Pemegang Repo Saham BUMI Minta Prioritas Pelunasan 

        

        Indro Bagus SU - detikFinance

        
RUWETNYA BISNIS GROUP BAKRIE

                
                

                                        

        
                        
        

        


        Jakarta
- Pemegang repo saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang bukan melalui
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) menuntut dana penjualan BUMI
diprioritaskan untuk melunasi repo Rp 6,3 triliun yang sudah jatuh
tempo.

Investor
pemegang repo khawatir, penyelesaian transaksi penjualan 35% saham Bumi
Resources belum tentu menyelesaikan masalah gadai saham (repo) grup
Bakrie. Sebab penjualan BUMI hanya mampu meraup US$ 1,3 miliar,
sedangkan utang repo grup Bakrie mencapai Rp 19,075 triliun. 

"Kami
menuntut agar dana penjualan BUMI digunakan untuk melunasi repo kami
terlebih dahulu karena sudah jatuh tempo. Kalau repo BNBR pada 10
kreditornya kan jatuh temponya masih banyak yang tahun 2009 dan 2010,"
ujar sumber detikFinance yang memegang repo BUMI saat dihubungi, Jumat 
(7/11/2008).

Ia
menjelaskan, selain sisa repo BNBR yang masih harus dilunasi berikut
bunga senilai Rp 12,775 triliun, masih ada saham-saham grup Bakrie yang
digadaikan senilai Rp 6,3 triliun.

"Repo itu dilakukan oleh 4 perusahaan afiliasi grup Bakrie yang non listed," 
ungkap sumber tersebut.

Empat
perusahaan yang dimaksud menggadaikan sejumlah portofolionya di
anak-anak usaha BNBR, termasuk BUMI kepada banyak institusi seperti
yayasan dana pensiun, asuransi, reksa dana dan investor ritel individu.
Sumber detikFnance ini termasuk yang memegang repo yang dilakukan oleh
4 perusahaan tersebut.

"Setahu saya total nilai repo yang
dilakukan 4 perusahaan ini sekitar Rp 6,3 triliun dan kebanyakan sudah
jatuh tempo," jelas sumber tersebut.

Menurutnya, jumlah nasabah
yang menerima repo Rp 6,3 triliun ini sangat besar jumlahnya dan
tersebar di berbagai kota-kota besar di Indonesia. "Jadi jika sampai
gagal bayar bakal banyak orang yang merugi dalam jumlah cukup besar,"
ujarnya.

Saat ini, ia menjelaskan, para pemegang repo sedang
melakukan negosiasi untuk restrukturisasi dan menjadwalkan kembali
pelunasan. Meski banyak yang sedang menegosiasikan ulang, menurut
sumber tersebut terdapat kekhawatiran potensi gagal bayar masih sangat
besar. Sebab penjualan BUMI hanya mampu meraup US$ 1,3 miliar,
sedangkan utang repo grup Bakrie mencapai Rp 19,075 triliun.

"Meski
pun sebenarnya kami memegang repo yang bukan melalui BNBR. Namun kalau
bisa dana penjualan BUMI digunakan untuk membayar repo kami lebih dulu,
karena hampir semua sudah jatuh tempo. Kami minta diprioritaskan,"
ujarnya.

Mengacu pada apa yang dikatakan sumber tersebut,
artinya penjualan BUMI belum memberi kepastian grup Bakrie terbebas
dari masalah gagal bayar. 

Meski penjualan BUMI senilai US$ 1,3 miliar dapat membebaskan BNBR dari masalah 
gagal bayar,
namun repo 4 perusahaan afiliasi grup Bakrie sebesar Rp 6,3 triliun masih 
menunggu mekanisme penyelesaian yang pasti.

"Apalagi
repo Rp 6,3 triliun ini dipegang oleh dana pensiun, asuransi, reksa
dana dan ritel. Jika gagal bayar bakal banyak institusi yang ambruk,"
ujarnya.

Penjualan BUMI pada konsorsium Northstar Pacific-Texas
Pacific Group maksimal senilai US$ 1,3 miliar. Harapan pelunasan repo
grup Bakrie boleh jadi bisa dilakukan dengan menerima tawaran San
Miguel, perusahaan makanan asal Filipina, yang berminat mengakuisisi
BUMI sebanyak 51%.

Opsi lainnya adalah penjualan 40% saham BNBR
dalam PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang saat ini sedang dalam
proses negosiasi. Mengacu pada harga penutupan ENRG sebelum suspensi di
level Rp 350, nilai penjualan 5.760.325.350 (40%) saham ENRG bisa
meraup Rp 2,016 triliun yang cukup membantu pelunasan repo Rp 6,3
triliun.

KALAU TENANG, TIDAK LEPAS SAHAM REPO, SEMUA BISA DI ATASI.
ADA KEMUNGKINAN ASING SEDANG MENEKAN HARGA SAHAM,
DENGAN MEMASANG JUMLAH SAHAM YG SANGAT LUAR BIASA
DI BUMI, SEHINGGA INVESTOR RITEL MAKIN PANIK.
BELI KETIKA ORANG PANIK JUAL.
KESEMPATAN HANYA DATANG SEKALI



      

Kirim email ke