Irwan Ariston Napitupulu wrote:

> Irwan:
> Waduh, anda ini gimana sih bung Jaya. Saat ada mahasiswa
> yg demonya sambil melemparkan botol atau pun mengumpat
> dengan kata2 kasar, anda langsung menyalahkan mahasiswa
> tersebut. Eh, pas ada anggota ABRI yg nembakin mahasiswa
> dengan peluru tajam, anda malah coba2 cari alasan kenapa
> kira2 sampai ABRI tersebut berbuat demikian. Sampai cara
> nembaknya yg random itulah yg anda coba ngira2 kenapa
> ngelakuinnya begitu. Buat saya sih sudah jelas, kasus
> Trisakti dan Semanggi sampai jatuh korban penembakan yg
> salah adalah ABRInya. Bahkan khusus untuk kasus Semanggi,
> mahasiswa diuber2 oleh ABRI sampai masuk kampus.

Wah, ndak ada untungnya ane mbela tentara oom... Cuman mau lihat
masalahnya dari sudut yg berbeda. Bukanya mau langsung menyalahkan
mahasiswa pula. Kita tahu lah kayak gimana sih. Gantian Bung Irwan
nginget-nginget gimana marinir waktu itu disenangi mahasiswa. Jadi
tetap saja terdapat perbedaan-perbedaan pendekatan di dalam tubuh
ABRI. Kalau mau langsung men-judge gitu ya monggo kerso lah.
Mending kalo ane ngotot lalu dibayar TNI hehe....


> Apa bung Jaya ngga inget lagi peristiwanya? Ya kalau udah
> ngga ingat lagi saya mah maklum aja kalau anda tidak bisa
> merasakan bagaimana tegang dan marahnya mahasiswa korban
> Semanggi tersebut. Saya bisa duga kebencian mereka, para
> korban Semanggi, pada aparat akan cukup tinggi. Karenanya,
> kalau sampai mereka dalam demo2 ada yg sampai mengeluarkan
> kata2 keras, saya mah maklum2 saja karena melihat peristiwa
> itu tidak dari titik terakhirnya saja tapi juga lihat historinya.

Lha ya itu, yang jadi korban adalah mahasiswa Trisakti, kok yg
beringas orang Forkot. Kalo Bung Irwan mau menyatukan
mahasiswa sih boleh saja, cuma lihat lagi apakah mhs Trisakti
sepaham dengan Forkot?


> Jaya:
> >  Jadi sebetulnya korban mahasiswa adalah korban sampingan. Yang diarah bukan
> >  mereka. Waktu itu polisi yg sudah nggak populer sampe bilang bahwa mereka
> >  menjadi korban. Ini yang menggiring mereka untuk memisahkan diri dari tubuh
> >  ABRI tho? Wong sudah bosen dijadikan tameng mulu.
>
> Irwan:
> Apakah anda disini sedang mencoba membenarkan penembakan
> yg dilakukan oleh ABRI itu pada peristiwa Semanggi?
> Buat saya, apa pun konflik interen yg sedang terjadi di kubu
> ABRI pada saat itu, dimata saya kalau sudah terjadi penembakan
> dengan peluru tajam terhadap kumpulan demo yg tidak bersenjata,
> ABRI salah dan harus bertanggung jawab.
> Apakah ABRI sudah melakukan pengusutan lebih jauh atas
> peristiwa Semanggi. Kalau belum, kenapa?

Hehehe.... tambah aneh ini lho narik kesimpulanya...... ambil deh.


> Jaya:
> >  Nah, yg dimaksud bung Irwan tanggung jawab penuh itu yg kayak gimana?
> >  Ini bukan mau menimpakan kesalahan ke rakyat (tepatnya mahasiswa).
> >  Apakah mesti menyantuni, atau meminta maaf secara terbuka?
>
> Irwan:
> Menurut saya pribadi, tanggung jawab penuh itu ya selidiki
> kasusnya secara terbuka dan tuntaskan permasalahannya.
> Pengadilan militer harus digelar. Yang salah harus diadili dan
> dihukum. Soal menyantuni korban, itu sudah wajib hukumnya.
> Bagi korban yg meninggal, keluarga yg ditinggalkan diberikan
> bantuan untuk biaya penguburannya. Jangan sampai mayatnya
> dibuang ditempat tertentu yg tidak diketahui oleh umum seperti
> dalam peristiwa di kantor PDI 27 Juli 1997 lalu. Bila itu yg terjadi,
> ABRI harus segera membokar kembali lokasi pemakaman
> massal tersebut dan membiarkan ahli forensik untuk mengenali
> identitas korban. ABRI tentu harus meminta maaf secara terbuka
> atas kesalahan2nya yg dilakukan. Tentunya setelah ABRI/TNI
> harus benar2 menjalankan tugas pengabdian kepada masyarakat
> seperti yg sudah seharusnya. Itulah kira2 bentuk tanggung jawab
> penuh yg bisa saya paparkan disini.

Wah, ane orang sipil tulen, lebih sipil dari anda. Jadi ndak tertarik
buat mbelain ABRI. Kalo mau gitu ya terserah anda.


> Jaya:
> >  Ya pas dengan saya. Wah kebetulan endak, tapi pertanyaannya apa relevan.
>
> Irwan:
> Dengan demikian saya bisa memaklumi kurangnya pengenalan
> anda akan situasi yg mungkin ada. Sebenarnya untuk mengetahui
> kemungkinan emosi yg ada pada peristiwa itu, mahasiswa memaki2
> aparat, kita ngga perlu harus mengalami peristiwanya. Kita hanya
> perlu sedikit lebih peduli dan mencoba membayangkan kita berada
> diposisi mereka, mahasiswa. Itu saja koq sebenarnya. Karenanya
> saya bisa membayangkan bagaimana rasanya dulu dikejar2 oleh
> aparat dan ditembaki, atau digebuki, dituduh2 komunis, dll, karenanya
> saya sudah bisa membayangkan akan timbul semacam kebencian
> dalam otak mahasiswa tersebut kepada apa yg namanya aparat
> keamanan. Secara analisa psikologis, hal ini wajar2 saja.

Hehehe.... Wah sama-sama membayangkan kok anda bisa menilai saya
lebih tidak mengenal situasi dari anda tho? Kebencian thd ABRI tidak
di-trigger oleh peristiwa Semanggi. Kalo anda berpikiran seperti itu,
mungkin perlu nginget lagi. Itu sudah lama... Bung Irwan, dg skala jauh
lebih kecil ane pernah ngalamin. Njitak Brimob juge pernah. (Cuman
ane sekarangnya nyesel bener kok mau-maunya ikut ndak beretika
kayak gitu). Jadi kalo ente bilang ane ndak mampu memahami situasi
ya ndak tahu juga.


> Kalau anda masih susah ngebayanginnya, saya kasih salah satu
> contoh deh yg baru2 ini juga terjadi. Lihatlah kampanye Golkar.
> Banyak masyarakat yg sudah kadung benci dengan golkar
> selama ini akhirnya diluapkan dalam bentuk pencabutan bendera,
> perusakan  mobil hias/kampanye, pelarangan kampanye oleh
> masyarakat setempat di daerahnya, dll. Secara sepintas dan
> dalam kondisi normal, kita tentu tidak bisa membenarkan hal
> tersebut karena bisa dikategorikan tidak fair. Tapi kalau kita
> lihat kembali historinya, dimana mungkin mereka termasuk kelompok
> yg dirugikan selama pemerintahan golkar, apakah itu tanah mereka
> yg dirampas untuk bikin lapangan golf, ataukah mereka korban2
> PHK akibat krismon, dll.

Hehe... Kita sedang bicara forkot bukan?


> Apakah mewakili aspirasi orang banyak?
> Ya jelas mewakili aspirasi banyak orang. Mungkin yg anda maksud
> mayoritas masyarakat? Kalau memang ini yg anda maksudkan,
> maka coba lihat kembali menurut anda apakah mayoritas masyarakat
> menginginkan Golkar dan Habibienya menjabat kembali?
> Kalau saya mengacu pada posting2nya bung Yusuf, kelihatan
> ada indikasi mayoritas masyarakat tidak menginginkan hal tersebut.
> Dengan kata lain, mayoritas masyarakat tidak menginginkan Golkar
> memimpin pemerintahan kembali.
> Apa kaitannya dengan yg diperjuangan KMB termasuk Forkot didalamnya?

Ya semua orang saat ini bisa mengklaim gitu bung Irwan. Kalo ane dituduh
mbelain pemerintah sama abri mulu ane bentar lagi naek dareh juga nih...


> Dalam posting saya yg mengangkat permasalahan pengangkatan
> 200 + 38 anggota MPR/DPR tanpa melalui pemilu, disitulah letak
> kuncinya. Bagi mereka, KMB, pengangkatan ini akan rawan
> Golkar berhasil mempertahankan kekuasaannya. Selain itu juga,
> pengangkatan ini jelas2 menunjukkan bahwa kelak sebagian
> anggota MPR/DPR yg terbentu tidak mewakili aspirasi masyrakat
> karena tidak dipilih melalui pemilu tapi melalui pengangkatan.

Bung Irwan, ane ndak masalah dg yg ini. Ya silakan lah kuat-kuatan
sama yg demen dg pemilu.


> Sekarang coba kita berandai2, seandainya setelah pemilu nanti
> akhirnya Golkar berhasil memperpanjang kekuasaannya hanya
> karena keuntungan yg dia peroleh akibat pengangkatan 238 orang
> ini, kira2 apa yg akan dilakukan oleh masyarakat. Akankah mereka
> adem ayem aja, atau malah timbul pergolakan2 kembali?

Hehehe.... ane justru udah mosting yg kayak gini berkali-kali
Bung Irwan.... Sudah berbulan-bulan yg lalu. Lha kalau parte-parte
oposisi menyetujui mau ape lagi...


> Melihat kemungkinan hal ini, akhirnya saya bisa menyadari apa
> yg sedang KMB perjuangkan. Mereka sedang berusaha keras
> menutup celah2 kemungkinan Golkar kembali melanggengkan
> kekuasaan.
> Bagi saya jelas apa yg diperjuangkan oleh KMB sejalan
> dengan aspirasi sebagian besar masyrakat.

Nah mari kita lihat besar mana yg pro pemilu dan yg anti...


> Kenapa mungkin sebagian masyarakat terlihat kurang mendukung
> perjuangan mereka? Perkiraan saya, hal tersebut dikarenakan
> masyarakat kurang mengerti atau waspada terhadap kemungkinan
> Golkar kembali melanggengkan kekuasaan dengan memiliki
>  238 suara yg tanpa pemilu tersebut. Saya perkirakan saat ini
> sebagian masyarakat berpikiran, bahwa siapa yg nantinya menang
> pemilu baik itu melalui koalisi dan segala bentuk kerjasama, merekalah
> yg akan memimpin pemerintahan berikutnya. Dan mereka meyakini
> kekuatan non Golkar akan memenangkan pemilu. Saya pun yakini
> itu bahwa kekuatan non Golkar akan memenangkan pemilu kali ini,
> sayangnya saya juga tahu ada suara lain yg berasal dari non pemilu.
> Bisa anda bayangkan rakyat yg tadinya sudah gembira mendengar
> hasil pemilu yg menang adalah non golkar eh ternyata pas pemilihan
> presiden di MPR, akhirnya yg kepilih lagi malah jagoan Golkar?
> Bukankah ini yg bisa menyulut pergolakan nasional?

AR sudah mengangkat masalah ini jauh-jauh hari. Kenape ente ndak nyalahin
para parte yg setuju ikut pemilu? Waktu di NYC, AR juga nyebut-nyebut hal
ini pula. Kite udah bahas masalah ini pula di milis ini... Ya seperti biasa cuman
ngambang. Masalahe lalu tenggelam dengan gegap gempita hidup PDI-P,
hidup PAN.... ya repot...


> Semoga kini anda bisa melihat bahwa agenda KMB yg dalam
> hal ini Forkot berada didalamnya, bila dilihat lebih dalam lagi
> ternyata sejalan dengan keinginan mayoritas masyarakat Indonesia.

Bung Irwan, ane udah melihat yg kayak gini jauh-jauh hari. Kalo
mau periksa trash anda mungkin anda bisa nemu deh. Masalahnya
adalah waktu penyampaian yang sudah tidak tepat lagi. Sekarang semua
udah kadung pengen nyoblos. Makanya kalo mayoritas ndak mau pemilu
ane agak ragu dengan klaim itu...


> Jaya:
> >  Ane sudah sepuluh kali nulis part yg berikut ini nih.... Ane juga punya
> > pikiran sama
> >  bahwa pemerintah sekarang pengen nagmbil keuntungan dari kemefetan waktu
> > femilu.
> >  Tapi kalo partai oposisi berani ya sudah jalan saja. Wong sudah sama-sama
> > berani
> >  tarung. Jadi ya ndak ferlu sibuk demo bilang femilu ndak sah dlsb. Ini
> > urusannya kan
> >  bukan melawan pemerintah lagi tho? Juga parte-parte yg bersedia ikut
> pemilu
> > juga
> >  berarti dilawan juga. Wis ah.... oe sekola dulu nih...
>
> Irwan:
> Sekarang, coba anda kira2 saja kalau ngga bisa tanyakan
> secara langsung, bila dikasih pilihan antara menghapuskan
> sistem pengangkatan anggota MPR yg 200 orang tersebut
> dan mempertahankannya, mana yg kebanyakan akan
> dipilih oleh mereka?

Waktune cak...waktune... Kenape waktu parte-parrte gencar berlomba-lomba
pada malah sibuk mbelain parte kesayangannya. Cuman forkot yg dari dulu
konsisten nolak pemilu. Ane tahu itu juga lah... Bedanya AR dengan PAN
berani tampil bertarung, temtunya setelah berbagai perhitungan-perhitungan.


> Bung Jaya, saya pun bisa memaklumi partai2 yg ada
> saat ini sedang berjuang dan memiliki harapan akan mampu
> mengalahkan Golkar yg sudah keburu punya suara 200 plus
> karena memang hanya itu yg mereka miliki saat ini, tidak
> ada alternatif lain. Tapi nanti coba lihat bila akhirnya Golkar
> kembali mampu mempertahankan kekuasaannya hanya
> karena suara mendapat suara tambahan dan menentukan
> dari 200 plus tersebut, saya perkirakan akan ramai kembali.
> Kelihatannya saya melihat sudah menjadi salah sifat
> masyarakat Indonesia nrima duluan, nanti kalau hasilnya
> ngga sesuai baru berontak atau demo lagi.

Yang ini saya setuju 200 persen.... Emang gitu kok....


> Saya pribadi tetap berharap kekuatan non Golkar mampu
> menghimpun kekuatan melebihi 50% kursi di MPR
> walau saya agak kurang  yakin bisa mencapai angka tersebut
> karena hal tersebut setara dengan harus memenangkan pemilu
> kali ini dengan kemenangan 76%.
> Angka ini didapat dari:
> jumlah anggota MPR/DPR sebanyak 700
> Utusan daerah dan golongan yg diangkat langsung 200
> TNI dapat jatah 38 kursi.
> Dengan demikian kursi yg diperebutkan menjadi 462.
> Untuk menggolkan pemerintahan yg non Golkar dibutuhkan
> minimal 351 suara. 351 suara ini setara dengan 76% dari 462.

Wah, anda kali ini ndak konsisten. Kalau merasa bahwa
Forkot perlu didukung, berarti anda harus boikot pemilu. Jangan
pake syarat-syarat.... Lha ini kan yang pernah diposting oleh
Bung Dodo waktu itu....yaitu bagaimana kalo Golkar menang.
Waktu itu Bung Irwan kemane aje....? Mosok kalo pemilu
menang non-golkar lalu direstui, kalo yg menang golkar lalu
mesti rame-rame lagi.... Pegimane? Kalo gitu mending bilang
aja sekarang ada pemilu, tapi Golkar ndak boleh ikut. Gampang
tho?


> Nah, pertanyaan balik dari saya, apakah pemilu yg seperti
> ini yg membutuhkan kemenangan 76% suara agar dapat
> menang adalah suatu bentuk pemilu yg jurdil, jujur dan adil?
> Tolong saya diberikan penjelasan dimana letak jujurnya
> dan dimana letak adilnya.

Jelas ndak adil. Bung Irwan makin jauh dari yg ane maksud.


> Didalam posting terpisah, bung Jaya sempat melontarkan
> hal berikut ini:
> -------kutipan dari posting terpisah-----
> - Kemaren sibuk belain salah satu parte, sekarang belain forkot. Apa merasa
> parte
>   kesayangannya mau kalah atau gimana?
> -------akhir kutipan----------
>
> Bung Jaya, saya asumsikan komentar anda diatas ditujukan
> kepada saya.
> Bung Jaya, sudah saya katakan dari awal, saya tidak sedang
> dalam konteks membela forkot. Yang selalu konsisten saya bela
> dalam milis adalah kepentingan nasional yg saya jewantahkan
> dalam bentuk kampanye anti Golkar. Satu hal lagi yg perlu diluruskan,
> saya yg mendukung gerakan anti Golkar ini menyalurkan dukungan
> saya melalui partai PDI Perjuangan yg saya yakini akan gigih dan
> konsisten melawan gerakan Golkar cs dan memiliki agenda memperjuangkan
> nasib rakyat kecil, rakyat tersisih, rakyat yg kurang beruntung, rakyat
> tertindas yg hak2nya dikebiri oleh orde baru.

Lha itu dia tho Bung Irwan. Mungkin di sini bisa melihat secara jelas
yg ane maksudken. Kalo mau berani bertarung lewat pemilu, forget
tuntutan Forkot. Kalo memang mau minta pemilu diundur untuk memenuhi
syarat-syarat itu, ya silakan boikot pemilu, tuntut parte kesayangan
masing-masing untuk nuntut pemilu diundur. Ndak bisa setengah-
setengah gitu....


> Anda pun bila melihat bahwa saya tidak membuat tulisan2 yg
> menjatuhkan partai2 lain yg juga mendukung gerakan anti Golkar.
> Hal ini berbeda dengan apa yg dilakukan oleh 1-2 anggota milis yg
> mendukung partai tertentu yg juga anti Golkar tapi
> sering menulis menjelekkan partai lain walau sudah tahu partai tersebut
> juga anti Golkar. Saya tidak menyalahkan mereka yg dengan agenda
> ingin mendapatkan suara untuk partai yg mereka dukung. Itu hak mereka.
> Hanya sayangnya saya melihat ada hal yg lebih penting yg harus kita
> pikirkan dan galang bersama yaitu langgengnya kekuasaan orde baru
> bila sampai Golkar berhasil mempertahankan kekuasaannya.

Ane setuju 200 persen lah bung irwan... Bedanya kalo Bung Irwan
mbela salah satu parte, ane ngritik semua parte yg nurut ane ndak
bener. Ndak perduli PAN, PDI-P, PK, PKB. Golkar sih ndak usah dihitung.
Ngapain pula dibahas....


> Bung Jaya, saya koq jadi ngga habis pikir ya bisa2nya
> sampai anda menulis komentar diatas. Kenapa anda sampai
> berpikiran saya takut PDIP kalah? Padahal anda tahu concern
> saya bukan terletak pada PDIP tapi terletak pada nasib
> masyarakat secara keseluruhan yg berfokus pada nasib
> rakyat kecil. Saya justru berharap agar kita jangan terjebak
> oleh kalah menang dalam pemilu, tetapi sebagai partai anti
> golkar yg punya semangat untuk memperbaiki nasib rakyat,
> memperbaiki kondisi Indonesia yg saat ini sedang sakit,
> sudah seharusnya yg dipikirkan bukan melulu menang kalahnya
> partai tapi menang kalahnya rakyat Indonesia melawan
> rejim orde baru yg masih berkuasa itu. Ini kepedulian saya.
> Apakah tulisan2 saya terdahulu kurang jelas menggambarkan
> hal tersebut?

Justru pertanyaan muncul, kalo mau ngikut pemilu, udah
saling tarik urat syaraf terhadap penggemar parte lain kok baru
sekarang ribut-ribut pemilu ndak sah. Giliran dulu-dulu banget dibahas
diem aje kayak marmut lagi ngunyah rumput....Hehehe.... (emang
kalo nggak ngunyah bisa tereak gitu....). Justru masalah muncul
kalo yang menang Golkar kan.... Ini ane pernah mosting, tapi ndak
laku. Baru laku setelah diposting oleh Bung Dodo...

Lagian posting ane pan untuk Bung Fravel, dan juga ndak bermaksud
buruk atau memojokkan. Wong ane juga sebel kalo dipojokin...hehe...


> Awal dari saya merespon atas email yg bersubyek forkot ini adalah
> dari tulisan bung Hadeer yg menggoblokan mahasiswa dari universitas
> tertentu. Saya kutipkan saja awal dari posting ini biar anda lihat
> kembali:
>
> ----awal kutipan tulisan bung Hadeer----
> Lagi - lagi Forkot dengan markasnya di Kampus Universitas Kristen Atmajaya
> berdemontrasi dengan otak di taruh didengkul.
> Benar - benar kumpulan mahasiswa yang nggak ada moralnya dan otaknya.
>
> Saya nggak habis pikir.
>
> Apa nggak ada cara lain yang lebih akademis, bisa nya cuma lempar petugas,
> bikin keributan ujung-ujungnya ngomong....Aparat menembaki
> kami.....bener-bener mahasiswa GOUBLOK...
>
> Ada nggak yang disini lulusan dari Kampus itu ? Coba dech tolong dibilangin
> ke adik-adik kalian itu.
> -------------akhir kutipan---------------
>
> Demikian saja dari saya bung Jaya dengan harapan
> agar kita bisa sama2 melihat apa yg sedang diperjuangkan
> bersama.
>
> jabat erat,
> Irwan Ariston Napitupulu

Ane setuju banget kalo mahasiswa tetap beroposisi....pan kemarin ane juga
ngarepin agar mahasiswa tetap berperan sebagai oposisi, siapapun pemenangnya.
Cuman nyang ane pengenin sih yang ndak kayak Forkot itu.... Rak itu yang ane
tulis waktu mereply Bung Jerman itu...(sopo namane ya..?).


--
Salam,
Jaya


--> I disapprove of what you say, but I will
    defend to death your right to say it. - Voltaire

               \\\|///
             \\  - -  //
              (  @ @  )
------------oOOo-(_)-oOOo-----------
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
--------------------Oooo------------
           oooO     (   )
          (   )      ) /
           \ (      (_/
            \_)

Reply via email to