Ya betul Bung Dodo. Banyak info mengatakan PS tak segan-segan mendukung
(dana) untuk pengembangan SDM termasuk tentara yang aktif di olahraga. Misal
di terjun payung dan mendaki gunung. Apapun disediakannya demi mencapai
sukses. Sayangnya PS ini termasuk orang yang tidak suka akan kegagalan. Jika
tim yang didanainya gagal mencapai target tak segan-segan juga ia menyekap
tim ini di sel sebagai hukuman. Untung saja Tim Himalaya yang lalu mampu
mencapai atap dunia. Dapat kita lihat (foto) bagaimana seorang prajurit
Kopassus melepas masker oksigen dan kacamata (sun glasses) hanya untuk
difoto dengan baret merahnya untuk Sang Bos. Padahal ini bisa sangat fatal
akibatnya. Sekali lagi untung saja sukses.

Menanggapi Pak Dekan FNU Brawijaya soal pertahanan dan keamanan memang ada
bedanya. Pertahanan (defense) adalah menangkal serangan/gangguan dari luar
(negara). Keamanan (security) bersifat gangguan dari dalam yang mengena pada
rakyat sipil. Oleh karena rakyat sipil maka yang melindungi adalah orang
sipil juga. Dalam hal ini sipil yang dipersenjatai alias polisi. Itulah
sebabnya moto polisi AS (yang juga ditiru oleh POLRI) adalah to protect & to
serve.

PBB mempunyai Dewan Keamanan(DK) bukan pertahanan. Misi DK adalah
mengamankan sehingga sehingga kegiatannya berupa polisional. Walaupun
kenyataannya anggota polisi PBB ini bagian terbesar dari tentara. Namun
misinya jelas "Go there and make peace. Nothing else."

Di AS tidak ada Dephankam tapi Dephan. Di RI ada Dephankam karena
mencampuradukkan urusan militer dan sipil (polisi). Padahal dulu zaman BK
lembaga ini terpisah. Sultan HB IX pernah menjadi Menhan bukan Menhankam.

Wassalam,
Efron

-----Original Message-----
From:   Dodo D. [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 23 March, 1999 22:40 PM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        Re: kodam (fwd) Tentara Milisia/ Tentara Daerah

Tambahan aja deh..

Kalau berbicara masalah peningkatan kualitas SMD di tubuh ABRI
(Angkatan Darat khususnya) kita perlu memberikan acungan jempol kepada
Prabowo, despite of citra buruk yang sekarang di sandangnya
berhubungan dengan kasus Mei 98. Tanpa melihat darimana dia memperoleh
dana untuk memperbaiki, mempermodern, dan meningkatkan kualitas ABRI
(AD/Kopassus), dia adalah salah satu contoh (dan mungkin satu satunya)
perwira ABRI yang berani mengadakan perubahan. Diapun merupakan contoh
seorang pemimpin ABRI yang punya visi jauh ke depan. Sayangnya, ambisi
politiknya terlalu besar, sehingga dia terjebak oleh ambisinya sendiri
dan mengambil langkah langkah yang salah.

Namun demikian, kontribusinya dalam pengembangan SDM ditubuh AD, serta
modernisasi tentara kita sangat besar, dan mungkin tidak akan
tertandingi oleh perwira lain, Wiranto sekalipun. 2 tahun lalu dia
mengirimkan perwira perwiranya untuk belajar di luar negeri (US, UK,
Australia dan New Zealand) dengan tujuan agar mempunyai wawasan yang
lebih demokratis, lebih luas dan akhirnya dapat memajukan ABRI. Dari
situlah kemudian muncul master2 di angkatan darat yang tentunya
diharapkan bisa memberikan warna baru yang lebih baik. Hanya
sayangnya, di dalam tubuh ABRI sendiri Prabowo banyak punya musuh,
sehingga program yang sangat bagus tersebut tidak mendapat banyak
dukungan, bahkan terkesan dicuekin. Dampak yang timbul adalah, para
perwira yang berkualitas tersebut akhirnya kembali ke kesatuan asal
mereka, dan tidak punya kesempatan untuk mengembangkan ide ide ataupun
gagasan gagasan dari pengetahuan yag di perolehnya selama belajar di
luar negeri. Inilah kesalahan para pemimpin ABRI kita, sentimen
pribadi sering mewarnai hubungan diantara mereka dan sering pula
berdampak terhadap pembangunan tubuh ABRI sendiri.

Saat ini, masih ada beberapa siswa lulusan SMA TN yang disekolahkan di
sekolah militer Norwich (dulunya di biayai oleh Prabowo, dan sekarang
diambil alih oleh AD). Mereka adalah putra2 terbaik yang diharapkan
bisa menjadi perwira2 andalan di masa depan. Seperti yang dikatakan
bung Brawi, mereka juga mendapatkan respect dan cukup disegani oleh
teman2 bule mereka, karena mereka mampu membuktikan bahwa siswa
Indonesia tidak kalah kualitasnya dengan orang Amerika. Bahkan ada
yang GPA nya selama 4 semester mencapai 4.0. Ini merupakan salah satu
upaya TNI-AD (yang semula di pelopori oleh Prabowo) yang patut di
acungi jempol dalam rangka peningkatan kualitas SDM ditubuh ABRI,
khususnya AD.

Kesimpulannya, jadi sebenarnya ABRI sendiripun sedang berusaha untuk
membenahi dirinya, hanya tuntutan masyarakat sepertinya lebih gencar
daripada langkah yang diambil oleh ABRI sendiri, sehingga kelihatan
ABRI kedodoran. Di satu pihak, di kritik habis habisan dari kanan
kiri, dan di lain pihak dipusingkan oleh berbagai kerusuhan yang bisa
dikatakan berskala nasional. Mungkin ini yang menimbulkan kelambanan
ABRI dalam berbenah diri dan merespon tuntutan masyarakat, disamping
faktor reluctance dari para pemimpinnya yang sebagian besar masih
sisa2 ORANG LAMA.

Semoga cepat berbenah diri deh..




---FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Wah serasa ikut kuliah kewiraan lagi nih, definisi keamanan dan
pertahanan
> jadi diperjelas. Bentar lagi HTAG bakal keluar nih.
>
> Saya setuju dengan pendapat Bung Dodo bahwa secara kuantitaspun ABRI
> mestinya ditambah, bukannya dikurangi. Kualitas sih emang jelas mesti
> diperbaiki, walaupun denger-denger personil yg disekolahkan ke US
biasanya
> mendapat respek dari orang-orang bule sendiri. Beberapa bincang teman
> di sekolahan dengan bule-bule west point itu juga bilang demikian.
......................................di busek..........................
_________________________________________________________
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com

Kirim email ke