Kelihatannya bagian otak untuk berpikir matematis-nya Einstein masih kalah
besar dibandingkan dengan punya Nasrulah Idris.
>Nasrullah Idris
>---------------
> Untuk jelasnya tentang bagaimana cara berpikir Einstein, kiranya
>ilustrasi berikut ini bisa dijadikan input :
>Kalau seorang anak sudah memahami "a + a = .... " secara tuntas,
>detail, dan dalam, maka dia akan bisa memprediksi apa yang terjadi
>pada 85 tahun kemudian bila ditemukan "komputer terbang", yaitu "1
>komputer terbang + 1 komputer terbang = 2 komputer terbang".
>Walaupun dia belum mengenal yang namanya "komputer terbang", tetapi
>secara logika, kita kan bisa mengatakan bahwa aplikasi "a + a = ..."
>yang digunakan si anak itu bisa dipertanggungjawabkan. Rasanya kita
>pun bisa mempercayainya 100 persen. Kenapa ? Karena kita pun bisa
>memahami "a + a = ..." secara tuntas, dalam, dan detail.
>Hanya saja substansial aplikasi matematika dari si anak sangat
>sederhana. Sedangkan yang digunakan Einstein sangat komplek.
>Mungkin saja banyak pakar Fisika yang mengabaikan akan teori
>Einstein tersebut pada saat itu karena tingkat ketuntasan,
>kedetailan, dan kedalaman mereka dalam memahami "gravitasi" dan
>"cahaya" rata-rata masih di bawah Einstein. Sehingga ada faktor "x"
>yang memungkinkannya mereka belum bisa mempercayainya 100 persen.
>
>
>Salam,
>
>Nasrullah Idris
>