http://www.liputan6.com/s.php

23/8/2004 21:54 - Sejarah politik di Sumbar, pemenang pemilu selalu adalah
partai atau kandidat yang didukung massa Muhammadiyah. SBY-Kalla dianggap
berpeluang mendapat dukungan massa Muhammadiyah ketimabang Mega-Hasyim.
----------------------------------------------------------------------------
----

Sejarah politik di Sumbar
>>>

Liputan6.com, Padang: Penentu kemenangan Pemilihan Presiden putaran kedua di
Sumatra Barat berada di tangan massa Muhammadiyah. Kandidat yang berhasil
memikat hati warga Muhammadiyah diprediksi bakal unggul di Sumbar.
Alasannya, Sumbar dikenal sebagai kantung massa Muhammadiyah. Menurut Gatut
Priyo Widodo--pengamat politik Sumbar--massa Muhammadiyah akan memilih
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono pada Pilpres mendatang. "Muhammadiyah
lebih memilih SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dari pada tokoh Nahdlatul Ulama
yang direpresentasikan Hasyim," tutur Gatut di Padang, Sumbar, baru-baru
ini.

Keyakinan massa Muhammadiyah mempengaruhi perolehan suara di Sumbar bukan
tanpa dasar. Setiap pemilu, partai dan kandidat yang mewakili unsur
Muhammadiyah selalu menang di Sumbar. Pasangan Amien Rais-Siswono Yudo
Husodo, misalnya. Pasangan ini memperoleh suara terbesar yakni sekitar 36
persen di Sumbar. Maklum, Amien adalah tokoh Muhammadiyah yang juga mantan
ketua organisasi kemasyarakatan Islam itu. Sementara kubu Wiranto-Salahudin
Wahid menempati posisi kedua dengan perolehan suara 29 persen lebih,
dibayangi duet SBY-Kalla dengan 25 persen suara. Sedangkan pasangan
Mega-Hasyim berada di urutan keempat dengan selisih yang cukup jauh.

Sementara pada Pemilu Legislatif, Partai Golkar merajai perolehan suara
dengan 28,7 persen. PAN bertengger di tangga kedua dengan perolehan sekitar
14 persen suara. Dua partai ini mengulang sejarah perolehan mereka dalam
Pemilu 1999 yang juga dijuarai Partai Golkar dan PAN menduduki posisi runner
up. Pengulangan ini tidak tercermin pada perolehan suara Partai Persatuan
Pembangunan yang pada 1999 menduduki urutan ketiga.

Posisi partai berlambang Kabah digantikan Partai Keadilan Sejahtera yang
mampu meraih sekitar 11,8 persen suara. PPP berada di urutan selanjutnya
dengan perolehan sekitar 11,7 persen suara. Tempat kelima diisi Partai Bulan
Bintang dalam rentang yang cukup jauh dengan PPP. Sementara PDIP tidak dapat
terlalu banyak unjuk gigi dengan hanya memperoleh suara tiga persen
lebih.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)
-------------------------------------------

23/8/2004 21:48 - Penghasilan War dari memungut barang-barang bekas tidak
menaikkan derajat kehidupan keluarganya. Di pundak pemimpin mendatang, War
ingin berharap ada perbaikan ekonomi.

Keluhan hati seorang pemulung
>>>

Liputan6.com, Padang: Ketika keriuhan kampanye berlangsung, calon calon
presiden selalu mengembar-gemborkan misi pembangunan untuk rakyat kecil.
Ironisnya, nasib rakyat kecil tetap terpuruk. War, salah seorang contoh
sosok kaum papa. Hampir enam tahun ia hidup di Padang, Sumatra Barat,
sebagai pemulung. Sebelum menjadi pemulung, War sempat bekerja sebagai kuli
di toko bangunan dan tukang becak. Tapi, penghasilan dari pekerjaan tersebut
tidak juga mampu menghidupi istri dan lima anaknya.

War hanya bisa pasrah. Dia setiap hari mengumpulkan barang-barang bekas.
Setelah dipilah, barang itu dijual kepada pengumpul. Keuntungan yang
diperoleh hanya Rp 15 ribu per hari. Padahal beban War sangat berat. Selain
untuk mengebulkan asap dapur, ia juga harus memikirkan kebutuhan sandang
keluarganya. Dampaknya, tak seorang pun anak War bersekolah.

Di pundak sosok pemimpin baru-lah War berharap banyak. Dia ingin presiden
terpilih bisa memulihkan perekonomian rakyat menjadi lebih baik. Utamanya,
harga kebutuhan-kebutuhan pokok murah sehingga War sekeluarga bisa hidup
sedikit mapan.(AIS/Kawian)
---------------------------------------------------

23/8/2004 20:39 - Pemahaman Islam yang menjadi dasar kehidupan di Sumatra
Barat tercoreng maraknya kasus korupsi oleh pejabat pemerintah daerah dan
anggota DPRD setempat. Pemimpin baru diharapkan bisa membersihkan negara
dari koruptor.

Sumbar tercoreng maraknya kasus korupsi
>>>

Liputan6.com, Padang: Pada masa perjuangan bangsa merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Sumatera Barat dikenal sebagai daerah asal orang-orang cerdik
pandai. Sebut saja tokoh proklamator RI Mohammad Hatta atau Syafruddin
Prawiranegara, Presiden Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Andai
masih hidup, mereka pasti prihatin dengan nasib Sumbar saat ini. Dalam
beberapa bulan terakhir sejumlah pejabat Legislatif dan Eksekutif di
pemerintahan setempat menyandang gelar baru. Menjadi tersangka.

Perkara hukum di Sumbar bukan main-main. Sedikitnya, 43 anggota DPRD Sumbar
divonis bersalah menyelewengkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
senilai Rp 4,9 miliar. Vonis hakim dibuat bukan hanya berdasarkan aturan
yuridis tetapi juga filosofis dan sosiologis masyarakat Ranah Minang [baca:
Lima Terdakwa Kasus Korupsi DPRD Padang Dilantik].

Naluri mengerogoti uang negara menular kepada pejabat tinggi di lingkungan
Daerah Tingkat I dan II. Sebut saja Wali Kota Solok Yumler Lahar yang diduga
merugikan keuangan negara Rp 1,3 miliar. Kemudian Wali Kota Padang Zuiyen
Rais dengan dugaan korupsi Rp 10,4 miliar. Selain itu, Sekretaris Daerah
Kabupaten Kepulauan Mentawai Ridwan Siritubui masih menjalani pemeriksaan
atas kasus dugaan korupsi Rp 8,2 miliar. Tinggal Gubernur Sumbar Zainal
Bakar yang belum tercatat menjadi terdakwa. Padahal, surat izin pemeriksaan
Zainal telah diajukan sejak tahun silam.

Perilaku para anggota Dewan dan pejabat Eksekutif disayangkan warga
setempat. Maklumlah, Sumbar terkenal juga ketat dalam segi agama.
Nilai-nilai dalam Islam ternyata tak menempel di kepala para tersangka. Jika
begitu, bagaimana nasib 500 ribu penduduk Sumbar yang masuk kategori miskin?
Nurbaya, seorang pedagang sayur angkat bicara. Nurbaya ingin pemimpin baru
memberikan masa depan cerah. "Jangan begini lagi, suram sekali," kata dia.

Sementara Eriandi, mahasiswa Universitas Padang jurusan Fisip dan Politik
meminta peluang kerja lebih diperbesar. Maklumlah, saat ini, banyak lulusan
sekolah menegah atas yang tidak mendapat kesempatan kerja. Sedangkan Jenni,
karyawan Radio Arbes meminta para anggota Dewan dan pejabat Eksekutif
bertobat. "Takutlah sama Tuhan," kata Jenni.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)



____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Reply via email to