pelajari historicalnya dan saya belajar dari salah satu teman saya
yang dulu menjadi penasehat di BBCA. Lihat dari historical gimana
perilaku saham yang naik dan kejadian tersebut selalu berulang ulang
kejadiannya.

Anyway, saya nggak mungkin bocorin semua isi dapur dong. Yang jelas
pengalaman di bursa selama bisa survive akan membuat you can sense the
idea.

Baca Kompas hari ini dimana Michael Tjoa sudah bicara teknik buy low
sell high yang lebih low risk dibandingkan buy high sell higher karena
teknik Darvas ini sudah ketinggalan jaman, too much false break. Time
to check FA then enter by TA then exit by FA then sisanya sesuai pakem
SB - Hoki Te It, maka kalau naik lagi yah lupakan jangan dikejar lagi.
Turun dalam baru beli lagi saham favorit itu.

Dow sedang lagi hamil tua tuh ...

On 1/2/08, SSTrader-03 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
>
>
>
> Kalau boleh tanya lagi Pak James ...
>
> Bagaimana mekanisme tercipta-nya habit ini?
> Krena laporan annual ? dan kebanyakan under expect atau emang udah dari
> sono-nya?
>
> Dan apakah Habit ini juga mewabah di smua bursa dunia?
>
>
> Rgrd
>
> SSTrader-03
>
>
> On Jan 2, 2008 4:30 PM, James Arifin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > that's the habit as shown on the historical data. Wait for correction and
> buy when market down more than 20%, better at 50% discount will reduce the
> risk. See what Michael Tjoa advise in Kompas today.
> >
> >
>
>  

Kirim email ke