--- Rahima <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Allah berfirman yang artinya : " Sesungguhnya Allah > menerima (mengampunkan dosa semuanya), kecuali dosa > Syirik. ". > Dari sisi AlQuran saja sudah jelas perkataan yang > diatas bertentangan dengan firman Allah. Allah > mengampunkan dosa semuanya, kecuali dosa syirik. Itu > saja.
Mengenai bukunya nanti saya lihat lagi judul dan pengarangnya. Jawaban dik Rahima mungkin tepat, tapi persoalannya sekarang, apakah ketiadaan niat itu, ataupun keredhaan memakai undang-undang selain undang- undang Allah itu tidak termasuk dalam kategori syirik ?. > Soal dosa, itu urusan Allah semata. Namun ketika > ditanya rasulullah SAW. Apa itu dosa? Rasulullah > menjawab : Maahaaka bihi shadruka"( apa yang dengan > dosa itu hati kamu bergerak,merasa tak enak dengan > perbuatan tidak baik itu). Dosa mmang urusan Allah swt., tapi kan sudah ada garis panduan, kalau tidak tentu tak ada gunanya petunjuk. > Jadi saya kira, belum tentu suatu dosa, apabila > seseorang itu ngak ada niat untk mendirikan negara > islam, apalagi sampai tak diampunkan, Memang ujungnya akan ke sana bila definisi syirik itu sendiri belum jelas. Nggak apalah, nanti kita bahas. > Sekarang kita lihat lagi, bagaimana dengan suatu > bangsa yang tak menjalankan undang-undang islam..?. > Jawabannya, jelas kita salah dan berdosa, bila > Undang-undang Islam tak kita jalankan. Laa ... ini, berdosa ?,... Lalu dosanya ?, masuk kategori tak terampunkan atau tidak ?. (membuat undang-undang tandingan selain undang-undang Allah ?). > Sekarang kita lihat lagi realita hidup dinegara kita > yang mana campur aduk antar islam, Nasrani, Hindu, > Budha, dan entah apa lagi. Bagaimana jalan yang > baik, apa yang harus kita lakukan > dalam situasi semacam ini? Dulu Rasulullah saw. juga hidup dalam keadaan seperti itu kalau nggak salah yaa dik Rahima ?. Ada Paganisme, Yahudi, Zoroaster, Majusi, dan sebagai nya. Tapi sejarah memperlihatkan tak ada kata kompromi kompromi. Ndak bisa di Mekah, hijrah ke Madinah, yang didirikan adalah Negara Islam. Di sekeliling mereka waktu mula pertama juga ada Yahudi dan Nasara. Gimana tu dik Rahima ?. > Apakah kita ngotot, untuk menghukum manusia sesuai > ajaran kita? > Bisa-bisa perang negara kita. Aii, ini bukan Negara Islam cara begini. Dik Rahima tahu, dalam negara Islam yang didirikan Rasulullah saw, Rasulullah menghukum orang Yahudi dengan Taurat iya kan ?. > Untuk saat sekarang ini menjaga keamanan dan > keselamatan jiwa sekian banyak manusia diutamakan. > Indonesia itu sebenarnya negara berlandaskan apa,..? > Islamkah,.atau apa..? itu dulu yang perlu > diperjelas. > kalau negara Islam, maka hukum Islam harus tegak > disana, dari setiap sisi dan sudutnya. Inilah masalahnya, Indonesia adalah negara kita. Kita mau membiarkan dan kita juga termasuk dalam orang-orang yang berdosa ?. Apa kita ndak mau tegakkan negara Islam yang diredhai Allah ?. Dengungan ini belum pernah terdengar semenjak saya dilahirkan di Indonesia. Entah karena ide Nasakom akibat kekalahan piagam Jakarta, atau p4 nya Soeharto, semua rakyat Indonesia tiada yang berani. Mungkin karena takut. Tapi kalau takut terus menerus, kapan jadinya. Dan sangat disayangkan, pada saat sekarang ini, partai-partai Islam tiada yang berani mengangkat muka mengatakan "kami mau negara Islam", karena itu satu-satunya yang dapat menyelamatkan bangsa dari malapetaka Allah. Dan ingatlah kalau bala Allah itu datang, dia tidak menimpa orang yang jahat-jahat saja diantara kita. > Kalau Indonesia bukan negara islam, tetapi negara > campur aduk agamanya, maka bagi yang beragama Islam, > ikuti hukum-hukum Islam. Toleransi ANTAR UMMAT > BERAGAMA, bukan TOLERANSI AGAMA. Praktek semacam ini sudah basi dik Rahima. Kalau dibandingkan Indonesia zaman dulu dan sekarang, kita akan geleng-geleng kepala. Sudah tak dapat disangkal lagi, budaya barat yang nota bene Yahudi atau Nasara menjadi budaya anak muda sekarang. Kalau dik Rahima berjalan ke pelosok kab. Padang Pariaman, mungkin menggigil lutut melihat ting- kah polah anak mudanya bahkan orang tua. Dan ini memang sudah target musuh-musuh Islam. Ketika seorang paderi (missionaris) ditanya tentang kristenisasi. "bagaimana keberhasilan tuan mengkristen kan orang-orang Indonesia". Jawabnya, "Oo itu tidak penting, yang penting perangai mereka sudah menjadi perangai orang-orang kristen". Toleransi sudah nggak laku rasanya untuk menaikkan citra Islam dik Rahima. > Kalau kita punya niat ikhlas untuk menjadikan > Indonesia itu menjadi negara islam, sangat bagus > sekali, dan diharapkan masing-masing kita punya niat > untuk itu dan lambat laun, biar lambat asal selamat > kata orang. Jangan keburu-buru, karena kita harus > menyadari kekuatan agama lain dinegara kita. Bukannya jatuh jadi kewajiban dik Rahima ?, karena di atas tadi sudah dikatakan berdosa bila tidak ?. Kekuatan agama yang lain, memang harus disadari, tapi tiada ketakutan untuk mencari ridha Allah, iya kan ?. Siyasah memang perlu, tapi ketakutan harus dibuang jauh-jauh mengingat hari akhirat, betul nggak ?. > masing-masing kita berusaha untuk menjalankan > hukum-hukum islam dinegara ini, Masing-masing ?. Kalau masing-masing tentu tidak sampai kepada hukum yang kolektif seperti jinayat atau hudud misalnya. Kalau Munakahat yaa oke-oke saja, tapi apa kita ndak kena di kalimat "mengamalkan sebagian dan membuang sebagian" ?. dan bisa mampu > mendirikan negara Islam yang sebenarnya, tapi > kapankah > semua ini bisa terjadi? > Jawabannya, Allahu a'lam, > manusia berencana dan berusaha Allah jua yang Memang Allah yang tahu kapan bisanya, tapi minimal ada tekad, iya nggak ?. Kalau tidak, adakah arti dari semua amalan kita, kalau akhirnya nanti kita tidak termasuk orang yang memikirkan ummah dan tak akan diterima dalam golongan Nabi saw. ?. Iko dulu, ambek ditambah dulu. Wassalam St. Sinaro __________________________________ Yahoo! Mail Mobile Take Yahoo! Mail with you! Check email on your mobile phone. http://mobile.yahoo.com/learn/mail _____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________