> Yw: Mumpung Gus Presiden belum mengambil keputusan-keputusan,
>     numpang saya usul sedikit. Mudah-mudahan sampai ke
>     Gus Presiden yg baru saja dilantik:
>
> 1.  Jumlah mentri di kabinet, jangan mengekor orde baru,
>     terlalu banyak; dan juga nggak imbang. Contoh kata,
>     Departemen Sosial, sama depdagri, ukuran dan nilai
>     strategisnya jauh beda, tapi sama-sama dimentrikan.
>     Kenapa kok nggak jadi Departemen Kesejahteraan aja
>     (yg merangkum BKKBN, Depkes, Depsos, dsb. yg related);
>     dan seterusnya departemen lain. Ya, hitung-hitung
>     konsolidasi dan penghematan cost. Kita tahu sendiri,
>     biaya seorang mentri itu 'lumayan'. Dan kerugian yg
>     lain, anak SD jadi lebih gampang ngapalin kalo
>     jumlah mentrinya cuma dikit. ;-)
-----
setuju banget nih, kalau bisa jumlah dikecilkan, gaji dibesarkan, hukum
diperberat, terutama untuk KKN, karena saat negara dalam keterpurukan
ekonomi, perilaku korupsi uang rakyat benar-benar suatu hal yang harus
dihukum berat !!
Di Indonesia, selain hukumnya terlalu ringan, pelaksanaan dari pengadilan
juga benar-benar payah.
JAdi yang paling penting adalah penegakan hukum, dengan dikhususkan pada
kasus-kasus KKN (untuk saat ini, karena Indo memang lagi sulit ekonominya).


> 2.  Gaji PNS/TNI/Polri, khususnya yg menengah ke bawah,
>     ya direformasi tidak ada salahnya (dinaikin barang
>     100-200% gitu ;-). Jangan mengekor orba. Saya bukan pns
>     (dan apalagi Tni/Polri), tapi ya, kalo ngeliat mereka
>     yg ngenes begitu (gajinya), nelangsa juga.
------
betul.....

>     Kalo Gus Presiden bilang: 'Bagaimana pun Habibie adalah
>     saudara kita juga...' logisnya itu juga bermakna: 'Bagaimanapun
>     para prajurit kecil yg di jalanan dilempari batu (padahal
>     sekedar menjalankan tugas dinas), itu juga adalah saudara kita
>     juga...' (yg perlu bukan sekedar disambangi, tapi ya gajinya
>     dibikin 'pantas' nggak underpaid kayak sekarang).
------
memang sebenarnya tentara-tentara itu kasihan, mereka punya tugas yang harus
dilaksanakan sesuai komando, sedangkan yang memberi komando, seringkali
tidak memperhatikan keadaan hati nurani rakyat. Elit militer yang memberi
perintah, anak buah di lapangan yang menerima getahnya.....
kasihan.....


regards
HADI

Kirim email ke