Kalau dilihat/dibanding secara porsi spt jelas meman si kaya
yang banyak memakai daripada si miskin. Tapi seperti yang
saya sebutkan bagi si kaya pencabutkan subsidi ini hanya
MENGURANGI sbgn kecil kekayaan/kenikmatannya, tetapi bagi
si miskin ini adalah MENAMBAH beban hidup mereka yang berat
untuk semakin berat.
Pengalihan subsidi ke bidang lain? boleh saja tapi apakah
bisa dlm satu waktu yang bersamaan misal, tanggal 01/01/05
BBM naik, maka besoknya sembako juga ikut naik, apa pada
saat itu juga pendidikan dan kesehatan langsung gratis??
Rasanya tidak, anggap saja dua bulan berikutnya, tapi dlm
dua bulan itu rakyat kecil (wong cilik) mereka sudah terlanjur
susah. Selain itu, apa iya besarnya alokasi subsidi dari BBM
itu, juml. bisa menutupi bid. pendidikan dan kesehatan.
Waduh, yg saya ingat, AR sendiri bilang untuk bikin gratis itu
rasanya sulit.
Misalkan 2 bulan mendatang pendidikan dan kesehatan gratis tp
jika daya beli masy. tetap rendah, bagaimana? apa mungkin
si anak ke sekolah tanpa harus makan dan pakai baju?
Bagaimana denga kel. yang anaknya belum masuk masa sekolah?
tentu dua fasilitas itu tidak mereka rasakan, sementara beban
hidup tetap dirasakan paling tidak untuk makan dan mungkin
susu untuk anaknya. Apakah dengan pendidikan dan kesehatan
gratis akan secara langsung akan mendorong daya beli masy
kelas ek.lemah?
Apakah pendidikan gratis itu, juga berarti beli buku dan alat
tulis lainnya gratis? yg jelas dan pasti harga kertas itu akan
ikut naik mengikuti kenaikan BBM.
Belum lagi jika dikaitkan dengan tulisan Kwik Kien Gie yg
mengatakan bahwa Subsidi tdk sama dgn uang keluar.
Jika pemerintah merasa terbebani dengan subsidi kenapa pemerin
tah tidak mencari dari dana lain misalnya menyita asset pengusaha
(konglomerat) yg jumlahnya triliunan, kalau yg diurusi dan 
ditangkapi kelas kanga goreng/ikan teri ya mana bisa untuk
menutupi yg triliunan itu.

Memang ada perbedaan pada masy. kita menyikapi kenaikan BBM
ini jika dibandingkan pada era rezim MSP. Padahal alasan yg
digunakan oleh rezim terdahulu adalah sama persis dengan yg
sanak Ronald jelaskan, makanya bagi saya penjelasan sanak itu
bukan hal yang istimewa atau baru. Tapi kenapa ya, bbrp elemen
masy. yg dahulu begitu galak dan tanpa mau sedikitpun memahami
alasan dan kesulitan rezim MSP, sekarang mereka relatif tampak
lebih 'arif dan bijak' sehingga bisa memahami dan menerima
alasan dan jurus lama (mungkin photo copya-an) yg pernah
dimainkan rezim Megawati Sukarno Putri, yg berbuah pernyataan
dr seorang tokoh yaitu "Mega Lebih Berpihak pada Wong Licik 
(konglomerat hitam) Ketimbang Wong Cilik". 
Kasihan juga saya dengan mu IBU? tentu saat ini Ibu bener2 kesel
dengan elemen masy. kita yg saat ini justru menjadi jubir tak
resmi thdp kebijakan penguasa.

BTW, klo saya boleh tahu, apa sanak Ronald ketika itu (kenai
kan BBM th 2003) juga sudah punya sikap dan pengertian spt 
saat ini??
Maaf pertanyaannya sedikit melebar? dijwb boleh, ga' juga ga'
apa-apa.

oh iya, sebelum kenaikan BBM sepertinya Elpiji juga
sudah naik, pemanasan deh ....

wassalam,
harman
-----Original Message-----
From: Ronald P Putra [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, December 17, 2004 10:51 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] RE: [surau] Kenaikan BBM



Uda Mukhlis,
tidak mungkin kita mengatakan bahwa jika subsidi BBM hanya akan
menguntungkan
orang berduit adalah salah besar. Coba hitung berapa konsumsi nasional
atas BBM yang disubsidi per harinya, dan lihat berapa sebenarnya porsi
utk si rakyat kecil. Sebagian besar BBM yang disubsidi itu dikonsumsi oleh
orang yg punya kendaraan pribadi, pengusaha angkutan umum, industri. Ini
yang saya maksud dengan subsidi hanya akan menguntungkan orang berduit.

Kenapa, karena sekarang negara kita telah menjadi net importir, harus
membeli
dari luar utk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Harga beli luar itu jauh
lebih
tinggi dari harga jual dalam negeri sehingga harus di subsidi dari anggaran.
Nah, sekarang siapa yang mengkonsumsi di dalam negeri ? ya itu, sebagian
besar oleh pemiliki kendaraan bermotor, pengusaha angkutan umum, indsutri
(bukan rakyat kecil). Jadi wajar dong jika kita bilang bahwa pmth telah
mensubsidi
pihak-pihak di atas dalam mengkonsumsi BBM. Atau kalkulasi saya salah ?
Bukan masalah mau 50 rb atau 100 rb sekalian, tapi pihak-pihak diatas telah
menikmati 'margin' yg harus dibayarkan pemerintah tsb.
Seandainya mereka beli di India, mereka harus bayar 7000 rupiah per liter
premium,
sementara di sini mereka hanya bayar 1810 rupiah perliter dan bisa dipakai
utk berusaha angkutan kota.Saya tidak mengelompokkan pengusaha angkot
sbg rakyat kecil, tapi coba hitung berapa ratus liter BBM yang disubsidi itu
mereka konsumsi perharinya. Ini maksud saya.
Belum lagi selisih harga dalam dan luar negeri ini telah mengundang para
penyelundup
dan kejahatan BBM yang telah merugikan negara puluhan miliar rupiah
pertahunnya.

Bukan tidak ada sejarahnya subsidi dialihkan ke bidang lain di negeri ini,
justru
tiap tahun pmth melakukan subsidi silang dari satu bidang ke bidang lain
sebagai
penyeimbang anggaran. Kalau kita menilai bahwa itu semua hanya 'bullshit',
itu
kan ada pada tataran tekhnis pelaksanaan yang amburadul, baik dalam
distribusi
maupun dalam pengawasan program, yang suatu saat bisa diperbaiki. Tapi pada
konsepnya kan bukan demikian.

Kemungkinan adanya kebocoran-kebocoran dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengobatan gratis buat rakyat bukan berarti menutup kemungkinan program itu
bisa
terlaksana. Kebocoran akan selalu ada dan ada dimana saja. Tidak dipungkiri
itu,
tapi bukan berarti dengan adanya kebocoran, lalu kita tidak berbuat sama
sekali.
Akan ada masanya dimana hukum bisa tegak disini, dan pada saat itu segala
kebocoran akan hilang dgn sendirinya, mudah-mudahan.

itu saja ya Uda, terlebih terkurang mohon dima'afkan


wassalaam,
Ronald

____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Reply via email to