Yang pasti MUI itu sejak jaman Orde Baru selalu membela
rezim berkuasa. Kampanye Golkar pun mereka dukung, bahkan
ada yang menjadi juru kampanye segala..........
Masih inget khan...??

Mengenai galahukuran, para anggota ICMI jelas lebih hebat.
Juga para tokoh Golkar lainnya..., dan mungkin sebahagian
dari kita-kita ini..........
Maafkan saya kalau ada yang tersinggung......

Tapi itu bukan jaminan refleksi akan kelakuan-nya.....
Apalagi dengan sumpah, janji dan perbuatannya......

Jadi ingat suatu joke Partai 'x' : KAMI MEMBERI JANJI, BUKAN BUKTI !

Ya saya setuju, Allah SWT Maha Kuasa, Maha Tahu.....
Semua akan mendapat pembalasan yang setimpal, baik yg buruk,
apalagi yang baik.........Percayalah !!!

Semoga kita semua masih mencintai Negara kita....

Salam,
bRidWaN
(Golongan anti Orang Lama)

At 11:05 AM 6/3/99 +0700, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote:
>Bung Rosadi,
>
>Bagaimana ya caranya membuktikan seseorang itu Islam tulen atau hanya di
>KTP? Kalau galahukurnya kegiatan hariannya, Soeharto yang haji itu kurang
>apa lagi? Semua kewajiban Islam "nyaris" semua dilakukannya. Bisa juga saya
>bilang beliau melakukannya 100%. Kita tahu juga bahwa rupanya beliau tidak
>seperti yang kita harapkan. Lalu mesti bagaimana? Kalau sudah
>begini....yah....hanya Tuhan berserta staf-Nya yang tahu.
>
>Wassalam,
>Efron
>
>-----Original Message-----
>From:   Mohammad Rosadi [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
>Sent:   Thursday, 03 June, 1999 10:27 AM
>To:     [EMAIL PROTECTED]
>Subject:        Re: Himbauan Majelis Ulama Indonesia
>
>==dibusek====
>
>Bung Irwan, tidak tepat juga kalau dikatakan tidak ada masalah. Sebagaimana
>yang kita sama-sama tahu, rejim orde baru semasa berkuasa dulu benar-benar
>telah mematikan kehidupan demokrasi di Indonesia.  Kebebasan bersuara serta
>mengeluarkan pendapat hampir tidak ada,dan partai politik pun dibatasi hanya
>3 saja, itupun penuh dengan rekayasa. Kalau kemudian ternyata anggota DPR
>yang mayoritas beragama Islam tsb banyak yang brengsek (hampir semuanya dari
>Golkar), itu karena 'standar keislaman' yang dipakai adalah standar KTP
>semata, tidak berdasarkan kualitas keislamannya. Selain itu sikap otoriter
>dan kediktatoran rejim orba membuat banyak orang pada masa itu tidak bisa
>berbuat banyak melawan kesewengan rejim tsb. Maka jangan heran jika
>anggota-anggota DPR pada masa itu banyak yang brengsek dan membuat rakyat
>(yang sebagian besar muslim) menderita karenanya.
>
>Saat gerakan reformasi berhasil menumbangkan rejim orba, kebebasan bersuara
>dan mengeluarkan pendapat pun terbuka lebar-lebar. partai-partai politik
>barupun banyak bermunculan, termasuk didalamnya partai-partai Islam.
>Kemunculan partai-partai Islam sekaligus membawa angin segar bagi munculnya
>calon-calon legislatif muslim yang benar-benar berkualitas, baik dari sisi
>keislamannya maupun dari sisi intelektualitasnya (bukan cuma Islam KTP
>doang!). Inilah yang membedakan caleg muslim masa orba dulu dengan
>caleg-caleg muslim di era reformasi ini. Maka tidaklah heran jika kemudian
>MUI menghimbau kepada para pemilih muslim untuk memilih caleg-caleg yang
>muslim, karena memang saat ini begitu banyak pilihan caleg-caleg muslim yang
>berkualitas. Pilihan kepada caleg-caleg Islam ini semata-mata agar umat
>Islam dapat lebih berperan aktif lagi dalam percaturan politik di Indonesia,
>karena semasa orba dan orla dulu umat Islam selalu dipinggirkan dan perannya
>tidak lebih dari sekedar penonton saja.
>
>
>===dibusek aja======
>
>

Reply via email to