Untuk Bung Panut,

Wah jangan terbawa emosi Bung apalagi di hari yang baik ini.....
dan saya tidak mengatakan hal itu terjadi di BPPT.
Namun saya mengetahui dari seorang kawan yang sangat frustrasi
akibat tidak memperolehnya bukan dari segi akademis, kemampuan dan
segala yang Bung sebutkan namun adanya kedekatan dengan
yang mempunyai info dan referensi beasiswa tersebut. Hal ini
terjadi di salah satu institusi pendidikan negri.

Saya sendiri tidak mengatakan bahwa beasiswa itu suatu policy
yang jelek,......ya itu bagus bagus aja. Siapa sich yang nggak
seneng dapat beasiswa terutama khan negara kita negara miskin nich.
Ya tentu saja satu-satunya jalan ya minta tolong dibantu (dengan
beasiswa) agar ceritanya kita tidak tertinggal secara teknologi atau
ekonomi dari negara-negara yang sudah maju. Walupun terbukti dengan
waktu negara kita malah terperosok ke jurang yang paling dalam.
Walupun banyak ahli-ahli ekonomi kita yang dapat beasiswa dari Fulbright,
Ford  FOundation, ROckefeller dll. Mereka yang diharapkan  dapat meningkatkan
kemajuan bangsa akhirnya tidak mampu berbuat apa-apa. Jadi mana hasil
yang selama ini dibiayai oleh beasiswa itu ?????
Masa diantara sekian banyak jago ekonomi tidak ada yang tau kalo
utang kita udah melebihi asset yang kita miliki (default)????????
MAsa spekulan US kayak Soros aja punya data-datanya.......tapi
kita yang hidup disini kagak punya????

Kalau mengenai bego atau pinternya orang itu relatif......saya punya
temen yang boleh dikatakan bego...dan Inggrisnya kampungan.....namun
karena di kotanya dia merupakan pencetus ide untuk membuka suatu
jurusan di universitas itu, akhirnya di sekeluarga dapet beasiswa
untuk menjadi Master di salah satu universitas ternama di Australia.
Mungkin karena dari kota itu ia udah dianggap yang paling mumpuni.

Yang mungkin Bung Bung juga harus pelajari samapai seberapa jauh
pengaruh pemberian beasiswa itu bagi kemajuan bangsa dan negara ini.
Ini pengalaman lagi Bung panut.......temen saya dapet beasiswa BPPT
di MIT bidang perkapalan...sepulangnya dari sono....dia dijadikan
sales engineer di PT.PAL. Tahu apa yang akhirnya terjadi...dia kabur
karena katanya apa gunanya saya belajar teknologi kapal akhirnya
cuma negosiasi pembelian kapal dengan negara-negara yang untuk
membayar kapalnya aja pake jagung, beras.dlll (barter gitu).
Akhirnya dia ngabur dan nggak maumembayar denda akibata pemberian beasiswa.
Saya sendiri nggak tau keberadaaanya.
Jadi anda bayangkan para penerima beasiswa itu akhirnya ada yang nggak
balik, kerja di sono, ngabur dan bikin usaha sendiri, ada juga yang
meneliti, dll. namun yang terpenting mana sumbangan yang dapat
diberikan kepada bangsa dan negara ini.

Ada juga yang lucu nich mas Panut....tau apa yang temen saya katakan
saya mau masuk BPPT biar cepet dapat beasiswa ke LN trus setelah itu saya
cabut aja........(temen saya ini anak orang kaya dan dia sebenarnya
nggak perlu minta beasiswa untuk ngelanjutin sekolah toch akhirnya
berpikiran seperti itu)

saya setuju untuk tidak main pukul rata........namun perlu kita kaji
lebih dalam apakah policy kita untuk meningkatkan transfer teknologi
efektif dan efisien dengan memakai beasiswa dan juga dalam penyalurannya.

Dan mengenai menanggung malu saya rasa orang Indonesia sekarang memang
sudah tidak punya kemaluan eh maaaf tidak punya malu......kalo tidak
khan nggak ada tuch namanya pemjarahan, kerusuhan, dll yang disiarkan
keseluruh dunia melalui CNN.

Saya tidak pernah mepunyai pemikirianjelek terhadap jaman kapanpun
karna saya sendiri juaga terlibat di dalamnya. Yang terpenting
adalah meluruskan kembali, mana yang salah dikatakan salah dan benar
dikatakan benar....sehingga para generasi muda tidak bingung apalagi
di era Doraemon, Ksatria Baja Hitam dan SARAH 008.................
Dan yang salah memang akhirnya harus dihukum (supremasi hukum).

Wass
AL


At 17:39 19.01.1999 -0800, you wrote:
>Untuk Alex:
>     Sebenarnya tanggapan ini tidak pada pokok bahwasan pemimpin
>politik, tetapi hanya tanggapan atas sedikit komentar yang saya nilai
>berbau gosip dan karena itu perlu diluruskan.
>     Alex menyatakan bahwa telah menjadi rahasia umum bahwa dalam
>kasus-kasus tertentu ada "permainan" dalam memperoleh jatah beasiswa.
>Saya kira Sdr. Alex perlu menjelaskan lebih lanjut tentang pendapatnya
>ini. Saya beranggapan bahwa beasiswa dalam hal ini adalah beasiswa
>dari BPPT yang antara lain diperoleh Ketua Partai Keadilan Dr. Nur
>Mahmudi.
>     Saya dengar-dengar bahwa untuk mendapat beasiswa itu tidak mudah.
> Harus melewati berbagai macam test.  Selain itu, beasiswa sekolah ke
>luar negeri itu bukan hujan emas di siang hari, Bung.  Kalau kemampuan
>intelektual Anda tidak memadai, Anda akan pulang dengan menanggung
>malu....sebab begonya terbuktikan dengan tidak berhasil memperoleh
>gelar master atau doktor.  Dan beasiswa itu program pemerintah untuk
>mengembangkan sumber daya manusia.  Tak perduli pemerintahnya adalah
>pemerintah Soeharto dan menterinya adalah Habibie, itu adalah program
>bagus, untuk kemajuan iptek tanah air.  Saya kira sangat TIDAK PANTAS
>bila penerima beasiswa program tersebut lalu mendapat cap dekat atau
>berkolusi atau apapun yang  negatif dari Orba.  Dan beasiswa dari
>program itu juga tidak banyak, hanya cukup untuk hidup layak di
>perantauan, bung.
>     Selain itu, saya kira adalah cara berfikir yang picik sempit dan
>tak termaafkan bila menganggap segala kejadian di bawah langit
>Indonesia semasa orba adalah jelek.  Anggapan segala yang berbau orba
>adlah jelek adlah pemikiran picik yang perlu ditinggalkan.  Marilah
>mencoba berfikir jernih menilai yang baik adalah baik dan yang jelek
>sebagai jelek, tanpa main pukul rata.
>
>
>Wasalam,
>Panut Wirata

Reply via email to