Tulisan ini hanya sekedar berbagi cerita perihal pengalaman saya (dilihat dari 
kaca mata kuda saya) ketika kali pertama  bergabung membuka 2 Kantor di lingkup 
eks DJA   dan DJPB. 
   
  Delapan tahun lalu lewat 1 bulan 13 hari, tepatnya 30 Maret 1999 saya dan 
rekan2 eks dit TUA {ada mas saiful islam.. mas masih ingetkan ama saya?!, ada 
lalang, sugeng, agus pih, andi sonhaji, pak hendro ..dro bagaimana masih ngamen 
di kafe, budi harsono....... bud betah di raha ya sekarang he..he..}  (Tau dit 
TUA kan, kalau ngak tau tanya ama senyor lulusan 1998 ke bawah) dapat SK,  SK 
tersebut adalah SK pindah dari Dit TUA ke KPKN yang khusus membayar BLN, 
gambaran sederhananya  adalah mengambil alih (kudeta kali ya...he..he) 
pembayaran bantuan luar negeri yang pernah dibayarkan oleh dit TUA. Sehingga 
dit TUA  tidak lagi melakukan pembayaran bantuan luar negeri yang sifatnya 
teknis pengeluaran kecuali tagihan2 pihak ke tiga seperti, tagihan bulog, 
Bapertarum, askes, taspen dll.   
   
  Esok Harinya semua penerima mandat berkumpul secara tidak resmi untuk 
mempersiapkan pembukaan kantor tersebut. kenapa saya garis bawahi tidak 
resminya karena memang kami tidak pernah diberi arahan secara resmi dalam 
rangka pembukaan kantor tsb., mungkin dipikir kita hanya ganti nama aja karena 
banyak pegawainya mantan dit TUA, namun demikian kami semua kebingunan untuk 
menentukan persiapan tersebut. Lokasi kantor, perabotan, bahkan dokumen-dokumen 
penting untuk kelancaran tugas seperti kartu pengawasan, DIP.. Konsep2 
pembayaran tidak jelas rimbanya karena kami sebenarnya bukan orang yang secara 
langsung menangani pekerjaan tsb waktu dulu masih di DitTUA. Anehnya tidak ada 
serah terima pekerjaan dari tempat lama ketempat yang baru.... baik perorangan 
maupun pihak-pihak terkait. Padalah perintah pimpinan DJA waktu itu bahwa besok 
tanggal 1 April 1999 kantor sudah operasional secara penuh.. buussyyyet dah... 
weleh weleh... Berarti dalam 24 jam kemuka kami harus sudah siap.
 Bagaimana jalan keluarnya sampai kantor tersebut bisa berjalan sesuai dengan 
intruksi. 
   
  Meminjam istilah AA Gym  kita pake 3 M ++  (plus-plus). M pertama adalah 
mencari lokasi yang bisa dipake untuk bekerja ( kebetulan ada gedung eks Dit 
TUA yang tidak dipakai berhubung ada rehab), mencari dokumen yang tidak jelas 
dimana disimpannya, mencari Meja dan Kursi untuk sekedar duduk buat bekerja. M 
kedua meminjam perangkat pendukung pekerjaan, meminjam komputer kepada 
.........??? (hanya itu yang bisa kami lakukan...mungkin ini kebiasaan di 
kantor pusat begitu )   M ketiga mengunakan dana patungan/urunan/dana donoran  
....??? untuk sekedar fotocopi, membeli ATK dan Lain-lain (selama satu tahun 
lho  kantor ngak punya DIK), plus-plusnya kita di bawah kanwil DJA Jakarta tapi 
ekornya ada di Dit tua......(Ngerti kan maksud saya), 
   
  Tujuh tahun kemudian tahun 2006 (April), kami (sebanyak 18 orang pegawai) 
mendapat Surat tugas  dari Kanwil bahwa saya (salah satunya) ikut datasering 
untuk membuka kantor  KPPN disalah satu ibukota propinsi di Sulawesi. yang 
menarik dari pembukaan kantor ini adalah hal yang hampir mirip terjadi seperti 
saat pembukaan kantor di Jakarta  terulang. Mulai mencari lokasi untuk KPPN 
Baru dan hebatnya lokasi baru dicari pada saat Kantor Mau operasional, menurut 
cerita ada komunikasi yang keliru bahwa Kanwil ingin meminjam ruangan ke 
Pemerintah Propinsi padahal aset tersebut milik Pemda Tk.II jadi ya ngak 
yambung deh. Kedua, Pekerjaan yang harus dilakukan selama satu bulan adalah 
pekerjaan tumpang tindih antara Kantor Induk denga Kantor Baru mengingat belum 
siapnya kantor baru beroperasi menimbulkan dualisme pekerjaan. Disatu sisi KPPN 
baru sudah beroperasi tetapi dilain hal pejabatnya adalah masih dipegang oleh 
kantor Induk padalah sudah diserahterimakan... Ketiga persoalan
 lama muncul lagi.. awal muawal bekerja adalah penyakit pinjam meminjam, hibah 
dan Donor (apalah namanya dari pihak ketiga [Pemda, Bank]) kenapa ini terjadi 
ya.. karena...kita untuk membuka kantor baru belum diberikan dananya... 
komputer perangkat lainnya datang belakangan (Betul ngak ya.. soalnya saya 
tidak terlibat masalah ini secara langsung) tapi ceritanya dari pimpinan Pjs KK 
begitu, modalnya modal dengkul... belum lagi dana datasering pegawai yang 
lambat dibayarkan...
   
  Dari  2 pengalaman ini saya ingin memberikan gambaran bahwa : Dalam rangka 
pembentukan kantor baru seyogyanya harus dipikirkan secara cermat persoalan 
teknis maupun non teknis secara mendetail. persiapan infrastrukturnya, dana 
penunjang, personelnya, waktu dan tentunya jangan tergantung kepada pihak ke 3 
(inikan rawan KKN). Semoga ini menjadi pelajaran jika nanti pembentukan KPPN 
Prima maupun apalah namanya nanti jangan ibarat tentara ditugaskan ke medan 
laga tanpa Senjata dan Peluru. 
   
  Selanjutnya Pengalamanku Jilid II teman2 yang lanjutin dech
   
  Dedi "dodod" ti MMJ melaporkan.            


       
---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to