Luarnya emang pakai ijo,

Dalemannya jangan-jangan merah tua....

:P

  ----- Original Message ----- 
  From: It's Elaine! 
  To: obrolan-bandar@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, October 06, 2009 3:57 PM
  Subject: Re: [ob] The Nightmare of Sang Raksasa - Hyperinflation




  Devaluating the USD could trigger a war with China and the rest of the world. 
What will happen if your foreign reserve (which in USD) is devaluated to 1/10?

  I'd say it's better for the Fed to stop the stimulus program and begin 
raising int. rate to endorse saving and limit the circulation of money. What 
will happen next would be major carry trade unwind and prolonged recession. 

  Recession is not something to be afraid of, it's naturally part of the 
economic cycle after a bubble economy. If they're forcing to avoid recession by 
'patching' with another bubble (either by cutting rates or 'creating' money), 
they might end up destroying the whole economy itself.

  Bernanke should increase the int rate up to 10%. In the 1973, hyperinflation 
also existed in the US, thanks to Arab oil embago. A treasury guy named Paul 
Volcker made a huge step by increasing int. rate to 20%.

  Unless, there is a dirty plan coming..

  Anyway, I know it's green today, like the color of my skirt I'm wearing now.. 
(lolz like anyone cares)




  2009/10/4 agung aja <agung.ke...@yahoo.com>

    Its simple miss, when the world economy had been in difficult situation, US 
will create new economic system that is reset all company Balance Sheet, or 
create an extrem policy that US gov should create "new US $", 10 $ become 1 $, 
thats only the way out from the crisis, US $ index has fallen for ever since, 
then the world should has a new currency, especially Asia should have one, like 
euro in Europe, so that the world doesn't need to depend on US $, I agree with 
you that china still convert their US $ into commodities since they've seen US 
$ index become lower low

    one big question : what if the world has a new currency, will it be euro or 
renmimbi or the other ???
    let see the next story of the new world economy, time will tell
    cmiiw


    regards






----------------------------------------------------------------------------
    From: It's Elaine! <elainesu...@gmail.com>

    To: obrolan-bandar@yahoogroups.com

    Sent: Sun, October 4, 2009 10:42:02 PM

    Subject: Re: [ob] The Nightmare of Sang Raksasa - Hyperinflation


      
    I had a high expectation on the stimulus programs around the world, but 
seems they don't work the way I expected. I dunno what to say, but at least we 
had our 1400pts rally, didnt we? Thank God we had.

    If you have different opinion, please share.



    2009/10/4 Thomas Frederick <thomaszone_2000@ yahoo.com>



      So, you mean the bull until 2012 canceled el??

--------------------------------------------------------------------------

      From: "It's Elaine!" <elainesui83@ gmail.com> 
      Date: Sun, 4 Oct 2009 21:52:41 +0700
      To: <obrolan-bandar@ yahoogroups. com>
      Subject: Re: [ob] The Nightmare of Sang Raksasa - Hyperinflation


        
      This is a very bearish post you got there mate! Well, here's my 2 cents, 
or should we call it, the GREAT AGENDA (ha ha whatever) for 2010:


        a.. US dollar is losing its value, price goes up, but since the US is 
the biggest consumers for now, inflation will make them lose their purchasing 
power thus the demand will be weak (as imports get more expensive), less 
workers and raw materials needed. A deadly spiral. 


        b.. Keep in mind that we must be careful to operate from the best 
definition of inflation. Though it is commonly thought of as 'rising prices', I 
prefer the more traditional (and ultimately, more meaningful) definition: 'an 
increase in the quantity of money and credit'. Rising prices are simply one of 
the effects of inflation; first you have the inflation in the form of an 
increase in money and credit and then as an aftereffect we experience rising 
prices.


        c.. The demand for coal from China (the biggest consumer) and Japan 
(the biggest importer) are expected to be lower next year as they already have 
excess supply from last year contract.


        d.. When we talk about inflation, we really mean (cheap) currency. 
Since China holds the most USD today it means they're in danger as well. 
Basically they're holding worthless paper. (It's not even in the form of 
paper), so CIC goes around the world to spread this worthless paper, including 
to Bumi (lolz)


        e.. Igor Panarin, a Russian economic professor, predicted that the 
United States of America may disintegrate in late 2010 because of civil war and 
social unrest (like what happened in Indonesia eleven years ago). I kinda agree 
with this guy. People's States of China.. 


        f.. USD collapses and replaced by SDR (or other form of global money) 
for international trade. You know, currently only 4% of USD is in bank notes 
(paper), the rest (96%) is electronic money. USD can be created in a matter of 
a millisecond. 


        g.. There will be possibly the biggest (and the last) major catastrophe 
for stock market around the globe in 2010, thanks to dollar shock. I'd say Buy 
On Weakness (that is if the global stock exchange doesn't get frozen).


        h.. Alternative energy sources such as biomass, solar, nuclear and 
natural gas will play major roles in 2010 forward.


        i.. Asia will be flooded with Americans that are looking for jobs. Our 
job. 


        j.. Japan will have population crisis. Japaneses are simply refusing to 
have children because of high unemployment.


        k.. Many high profile hedge fund like Templeton and Mobius are already 
betting in Asia ex Japan.

      Well, it's not really an agenda, just common sense so please feel free to 
discuss. No reason to be afraid though as I know Indonesia survived Asian 
Crisis, right? . I know, sometimes I made crazy thinking. I expect most of you 
will not agree with me (as usual), but please kindly share your opinion too. 
After all these mess, everything will start over again, this is only a 
lifecycle. We are so lucky to witness this epic turnaround. Woohoo!!

      There is no secret agenda, all we have to do is open our mind and think 
outside the box. Macro economy is not a science, it's an art. lolz..


      2009/10/4 yokorusi <yokor...@yahoo. com>

        http://unpublishedd ream.blogspot. com/2009/ 10/nightmare- 
of-sang-raksasa. html



        Bulan February 2009 yang lalu di dalam satu tulisan yang berjudul Worst 
Than Nothing atau Better Than Nothing? - saya sedikit mengulas mengenai esensi 
krisis keuangan yang bersumber dari keserakahan, kebejatan moral dan kebohongan 
terstruktur.

        Tulisan kali inipun tidak jauh dari krisis keuangan di US dan tidak 
jauh pula dari keinginan saya menyatakan kembali bahwa ketiga hal tersebutlah 
yang telah dan akan terus membawa ekonomi US menyentuh titik terburuk dalam 
satu dekade mendatang bila pemerintah US dan sebagian besar ekonom US tidak 
melakukan koreksi kebijakan dan titik pandang pemulihan krisis secara segera. 
Titik terburuk tersebut adalah malapetaka hyperinflation.

        Hyperinflation? Satu hipotesa yang saat ini masih dianggap kecil 
kemungkinan (atau bahkan tidak mungkin) terjadi oleh sebagian besar ekonom. 
Saya sendiri termasuk satu dari kelompok yang beranggapan bahwwa potensi 
terjadinya hyperinflation di US adalah relatif tinggi. Tentu saja ini dengan 
berbagai asumsi yang mengikuti.

        Memang sungguh tidak mudah membayangkan terjadinya hyperinflation di US 
– membayangkan sebuah negara adidaya dalam satu dekade ke depan dapat 
terjerembab dan tersungkur dimana nilai mata uangnya merosot drastis, terjadi 
pengangguran dimana mana, kemiskinan menyebar, negara terperangkap dalam hutang 
dengan jumlah yang sangat besar, dan sering kali diikuti oleh krisis politik 
serta krisis social. Mungkin lebih sulit dibanding pada saat 2007 kita 
membayangkan indeks Dow terkoreksi 50 persen dimana di Maret 2009 ternyata 
menjadi kenyataan.

        Mungkin mendengar argumentasi hyperinflation di US saja, sebagian pihak 
yang kontra hyperinflation akan segera menyanggah dengan menunjuk bahwa saat 
ini di pasar saham US telah terjadi bullish market dimana kenaikan indeks Dow 
dan S&P di 2009 dianggap sebagai tonggak terjadinya pemulihan ekonomi di US. 
Silahkan saja. Saya pribadi melihat kenaikan itu sebagai bentuk classic bounce 
in a long-term bear market. Sehingga tidak lama lagi akan indeks mereka akan 
kembali mengalami penurunan.

        Lalu indikasi kuat yang manakah yang memperlihatkan kemungkinan 
terjadinya hyperinflation? .

        Point Pertama dan terpenting adalah kebijakan pemerintahan Obama yang 
konsisten melakukan defisit spending bahkan lebih agresif dari pemerintahan 
Bush. Defisit spending terjadi akibat besarnya kebutuhan dana untuk membiayai 
program stimulus dan pemulihan ekonomi US.

        Akibat program stimulus dan pemulihan ekonomi tersebut maka public debt 
di US per awal semester II 2009 telah mencapai sekitar USD 11.6 trillion. Suatu 
angka yang luar biasa besar dan perlu diketahui bahwa akumulasi terbesar mulai 
terjadi sejak tahun 2008 dan masih akan terus berlangsung di tahun mendatang. 
Di tahun 2008, total biaya bunga atas keseluruhan hutang US adalah USD 452 
billion. Angka yang luar biasa besar, tidak terbayang apabila dihitung dalam 
Rupiah.

        Ironisnya, hampir seluruh program stimulus dan pemulihan ekonomi ini 
dirancang untuk mendapatkan efek pemulihan yang cepat. Caranya adalah dengan 
meningkatkan konsumsi masyarakat. Boleh dikatakan hanya sedikit program yang 
dirancang untuk menciptakan kesempatan kerja dalam jangka panjang.

        Di dalam suatu perekonomian yang mengalami krisis berkepanjangan maka 
peningkatan konsumsi tidak memiliki efek multiplier yang kuat terhadap 
pemulihan ekonomi. Permintaan pasar yang tercipta hanyalah bersifat sementara 
dan tidak didukung oleh adanya peningkatan pendapatan dari konsumen dalam 
jangka panjang.

        Dalam situasi yang sama, sebagian stimulus diberikan tidak secara 
gratis melainkan melalui suatu insentif yang dapat digunakan saat membeli 
produk tertentu seperti program Cash for Clunkers. Akibatnya insentif tersebut 
dapat menyebabkan sebagian masyarakat terjebak dalam hutang baru tanpa memiliki 
daya bayar tambahan.

        Di sisi lain, program stimulus dan pemulihan ekonomi ini hampir 
seluruhnya didanai melalui kombinasi antara cetakan uang baru dan pinjaman dari 
berbagai negara kreditur dimana yang terbesar adalah diberikan oleh China.

        Menurut data yang dikeluarkan oleh CIA, per 2008 posisi public debt 
dari US adalah ranking ke 24 sedangkan Indonesia berada di ranking 77. Di 2008 
posisi public debt hanyalah 61 persen dari GDP. Jadi bila menggunakan data yang 
sama maka public debt US di 2009 telah berada di 10 besar negara dengan ratio 
public debt terhadap GDP tertinggi. Siapa saja di 10 negara tersebut? Zimbabwe, 
Japan, Lebanon, Jamaica, Italy, Singapore, Greece, Sudan, Belgium dan Egypt. 
Hanya beberapa dari negara ini yang saat ini perekonomiannya relatif stabil 
sisanya dalam keadaan krisis bahkan beberapa dalam keadaan krisis akut. Perlu 
diketahui bahwa semakin besar hutang suatu negara maka semakin besar pula 
kemungkinan mata uang negara tersebut mengalami kemerosotan nilai atau 
devaluasi.

        Ada beberapa pertanyaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan bersama. 
Bagaimana cara pemerintahan melakukan pemotongan pengeluaran bila mereka masih 
akan terus melakukan program stimulus dan pemulihan ekonomi? Darimana akan 
diperoleh pendanaannya? Bagaimana jika negara kreditur berhenti untuk 
menyediakan pinjaman? Bagaimana cara pemerintah US membayar hutang serta bunga 
di waktu mendatang? Apa yang akan terjadi bila efek dari stimulus telah memudar 
yang berarti konsumsi kembali menurun? Apakah dengan mencetak uang kembali 
adalah jawaban yang tepat?

        Point Kedua adalah pergerakan terjadinya inflasi di US mulai terlihat 
dengan terjadinya penurunan nilai USD baik terhadap mata uang kuat lainnya 
maupun terhadap emas. Ini sebenarnya wajar terjadi karena semakin besar hutang 
yang diciptakan maka secara alamiah nilai matauang akan semakin merosot. 
Menjadi tidak wajar karena nilai devaluasi semakin membesar dalam hitungan 
waktu yang semakin singkat. Sehingga ini mengarah kepada potensi terjadinya 
currency crisis di US dalam beberapa tahun mendatang.

        Di sisi lain, merosotnya nilai USD akan menciptakan efek kenaikan harga 
pada seluruh barang import. Ini pada akhirnya akan menciptakan inflasi yang 
sesungguhnya di sektor riil melalui kenaikan harga barang dasar. Bila nantinya 
ditangani dengan memberikan bantuan likuiditas kepada masyarakat maka bantuan 
tersebut akan kembali menciptakan efek penurunan nilai yang berikut. Sebaliknya 
bila dilakukan pencegahan kenaikan harga melalui pematokan harga maka akan 
terjadi kelangkaan barang yang berpotensi membawa harga barang semakin mahal.

        Dengan posisi USD relatif terhadap harga emas (dan komoditas lainnya) 
yang semakin menurun maka akan terjadi kecenderungan pelaku investasi akan 
beralih dari pasar saham dan matau uang kepada pasar komoditas. Ini akan 
menyebabkan harga emas semakin mahal (sekaligus mendorong naiknya harga silver, 
nickel, coal, copper dan komoditi lain) dan sebagai akibat nilai USD akan 
semakin terdorong ke bawah. Hal ini telah sering dikemukakan oleh Jim Rogers, 
Marc Faber dan Peter Schiff.

        Apa yang akan terjadi bila kebijakan cetak uang terus berlangsung, 
stimulus terfokus pada peningkatan konsumsi, harga emas dan komoditi melambung 
dan sektor industri di US tidak mampu bangkit? Bagaimana bila disertai 
berhentinya dana dari negara kreditur?

        Terdekat adalah currency crisis, double digit inflation dan ambruknya 
pasar saham di US.

        Point Ketiga, mari kita lihat unemployment rate di US saat ini. Bila 
program stimulus dan pemulihan ekonomi selama dua tahun terakhir lebih 
menekankan kepada sektor produktif ketimbang sektor konsumtif maka seharusnya 
terjadi penurunan pengangguran secara berangsur. Paling tidak efek tersebut 
dapat terlihat walaupun mungkin masih kecil. Apakah demikian adanya? Jawabannya 
adalah tidak.

        Unemployment rate yang secara resmi disampaikan terakhir adalah 9.7% 
pada pertengahan September yang lalu. Banyak pihak menyatakan bahwa angka ini 
tidak mencerminkan angka sebenarnya. Mengapa? Karena angka ini tidak mengikut 
sertakan faktor independent contract, faktor pekerja full time yang sekarang 
bekerja part time dan faktor pengangguran yang berhenti mencari kerja. Sehingga 
menurut kalkulasi beberapa sumber, bila dihitung semuanya adalah sekitar 17 
persen! Mengerikan!

        Seberapa parahkah tingkat pengangguran di US bahkan bila dibandingkan 
dengan tingkat pengangguran di Indonesia di 1998? Mengapa pemerintahan Obama 
memilih untuk fokus pada health care program dibanding program yang bertujuan 
untuk menciptakan pekerjaan baru? Bagaimana mungkin dalam setahun mendatang 
tingkat pengangguran akan mengalami penurunan secara drastis? Apakah kita semua 
yakin bahwa di 2010 akan terjadi penciptaan kesempatan kerja baru yang luar 
biasa besar sehingga angka pengangguran berkurang?

        Dari ketiga point di atas, maka saya berkesimpulan bahwa bila 
pemerintahan Obama tidak segera melakukan perubahan drastis di dalam kebijakan 
stimulus dan pemulihan ekonomi maka dalam waktu tiga sampai lima tahun 
mendatang negara paman Sam berpotensi tinggi untuk mengalami double digit 
inflation dengan trend semakin meningkat.

        Bila kejadian tersebut tidak ditangani dengan restrukturisasi hutang 
secara tepat, pemotongan budget secara besar2an dan tidak terjadi kebangkitan 
di sektor industry maka ekonomi US akan terperangkap dalam hyperinflation.

        Secara ringkas...
        Apa yang terjadi di Dow dan S&P saat ini adalah classic bounce in the 
long term bear market - Rising Dow is not a signal of economic recovery - 
Hanyalah masalah waktu menuju ke bawah kembali

        Harga emas dan komoditi lain akan terus meningkat seiring dengan 
melemahnya nilai tukar USD sebagai mata uang kuat dunia dan mata uang jangkar 
dalam perdagangan global

        Potensi terjadinya currency crisis di US dan double digit inflation 
dalam 3 sampai 5 tahun mendatang

        Terjadinya peralihan investasi secara signifikan dari US dan negara 
kuat lainnya menuju negara di Asia yang memiliki sumber daya alam kuat

        Bursa bursa di Asia terutama di China, India dan Indonesia akan 
mengalami kenaikan dalam jangka panjang akibat kenaikan harga komoditas dan 
peralihan lokasi investasi

        Obat terbaik bagi pemerintahan dan ekonomi US adalah kembali ke kittah, 
there is no free lunch in the world, there is no new economic paradigm. Tidak 
akan mungkin keluar dari perangkap hutang dengan menciptakan setumpuk hutang 
baru. Akhir dari keserakahan, kebejatan moral dan kebohongan terstruktur 
hanyalah penderitaan berkepanjangan.

        Socrates Rudy Sirait, PhD

        http://unpublishedd ream.blogspot. com/





        ------------ --------- --------- ------

        + +
        + + + + +
        Mohon saat meREPLY posting, text dari posting lama dihapus
        kecuali diperlukan agar CONTEXTnya jelas.
        + + + + +
        + +Yahoo! Groups Links


           mailto:obrolan-bandar- dig...@yahoogrou ps.com

           mailto:obrolan-bandar- fullfeatured@ yahoogroups. com















  

Kirim email ke