Stabilitas Ekonomi Makro dan Sistem Keuangan Tetap Terjaga : BI Rate Tetap 8
25% 





Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate pada tingkat 8,25%. Pengambilan keputusan hari ini
didasarkan pada pembahasan serta evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh
mengenai proyeksi dan perkembangan perekonomian, prospek pencapaian target
inflasi untuk tahun 2007 dan 2008, serta identifikasi terhadap faktor-faktor
risiko yang ada.

Bank Indonesia juga mencermati secara seksama berbagai perkembangan dewasa
ini, khususnya terkait dengan meningkatnya harga minyak dunia dan belum
berakhirnya dampak dari krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, serta
melakukan asesmen mengenai dampak perkembangan tersebut terhadap kondisi
perekonomian nasional. Hasil asesmen menunjukkan bahwa dampak meningkatnya
harga minyak saat ini terhadap ekspansi perekonomian dan inflasi
diperkirakan relatif terbatas. Dengan ketahanan perekonomian Indonesia yang
semakin tinggi, proses peningkatan pertumbuhan ekonomi diharapkan masih
stabil dan tetap berjalan. 

Sampai dengan akhir tahun 2007, inflasi diperkirakan masih akan berada pada
kisaran sasarannya sebesar 6%±1%. Sedangkan untuk tahun 2008, Bank Indonesia
melihat adanya potensi peningkatan beberapa faktor risiko yang dapat
memberikan tekanan pada inflasi ke depan. Oleh karena itu, diperlukan
upaya-upaya yang lebih intensif dari semua pihak didalam mengantisipasi
peningkatan risiko kenaikan harga-harga, sehingga target inflasi tahun 2008
sebesar 5%±1% dapat tercapai. Faktor-faktor risiko yang perlu diwaspadai dan
dicermati secara seksama tersebut antara lain, peningkatan harga minyak
dunia yang terus berlanjut sehingga berpotensi mendorong kenaikan
harga-harga barang, termasuk harga CPO, karet dan komoditas export nonmigas
pertanian lain, belum meredanya gejolak pasar keuangan global yang
diakibatkan krisis subprime mortgage, serta terus meningkatnya ekspektasi
masyarakat akan tingginya inflasi ke depan. Berbagai hal tersebut menjadi
pertimbangan Bank Indonesia dalam memutuskan BI Rate pada bulan November
2007. 

Secara tahunan tekanan inflasi IHK tercatat lebih rendah dibandingkan bulan
sebelumnya. Inflasi IHK pada Oktober 2007 tercatat sebesar 6,88%, lebih
rendah dibandingkan 6,95% di September 2007. Meski demikian, hal yang patut
dicermati adalah meningkatnya inflasi inti dari 6,03% menjadi 6,13%.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya inflasi dari barang-barang
impor yang meningkat harganya seiring dengan pengaruh peningkatan harga
komoditas dunia. Selain itu, masih tingginya ekspektasi masyarakat akan
inflasi ke depan juga turut memberi tekanan pada inflasi inti. Di sisi lain,
tekanan inflasi dari kelompok makanan bergejolak (volatile food) dan
harga-harga yang ditentukan Pemerintah (administered prices) relatif lebih
rendah dibandingkan bulan sebelumnya. 

Kondisi nilai tukar rupiah pada Oktober 2007 secara rata-rata terlihat
menguat dibandingkan bulan sebelumnya. Apresiasi rupiah tersebut disertai
dengan volatilitas yang menurun dan berada dalam level rendah. Rata-rata
nilai tukar di Oktober 2007 tercatat Rp 9.101 atau terapresiasi 2,2%
dibanding bulan September 2007 sebesar Rp 9.305. Terapresiasinya nilai tukar
rupiah lebih disebabkan oleh kuatnya faktor fundamental dan kecenderungan
penguatan mata uang global thd USD. Hal ini juga ikut mendorong kenaikan
IHSG  mencapai level tertinggi pada Oktober 2007 sebesar 2.638 yang antara
lain dipicu oleh arus modal masuk.

Perkembangan perekonomian Indonesia secara umum masih sesuai dengan
perkiraan. Pada triwulan III-2007, perekonomian Indonesia diprakirakan
tumbuh sebesar 6,3% didorong oleh meningkatnya konsumsi serta ekspor.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2007 secara
keseluruhan diperkirakan masih mencatat surplus meskipun tidak sebesar
surplus di triwulan II-2007. Surplus NPI tersebut terutama terjadi di sisi
neraca transaksi berjalan, sementara neraca modal dan finansial mencatat
surplus yang lebih rendah. Dengan kondisi ini, jumlah cadangan devisa pada
akhir  Oktober 2007 tercatat sebesar 54,2 miliar dollar AS atau setara
dengan 5,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.  

Dari sisi perbankan, berbagai indikator keuangan dan operasional menunjukkan
bahwa ketahanan sistem perbankan masih tetap kokoh. Fungsi intermediasi
perbankan terus mengalami peningkatan, ditunjukkan oleh tren penyaluran
kredit yang terus meningkat dengan pertumbuhan tahunan sampai saat ini
mencapai jumlah sekitar Rp. 957 triliun atau tumbuh sebesar 21,5%. Di sisi
lain, Dana Pihak Ketiga perbankan juga terus mengalami kenaikan mencapai
jumlah Rp. 1.401 triliun atau tumbuh sekitar 16,42% secara tahunan. NPL
perbankan mengalami penurunan yang cukup besar dari 6,31% menjadi 5,35%
(gross), dan 2,84% menjadi 2,60% (net). Penurunan ini terjadi seiring dengan
langkah-langkah restrukturisasi kredit bermasalah di Bank-Bank BUMN. 

Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan bahwa dengan langkah-langkah dan
strategi kebijakan yang tepat dan terkoordinasi, kita akan mampu bertahan
melalui perkembangan global dewasa ini. Kondisi saat ini jauh berbeda dengan
kondisi tahun 2005 dimana ketahanan Indonesia di sisi moneter, sistem
keuangan, pengelolaan fiskal, sudah jauh lebih baik. Capaian yang telah ada
saat ini, stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, kiranya harus terus
dimanfaatkan oleh segenap elemen bangsa sebagai pilar penopang pembangunan
ekonomi ke depan. Berbagai langkah Pemerintah untuk menjamin kelancaran
distribusi barang-barang kebutuhan pokok, meningkatkan efektifitas
penyerapan anggaran oleh Pemda dan belanja modal untuk pembangunan
infrastruktur, serta langkah-langkah pencegahan penyeludupan BBM akan sangat
bermanfaat di dalam mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi yang telah
dicapai saat ini.

Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan tetap melaksanakan kebijakan moneter
secara terukur dan hati-hati dengan terus mencermati berbagai dinamika
perekonomian. Bank Indonesia memandang, tidak berubahnya BI Rate masih mampu
memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan sejalan
dengan masih tersedianya ruang gerak bagi bank untuk  menurunkan suku bunga
lebih lanjut.

Jakarta, 6 November 2007

Direktorat Perencanaan Strategis 

Dan Hubungan Masyarakat






Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
     using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin 
           accept no liability for any loss or damage arising
               from the use of this E-Mail or attachments.

<<02.gif>>

<<IMSTP.gif>>

<<02_b.jpg>>

Kirim email ke