Bukan hanya di negara2 itu saja, tapi juga di Australia. Tarif telpon
lokal Australia (call made from subscribed phone, not from public phone)
untuk selama2nya cuma 20-25 australian cents, atau sekitar 1000an rupiah.

Dengan mengingat bahwa indeks biaya hidup di Australia adalah jauh lebih
mahal dari Indonesia, maka adalah hal yang sangat aneh apabila Telkom akan
menaikkan tarif yang sudah relatif mahal.

Telkom bilang bahwa untuk biaya satu SST adalah USD1,000. Apakah ini benar
?
Sedangkan biaya pemasangan sambungan baru di Australia saja tidak sampai
AUD100.

Dan Telstra (perusahaan telkom terbesar di Australia) tetap untung besar
!!
Mengapa demikian ?
Apa Telkom Indonesia tidak bisa lebih efisien ?
Dan bagaimana dengan pembagian bagi hasil KSO-KSO yang katanya tidak
begitu menguntungkan Telkom ?
Saya kira kita semua harus mendukung langkah2 YLKI yang akan mencegah
kenaikan tarif ini melalui DPR.

Sekaranglah saatnya monopoli/duopoli Telkom di Indonesia dihapuskan ?
Karena kenyataannya telkom tidak mampu memenuhi pasal 33 "faktor2
produksi....blah blah...kesejahteraan rakyat"


Salam,
Ian

On Mon, 11 Jan 1999, Nasrullah Idris wrote:

> Rekan-Rekan Yth:
> ----------------------
>
>         Saya memperoleh kabar bahwa di negara seperti Singapura, USA, dan Kanada,
> telekomunikasi bisa menerarapkan "BILLING" berdasarkan "Jumlah CALL yang
> terpakai", bukan berdasarkan "Jumlah PULSA yang terpakai".
>         Maksudnya begini : di sana jika kita menelepon dari satu tempat
> ke  tempat  lain  (local),  maka  biaya  yang  bisa dikenakan hanya biaya
> "CONNECT" saja. Sedangkan berapa  lama  kita "CONNECT"  (artinya
> jumlah pulsa yang terpakai) tidak dikenakan biaya lagi.
>         Yang mengherankannya, mereka itu justru tetap memperoleh keuntungan?
>         Saya mempersoalkan ini, karena pada bulan Pebruari 1999 mendatang dikabarkan
> tarif telepon di Indonesia akan naik sebesar 24 persen.
>
> Salam,
>
> Nasrullah Idris
> --------------------
> Nara Sumber :  Syafril Hermansyah

Kirim email ke