Nah Bung Budi punya background yang kuat dan jelas untuk memberikan
pelajaran kepada kompas yang cukup beralasan...Ini baru masuk akal...
Dan jelas, saya tanpa harus ditanya pun akan ikut memboikot Kompas,
apalagi kalau melihat kenyataan yang pernah dialami oleh bung budi, yang
dilakukan oleh kompas dengan mengkorupsi pemberitaan ttg efek kesehatan ini.

jangan merasa kasihan thd kompas, kompas sudah terbukti dari pengalaman
anda, tidak objektif, maka ini memang sudah sepantasnya kompas terima.

dibabat separo dan dipublish untuk kepentingan segolongan....
Ini bukti kuat dan jelas...kalau saya sih ngga usah boikot lagi, langsung
di tuntut saja ke pengadilan, atau disebarkan di media-media lainnya.
coba kita lihat dimana kekuatan kompas, kalau semua media memberikan
fakta bahwa kompas ternyata pernah berbuat hal yang tidak menjujung moral
dan etika penerbitan berita dan informasi...

boikot hanya akan buang buang energi..sekalian tuntut di depan umum,
memakai serangan balik dari media lain, demo kalau kompas tidak
mengindahkah kesejahteraan rakyat yang notabene adalah pembaca setia-nya.

jangan hanya memboikut untuk ikut-ikutan keren, tapi boikotlah karena
mempunyai dasar yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan...seperti bung
budi ini..

andrew pattiwael



On Tue, 2 Mar 1999, BUDI HARYANTO wrote:

> Cak Pohan dan rekan-rekan,
>
> Sedih sekali memang memutuskan untuk memboikot Kompas ini. Tetapi
> kelihatannya inilah cara terbaik memberikan 'pelajaran' pada saat ini.
>
> Selama di Indonesia saya beberapa tahun berlangganan Kompas dan Media
> Indonesia. Kesan saya, memang Kompas sering tendensius dan 'cari selamat'
> dalam mengemas beritanya. Bukankah ini nggak fair sebagai sumber berita?
>
> Saya punya pengalaman lain tentang 'tendensius-nya' Kompas ini. Ketika
> mempublikasikan hasil penelitian saya tentang efek kesehatan masyarakat di
> bawah jaringan lisrik tegangan tinggi yang lagi peka-pekanya saat itu,
> sama Kompas laporan saya dibabat separo dan yang dipublish justru
> bertendensi untuk kepentingan golongan tertentu (berbeda dengan hasil
> laporan saya sebenarnya). Demikian juga yang terjadi dengan hasil
> penelitian salah seorang senior saya, diedit menyimpang dari intinya dan
> bisa memberikan opini salah kepada umum. Sehingga kita perlu mendatangi
> Kompas untuk mengklarifikasi hal tsb. Namun, apalah yang kita dapat, koran
> sudah terlanjur tersebar dan opini umum sudah terlanjur terbentuk. Sedih
> sekali pada saat itu, karena secara ilmiah kita menemukan sesuatu yang
> disebarkan berbeda oleh media massa, dan masyarakat menelan sesuatu yang
> salah yang berasal dari kita. Ini khan suatu kedosaan yang besar sekali..!
>
> Saya kira, kalau memang ada kesempatan untuk 'mengajari' berperilaku baik
> kepada Kompas, ada baiknya kita lakukan itu.
>
> Saya secara ikhlas mendukung pemboikotan Kompas.
>
> Salam,
> Budi Haryanto
>
> On Tue, 2 Mar 1999, Ramadhan Pohan wrote:
>
> > Salam!
> > Saya ingin menjelaskan lagi.
> > Bagi orang Islam yang merasa dikibulin oleh laporan Kompas yang selektif, bias
> > dan memihak agama yang dibela koran itu-- wajar melakukan aksi boikot.
> > Demikian juga jika Republika membuat laporan berita senada-- yang bias dan
> > selektif dan merugikan kepentingan atau melukai penganut Nasrani, wajar
> > memboikot Republika.
> >
> > Ini artinya masyarakat pembaca-- entah apa agamanya-- berhak "mengadili"
> > koran-koran partisan, sektarian, fundamentalis tersebut. Itu kalau memang Anda
> > mau. Bukan kah kita menolak fundamentalisme Islam, fundamentalisme Nasrani dan
> > fanatisme yang "over" lainnya?
> >
> > Apa makna laporan selektif dan bias ala Kompas itu bagi kaum Nasrani? Saya
> > mempunyai keyakinan bahwa rekan-rekan Nasrani yang tidak fundamentalis pasti
> > tidak "happy" atas laporan bias tersebut. Begitu juga terhadap Republika--
> > saya dan sebagian rekan-rekan muslim lain-- juga tidak enjoy, tidak happy jika
> > koran tersebut menuding atau melecehkan penganut not-muslim.
> >
> > Koran partisan, fundamentalis seperti Kompas-- saya pikir, kelak hanya akan
> > dibaca oleh kaum fundamentalis nya belaka. Sebab yang merah dibilang hijau,
> > yang putih dibilang abu-abu-- dan hanya kaum fundamentalis saja yang mau tepuk
> > tangan atas  pembohongan dan keculasan seperti itu. Bagi yang nasionalis dan
> > pro kepada kenetralan-- kelak akan memilih selera kebenarannya sendiri: yang
> > tidak bias dan tidak selektif.
> >
> > salam,
> > ramadhan pohan
> >
> > ################.
> >
> > In a message dated 3/2/99 4:28:12 AM !!!First Boot!!!,
> > [EMAIL PROTECTED] writes:
> >
> > <<
> >  Hmm.. just wondering.. kenapa agama (apalagi Nasrani) dibawa2 sama Kompas
> >  yah..?
> >  Jangan gitu dong ah.. namanya juga orang cari duit.. gak ada hubungannya
> >  dech kayaknya..  kalo korannya diboikot trus ditutup, yang kerja disono mao
> >  makan apaan?
> >  Tapi.. kok ngomongnya gitu sih.. hubungannya kan (rada2) kurang ada..
> >  And anyway, you're right.. jumlah kaum fanatik Kompas emang jutaan.. :)
> >
> >  Cheers
> >  STEPHANIE
> >
> >  -----Original Message-----
> >  From: Ramadhan Pohan <[EMAIL PROTECTED]>
> >  To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
> >  Date: Monday, March 01, 1999 10:56 PM
> >  Subject: Re: BOIKOT KOMPAS
> >
> >
> >  >In a message dated 3/2/99 12:44:25 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED]
> >  >writes:
> >  >
> >  ><< Kompas (2 Maret 1999)
> >  > ...... tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin
> >  > Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah
> >  > ibadah Dusun Ahuru.
> >  >
> >  > >>
> >  >
> >  >Sejak "zaman kuda gigit jari", Kompas selalu begitu. Waktu perang Bosnia,
> >  >fakta pun terjungkir-balik dibikin mereka. Tapi, dari segi politik, Kompas
> >  >berhak melakukan itu. Siapa lagi yang membela Nasrani jika bukan koran
> >  >Nasrani. Apa mungkin Republika? Saya sendiri tidak menyukai dua koran itu.
> >  >Senantiasa bias dan selektif menurunkan berita.
> >  >
> >  >Ini saatnya diserukan kepada semua orang Islam agar tidak berlangganan,
> >  >membeli atau membaca Kompas. Boikot saja, itu jika kalian mau. Lebih bagus
> >  >dengar RRI atau baca Suara Merdeka atau KR, PR, dan koran-koran yang
> >  >independen lainnya. Media Indonesia sendiri-- sepanjang yang saya tahu--
> >  >nasionalis dan tidak punya kepentingan kepada salah satu agama.
> >  >
> >  >
> >  >Jika pun Kompas diboikot, koran ini tidak akan mati. Kenapa? Tiras Kompas
> >  kan
> >  >tidak lebih dari 500 ribu copies. Sedangkan jumlah kaum fanatik Kompas--
> >  >jutaan bung!
> >  >
> >  >salam,
> >  >ramadhan pohan
> >  >(lebih suka baca Tempo atau Forum)
> >  >
> >
> >   >>
> >
>

Kirim email ke