Wassalamu'alaykum wr.wb

Saya setuju bahwa dampak akibat tidakan korupsi tidak
sekedar kerugian sejumlah uang, tetapi juga rusaknya
suatu sistem pengawasan.

Seorang developer bangunan yang menyogok pejabat
pengawas , mengakibatkan lepasnya sistem control yang
harus dilakukan pejabat tersebut dalam memberikan ijin
berdirinya bangunan tersebut.

Seorang kondektur kereta api atau kapal laut yang
membiarkan menerima uang sebagai pengganti karcis
telah menghilangkan fungsi kontrol kapasitas jumlah
penumpang yang boleh diangkut.

Dapat kita temukan contoh-contoh lain lagi yang
mengakibatkan rusaknya sistem pengawasan akibat
perilaku korupsi.

Menjadi pertanyaan bagaimana seharusnya sikap kita 
terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi (bencana)
pada bangsa  ini. Apakah sekedar menganggap suatu
bentuk resiko manusia  tinggal dimuka bumi (perilaku
alam) dengan cukup melakukan aksi reaktif
penanggulangan  saja atas peristiwa tersebut, atau
memang suatu yang bisa diambil langkah proaktif untuk
pencegahan.

Taruhlah persoalan banjir yang melanda Jakarta dan
daerah-daerah lain, apakah memang diakibatkan curah
hujan yang luar biasa atau memang karena lingkungan
yang semakin buruk ? Atau bisa jadi dua-duanya.
Kalau disadari sebagai siklus lima tahunan, patut
dipertanyakan persiapannnya.
Karakter alam adalah mengikuti hukum sebab akibat yang
sudah terukur, kalau dari hulu resapan air dikurangi
tentu saja jatuh kehilirnya akan lebih besar. Jadi
sebetulnya kalau ada polital will yang sungguh-sungguh
untuk membangun dengan berwawasan lingkungan maka
peristiwa-peristiwa bencana itu bisa dicegah,
sayangnya pada realitasnya  terjadi benturan-benturan
kepentingan yang sering dimenangkan oleh mereka yang
hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.

Bagi daerah-daerah lain khusunya sumbar   sebetulnya
Jakarta patut dijadikan contoh untuk tidak ditiru hal
hal yang berdampak negatif, pendirian pabrik tidak
sekedar memikirkan retribusi atau pajak pendapatan
daerah tapi juga dampak terhadap lingkungan alam
ataupun sosial masyarakat.

Begitu pula dengan pengembangan pariwisata tidak
sekedar mengundang turis dari manca negara maupun
lokal dan mendapatkan devisa, uang masuk  tapi tetap
diperhatikan juga dampaknya dari sisi kemandirian
budaya dan sosial masyarakat, membuka daerah
pariwisata jangan sampai menggadaikan sendi sendi
kehidupan masyarakat yang telah ada tersebut. 

Jangan sampai membuka daerah wisata indentik dengan
memberikan kebebasan yang bertentangan dengan adat dan
agama, memindahkan budaya asing untuk diterapkan
dirumah sendiri.
 

Demikian sekedar urun rembug


Wassalamu'alaykum wr.wb

Arnoldison
    



--- Saafroedin BAHAR <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Assalamualaikum w.w. Saudara-saudara warga milis
> RantauNet dan Pakguruonline,
>    
>   Di bawah ini saya sampaikan terjemahan saya dari
> artikel Andre Vitchek yang sangat menggelitik
> tentang hubungan antara besarnya jumlah korban yang
> jatuh dalam rangkaian bencana alam yang terjadi di
> Indonesia dengan korupsi yang menyebabkan
> diabaikannya tindakan preventif oleh Pemerintah.
> Saya menerima artikel yang dimuat dalam 'The
> International Herald Tribune' dan 'The Economist'
> ini dari Prof Dr. Salim Said, MA, MAIA, Duta Besar
> RI di Praha, Ceko.
>    
>   Semoga bermanfaat,
>   Saafroedin Bahar
>    
>    
>    
>   INDONESIA: BENCANA ALAM ATAU PEMBUNUHAN MASSAL ?
>    
>   Oleh: Andre Vitchek:[1] 
>    
>   Lain hari, terjadi lagi kehilangan nyawa yang
> sesungguhnya tidak perlu: 16 orang terbunuh dan 16
> orang masih hilang pada saat banjir dan longsor di
> Tahuna, sebuah pulau kecil dekat Sulawesi.  
>   Dengan kecepatan yang mengerikan, Indonesia telah
> menggantikan Bangla Desh dan India sebagai bangsa
> yang paling rentan bencana di dunia. Jika nama
> Indonesia muncul pada daftar judul utama  di  berita
> Yahoo, besar kemungkinan telah terjadi lagi suatu
> tragedi besar yang  sesungguhnya tidak perlu terjadi
> di salah satu pulau dari kepulauan yang tersebar
> luas ini.
>   Pesawat terbang hilang atau tergelincir di
> landasan pacu, kapal-kapal ferry tenggelam atau
> rontok di lautan bebas, kereta api bertabrakan atau
> tergelincir satu kali seminggu, penumpang yang tak
> berkarcis berjatuhan dari atap yang berkarat.
> Tumpukan sampah yang berbau busuk dan tidak
> memperoleh izin telah mengubur kelompok  pemulung
> yang tak berdaya, tanah longsor telah menghanyutkan
> rumah-rumah kardus ke anak-anak sungai, gempa bumi
> serta gelombang pasang telah menghancurkan kota-kota
> serta desa-desa pantai. Kebakaran hutan di Sumatra
> telah menyesakkan nafas penduduk di daerah yang luas
> di Asia Tenggara.
>   Ruang lingkup bencana sebesar ini tidak pernah
> terjadi sebelumnya dan sungguh aneh jika kita
> menyepelekannya sekedar sebagai nasib jelek bangsa
> atau amarah Tuhan ataupun karena keganasan alam
> belaka. Sebagian besar faktor penyebab bencana ini
> harus dipersalahkan pada korupsi, inkompetensi atau
> sekedar ketidakacuhan dari kelompok elite yang
> sedang berkuasa dan para pejabat peemrintah. Adalah
> kemiskinan, minimnya projek untuk kepentingan umum,
> dan kegemaran [para pejabat untuk ] mencuri yang
> membunuh ratusan ribu pria, wanita serta anak-anak
> Indonesia yang tidak berdaya.
>   Sejak kudeta militer dalam tahun 1965 yang
> disponsori Amerika Serikat yang menjatuhkan Sukarno,
> dan menaikkan rezim militer yang sangat anti
> komunis, korup, dan pro pasar dari diktator Suharto,
> Indonesia terhindar dari pengawasan yang
> sungguh-sungguh dari media dan pemerintahan
> negara-negara Barat. Setelah jatuhnya Suharto dalam
> tahun 1998, Indonesia dipuji oleh media massa
> sebagai suatu demokrasi yang sedang tumbuh dan
> semakin toleran.
>   Sebagian dari bencana ini adalah buatan manusia;
> [dan] hampir semuanya malah bisa dicegah. Dalam
> penelusuran yang lebih cermat semakin jelas terlihat
> bahwa orang-orang mati karena hampir tidak ada upaya
> pencegahan, kurangnya pendidikan (Indonesia
> merupakan negara yang ketiga paling rendah
> prosentase GDP anggaran pendidikannya  sesudah
> Equatorial Guinea dan Ecuador) dan suatu sistem
> ekonomi pro pasar yang buas yang membiarkan
> sekelompok kecil orang kaya untuk memperkaya dirinya
> sendiri di atas penderitaan orang banyak yang hidup
> dengan biaya kurang dari dua dollar sehari.
> Kesimpulan yang dapat ditarik terhadap bagaimana
> berfungsinya masyarakat Indonesia bisa sangat
> mengerikan. Namun, menghindari pengungkapan hal ini
> tidak diragukan lagi akan menyebabkan jatuhnya
> korban nyawa yang berharga dari ratusan ribu
> manusia.
>   [Kehidupan bernegara di] Indonesia dewasa ini
> didorong oleh semangat mencari untung dalam
> bentuknya yang paling ekstrim. Ia juga merupakan
> salah satu dari bangsa yang paling korup di muka
> bumi. Dan kelihatannya tidak ada keuntungan cepat
> yang dapat diperoleh dari mengambil langkah-langkah
> preventif [terhadap bencana alam ini]. Dimanapun
> dunia, bendungan dan dinding anti-tsunami dipandang
> sebagai pekerjaan umum dan justru perkataan
> –umum—yang telah hampir lenyap dari kamus mereka
> yang membuat keputusan di Indonesia.  Keuntungan
> berjangka pendek bagi sekelompok khusus orang
> diberikan prioritas yang lebih tinggi dari
> kemanfaatan berjangka panjang bagi seluruh bangsa.
> Keruntuhan moral dari bangsa ini terbayang dalam
> skala nilai, yaitu: orang korup tapi kaya memperoleh
> penghormatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan
> dengan mereka yang jujur tapi miskin.
>   Tenggelamnya kapal-kapal ferry bukanlah “karena
> angin kencang dan ombak”; kapal-kapal itu tenggelam
> karena penuh sesak oleh penumpang dan karena
> perawatan yang buruk. Semuanya bisa dijadikan uang,
> bahkan keselamatan ribuan penumpang.
> Perusahaan-perusahaan hanya ingat terhadap
> keuntungannya sendiri, sedangkan para pengawas dari
> pemerintah hanya memperhatikan uang suap belaka.
> Tenggelamnya kapal Senopati Nusantara dengan ratusan
> kurban dan  disiarkan secara luas itu hanyalah 
> salah satu  dari ratusan kecelakaan laut yang
> terjadi setiap tahun di Indonesia. Walaupun tidak
> bisa diperoleh angka statistik yang pasti (dengan
> alasan yang dapat diduga, yaitu karena pemerintah
> Indonesia berusaha sekeras-kerasnya untuk mencegah
> dipublikasikannya statistik komparatif secara
> lengkap), beberapa rute pelayaran kehilangan lebih
> dari tiga kapal  setiap tahun.
>   Catatan keamanan dari industri penerbangan
> Indonesia merupakan salah satu yang paling buruk di
> dunia. Sejak tahun 1997, sekurang-kurangnya 666
> orang telah meninggal dalam delapan kecelakaan
> pesawat di Indonesia. Latihan terhadap beberapa
> orang pilot sedemikian buruknya sehingga pesawat
> sering tergelincir di landasan pacu atau sama sekali
> tidak bisa menemukan landasan, atau [malah] mendarat
> di bagian tengah landasan. Pemeliharaan pesawat
> adalah masalah lainnya: flaps sering tidak berfungsi
> sama sekali; roda tidak dapat dimasukkan setelah
> take-off, ban yang jarang diganti cenderung meletus
> pada saat mendarat. Sungguh merupakan suatu
> keajaiban bagaimana beberapa pesawat – khususnya
> pesawat tua Boeing 737 yang diterbangkan oleh hampir
> semua peruhasaan penerbangan Indonesia – bisa lolos
> dari inspeksi.
>   Setelah mewawancarai pejabat penerbangan sipil
> lokal (nama yang bersangkutan jelas tidak mau
> disebutkan) wartawan Anda mengetahui bahwa sistem
> navigasi dari beberapa bandar udara Indonesia berada
> dalam keadaan yang amburadul, terutama bandar udara
> Makasar di Sulawesi dan Medan di Sumatra.
>   Rata-rata, telah terjadi satu kecelakaan kereta
> api setiap enam hari di Indonesia, umumnya
> disebabkan karena kurangnya penjagaan pada 8000
> lintasan kereta api. Sebagai perbandingan, kereta
> api Malaysia tidak pernah  mengalami kecelakaan
> fatal  selama 13 tahun sampai tahun 2005 ( satu
> kecelakaan terjadi tahun 2006, yang statistiknya
> bisa diperoleh).
>   Walaupun kenyataan menunjukkan bahwa Indonesia
> secara relatif mempunyai jumlah mobil per kapita
> yang kecil, namun jalan-jalannya merupakan jaringan
> jalan yang “paling banyak digunakan”  di dunia
> (hanya nomor dua setelah Hongkong yang justru bukan
> merupakan negara): 5.7 juta kenderaan-km per tahun
> dari jaringan jalan. (2003, The Economist World in
> Figures, 2007 Edition). Menurut The Financial Times,
> walaupun kepadatan yang luar biasa serta lalu lintas
> yang bagaikan merangkak ini, lebih dari 80 orang
> tewas setiap hari di jalan-jalan Indonesia, umumnya
> disebabkan oleh karena amat buruknya infrastruktur
> dan amat lemahnya penegakan hukum.
>   Gempa bumi belaka tidaklah membunuh manusia.
> Faktor penyebab banyaknya jatuh korban adalah
> buruknya konstruksi rumah serta bangunan, bersamaan
> dengan kurangnya upaya preventif dan pendidikan
> preventif. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
> Indonesia rentan terhadap bencana; bahwa ia berada
> di kawasan yang disebut sebagai ‘lingkaran api’
> (ring of fire). Namun kaum miskin tidak bisa
> mengharapkan adanya proyek perumahan umum yang mampu
> menahan gempa (seperti yang dibangun di negara
> tenggara Malaysia). Hampir setiap keluarga harus
> mengurus nasibnya sendiri: mereka harus merancang
> dan mendirikan tempat tinggalnya sendiri. Gempa
> besar membunuh ratusan orang, kadang-kadang ribuan
> orang, dan menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan
> rumah mereka. Sekurang-kurangnya 5.800 orang
> meninggal dan 36.000 luka-luka pada tanggal 27 Mei
> 2006 sewaktu gempa berkekuatan 6.2 skala Richter
> menghantam daerah Jawa Tengah dekat kota bersejarah
> Yogyakarta. Infrastruktur yang primitif, fasilitas
>  media yang tidak memadai, dan korupsi yang terjadi
> pada saat pendistribusian bantuan merupakan faktor
> yang menyebabkan tingginya jumlah korban pada saat
> terjadinya goncangan.
>   Pembabatan hutan secara tidak sah (illegal
> logging) dan penggundulan hutan merupakan alasan
> utama terjadinya tanah longsor. Semua orang tahu
> siapa yang bertanggung jawab terhadap terjadinya
> kebakaran hutan di Sumatera dan di tempat-tempat
> lain, tetapi para pejabat pemerintah enggan sekali
> melakukan penangkapan, oleh karena mereka yang
> bertanggung jawab terhadap penggundulan hutan
> tersebut biasanya kaya raya dan mempunyai koneksi
> dengan 
=== message truncated ===> Sukseskan Pulang Basamo se
Dunia, Juni 2008.
>
-----------------------------------------------------------------
> Website: http://www.rantaunet.org
>
============================================================
> UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
> - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika
> melakukan reply.
> - Email dengan attachment tidak dianjurkan,
> sebaiknya melalui jalur pribadi.
> - Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh
> system, jika:
> 1. Email ukuran besar dari >500KB.
> 2. Email dikirim untuk banyak penerima.
>
--------------------------------------------------------------
> * Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara
> (nomail) dan konfigurasi keanggotaan, silahkan ke:
> http://rantaunet.org/palanta-config
> * Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui
> mirror mailing list di:
> http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
> http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
> dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua
> mirror diatas.
>
============================================================



 
____________________________________________________________________________________
Yahoo! Music Unlimited
Access over 1 million songs.
http://music.yahoo.com/unlimited

Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
-----------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >500KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--------------------------------------------------------------
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-config
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.
============================================================

Kirim email ke