Kira - kira wakil rakyat yang mana yang kampungan dan rendah martabat ini.
Saya yakin dari kalangan yang berintelektualitas terbatas / seadanya
Soe
====================================================================
Teriakan Anggota MPR, Cermin Sikap Kampungan dan Rendah Martabat
Jakarta, Antara
Teriakan bernada cemooh sejumlah anggota MPR ketika Presiden Habibie
memasuki Gedung Nusantara, tempat pengambilan sumpah/jabatan anggota DPR/MPR
RI, menunjukkan sikap kampungan, tidak dewasa serta mencerminkan betapa
rendahnya martabat sebagai wakil rakyat.
Penilaian itu dikemukakan sejumlah anggota MPR dan DPR RI, yakni KH
Abdurahman Wahid, Tosari Wijaya (FPP), Hamzah Haz (FPP), Hazballah M Saad
(PAN), Akbar Tandjung dan AA Baramuli, Priyo Budi Santoso, Marwah Daud
Ibrahim (Golkar) dan Wakil Ketua KPU Adnan Buyung Nasution serta Kwik Kian
Gie (PDI Perjuangan), seusai mengikuti acara pelantikannya di Gedung MPR/DPR
Senayan Jakarta.
Buyung menegaskan, sikap seperti itu tidak pantas ditunjukkan oleh wakil
rakyat yang memiliki martabat sangat terhormat. Perilaku itu akan
menghancurkan kredibilitas anggota MPR. Di sisi lain mencerminkan betapa
penghargaan terhadap institusi kedudukan lembaga inggi negara (presiden)
sangat rendah.
"Itu benar-benar sikap kampungan, memalukan, tak tahu diri dan menunjukkan
betapa rendah martabat mereka," kata Buyung di tempat terpisah.
Menurut dia, sikap merendahkan itu justru akan berbalik melemahkan
kredibilitas anggota MPR.
Terlepas dari siapa yang menjadi persiden, seharusnya penghargaan atas
kehormatan lembaga tinggi negara oleh lembaga tinggi lain dan lembaga
tertinggi negara tetap harus diwujudkan dalam situasi apapun.
"Mau jadi apa negeri ini kalau wakil rakyat sudah bertindak seperti itu.
Bagaimana mau dihargai lembaga lain atau dihargai rakyat kalau perilakunya
begitu," katanya.
Sikap menyayangkan dilontarkan Gus Dur. "Sikap (anggota) tersebut tandanya
belum matang," kata KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur.
Gus Dur juga mengiyakan ketika ditanya tindakan anggota DPR/MPR RI yang
menyoraki itu sebagai sikap tidak etis yang seharusnya tidak dilakukan. "MPR
tidak boleh begitu," katanya.
Nada menyesali juga diungkapkan Baramuli yang menyatakan bahwa ungkapan
seperti itu sudah sangat tidak sopan.
Dia juga setuju adanya interupsi yang dilakukan AM Fatwa, untuk meluruskan
sikap tidak terpuji itu sebelum ditutupnya rapat paripurna pertama DPR/MPR
RI tersebut.
Namun hendaknya interupsi para anggota itu tidak perlu dilakukan jika memang
tidak ada hal yang pantas untuk diinterupsi.
Ketua Umum PPP Hamzah Haz, juga sangat menyayangkan terjadinya peristiwa
tersebut. Fenomena itu bisa saja memicu konflik di antara anggota MPR yang
pro dan kontra dengan pencalonan Presiden BJ Habibie.
"Kan malu kalau di MPR bisa terjadi konflik hanya karena soal sepele seperti
itu," kata mantan Meninvest itu.
Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung mengatakan, "kita harus menghormati
institusi kepresidenan siapa pun orangnya. Oleh karena itu, kami sangat
menyayangkan dan berharap kalau hal seprti itu tidak terulang kembali dalam
sidang-sidang berikutnya".
Sedangkan Tosari Wijaya, Ketua Fraksi Persatuan Pembangunan MPR, berpendapat
martabat lembaga tertinggi negara itu harus dijaga dan orang yang menjaganya
bukan siapa-siapa, tetapi para anggota MPR sendiri yang harus mawas diri.
Kasar
Hasballah Saad mengatakan, betapapun perbedaan aspirasi politik merupakan
kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, namun perbedaan itu tidak sampai
ditunjukkan secara tidak hormat. Jika hal itu ditunjukkan secara kasar, maka
yang mendapat penilaian jelek adanya wakil rakyat.
"Hargailah lembaga kepresidenan, sebab jika tidak ada penghargaan, maka pada
tingkat itulah martabat wakil rakyat itu," katanya.
Ia mengatakan, tindakan seperti itu sangat memalukan dan memperburuk citra
lembaga wakil rakyat. Padahal di era reformasi, seharusnya kredibilitas
lembaga wakil rakyat harus ditegakkan, bukan justru terpuruk.
Jika perilaku anggotanya seperti itu, maka keterpurukan lembaga wakil rakyat
merupakan kenyataan yang ironis.
Sementara itu Marwah Daud mengatakan, dengan adanya teriakan dan cemoohan
itu maka yang mendapat penilaian jelek adalah wakil rakyat, bukan presiden.
"Itu sangat tidak terhormat dan tidak bermartabat," katanya.
Orang yang berteriak itu, bermaksud menjelekkan presiden, tetapi justru
kredibilitasnya terpuruk. Ini memalukan sekali, kata Marwah.
Kwik Kian Gie mengatakan, setuju interupsi yang dilakukan AM Fatwa. Ia
menyatakan sedih dan merasa malu ada anggota MPR yang terhormat tetapi
melakukan tindakan itu. Padahal acara itu adalah resmi dan harus disesalkan.
"Itu cermin kaum elit yang tidak matang dalam berdemokrasi. Tetapi saya
gembira yang melakukan itu sedikit," katanya.
Priyo Budi Santoso berpendapat, hal itu merupakan cara kampungan dan
menunjukkan tidak tidak adanya kesantunan politik.
"Saya harap semua teman termasuk dari PDI Perjuangan bisa belajar
sopan-santun politik," katanya.
Tetapi Priyo menegaskan pendapatnya itu tidak dimaksudkan untuk menuduh PDI
Perjuangan.