai bus atau tube. Kalau natalan/tahun baru sama-sama 
bisa liburan ke luar negeri. Tiap ada matchday, barengan nonton bola. Semua 
dapat benefit dari pemerintah (misal kesehatan/NHS) . Kalau pensiun juga 
sama-sama dapat tunjangan yang lumayan (walau jumlahnya tentu beda).

Soal fasilitas umum, semua juga standar. Mau di pelosok, mau di tengah kota, 
semuanya sama-sama bagus dan terawat baik. Beda dengan di Indonesia. 
Sudirman-Thamrin rasanya seperti New York atau London yang salah ditaruh di 
Asia Tenggara. Tapi begitu nengok ke bantaran kali, rasanya (maaf) udah gak 
beda sama negara miskin di Asia/Afrika.

Iman



2009/3/17 Yudizz <y_d...@mail2web. com>

Indikator kemajuan ekonomi suatu bangsa sebenarnya bukan pertumbuhan ekonomi, 
tapi PEMERATAAN. Contoh paling gampang, di Amerika. Cobalah Anda berkendara di 
tengah kota New York, lalu bandingkan dengan jalanan di tengah gurun pasir 
Nevada. Saya berani garansi, aspal di sana sama mulusnya.

Di Indonesia pemerataan itu tidak pernah terwujud, yang ada KE-NJOMPLANG- AN 
itu makin hari makin lebar. Sebagian kecil orang memang menikmati manisnya 
economic booming, sementara yang lainnya harus berjuang hidup dengan upah di 
bawah UMR.

Bangsa kita sebenarnya belum siap memasuki era Kapitalisme, namun ternyata 
kuatnya pengaruh dari luar membuat kita ikut2an LATAH juga. Mau bukti?

* Di Indonesia, orang latah2an pake BlackBerry, ujung2nya cuma dipake telepon & 
SMS doang. Boro2 push email, punya alamat email aja nggak.

* Beli laptop Macbook Pro yang $2000, tapi cuma dipake buat buka Facebook doang.

WELCOME TO INDONESIA..! !!

Regards,
Yudizz

Send from My BlackBearish
powerred by AXIS, GSM Yang Baik


   


      

Kirim email ke