Exactly, Pak Hendrik!

Good analysis. Saudi sama sekali tidak senang dengan harga minyak yang
tidak masuk akal seperti saat ini, sampai sampai mereka menaikkan
produksi.

http://www.arabianbusiness.com/524999-saudi-king-wants-lower-oil-price-

Mereka khawatir demand destruction seperti yang terjadi waktu lalu.
Yang akhirnya rugi adalah eksportir dan perusahaan minyak.

Malam tadi, (di US pagi) CFTC mulai mengumumkan hasil penyelidikannya
mengenai spekulasi minyak. Optiver sudah kena. Sisa penyelidikan yang
lain masih belum diumumkan. Ini, saya kira karena menyangkut the BIG
Three yang punya lobbyist SANGAT KUAT dalam sistem politik AS.

At the end of the day, semua orang akan senang kalau harga minyak
turun. Sebagian dari kita mungkin kecewa, karena hartanya berkurang,
tapi kalau kita perhatikan saudara, teman, kerabat, tetangga yang
hidupnya lebih tidak beruntung dari kita, mereka akan bersyukur, beban
sangat berat terangkat dari pundak mereka.

Salam,
Rully

On 7/25/08, hendrik_lwww <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "jos_martino"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> Ha..ha..ha.., Mbah
>> Nembaknya langsung ke sasaran.....
>>
>> Pertanyaan Mbah kelas berat karena sebenarnya mengandung:
>> 1. Apakah Bank & the gang dapat menopang turunnya saham komoditi
>> 2. Apakah Komoditi saatnya sudah REBOUND
>> 3. Apakah saatnya semua sektor rebound beneran?
>>
>> Saya belum bisa prediksi Mbah
>>
>> Kirain Mbah lagi bertapa cari ILHAM ...he..he..he.
>>
>> rgs,
>> JM
>
> SMUE BERHUBUNGAN DENGAN OIL SAAT INI
> THE KEY IS SUSTAINABLE
>
> Apakah mungkin penurnan harga Oil hanya karena kalau oil terlalu
> tinggi ngga ada yang bisa beli, akhirnya NGGA LAKU sehingg harus
> diturunin dulu biar perusaaan OIL CUAN...
>
> Saya percaya bahwa oil yang terlalu tinggi juga akan merugikan
> perusahaan oil. Tentu saja karena oil yang tinggu mnghambah EKONOMI -
> Menghambat perutumbuhan permintaan oil yang pada akhirnya PERUSAHAAN
> OIL RUGI.
>
> Sehingga dipastikan oil akan dijaga di kisaran yang tidak
> membahayakan ekonomi.
>
>

Reply via email to