Mas Irwan
memang dasar analisanya lain.
Setahu saya Om KKG bicara soal budget (GFS format) yang memang dalam tahun
anggaran - 1999/2000 ini ditargetkan defisit kalau nggak salah (agak lupa)
+/- 82 triliun. Rencananya defisit ini ditutup melalui pinjaman LN plus
divestasi BUMN dan Asset recovery BPPN.
Namun dalam realisasinya s.d semester I (cash flow) masih surplus, padahal
targetnya dalam semester I kalau nggak salah defisit diatas Rp. 30 triliun.

Untuk masalah subsidi, khusus untuk subsidi minyak realisasinya telah cukup
tinggi (sudah 80% dari budget - ini juga dampak kenaikan harga minyak di
pasaran internasional). Namun subsidi diluar minyak realisasinya masih
kecil, antara lain disebabkan masih kecilnya permintaan reimburs, plus dalam
beberapa hal terdapat beberapa jenis subsidi telah dihapus dan juga harga
bahan pangan (terutama beras) yang relatif lebih rendah karena keberhasilan
panen.
Soal kewajiban kontinjen pemerintah untuk masalah subsidi saya belum
mendapat informasi berapa besarnya, ntar saja tak tanyakan.

Kalau nggak salah IMF pernah menyarankan agar di pos pengeluaran budget ada
tambahan sub pos "contingent liability" untuk menampung carry over subsidi.

Untuk tahun-tahun mendatang beban fiskal akan sangat berat, terutama beban
untuk membayar bunga dalam rangka rekapitulasi bank, pembayaran obligasi
dalam rangka rekapitulasi yang telah jatuh tempo dll.

Informasi :
- Pinjaman IMF tidak digunakan untuk menutup defisit budget, melainkan
hanya digunakan dalam rangka Balance of Payment Support (BOP     Support)-
memperkuat cadangan devisa.
- Pinjaman yang digunakan untuk menutup defisit budget antara lain
berasal dari ADB, IBRD, Miyazawa plan dan dana multilateral atau
bilateral lainnya.

Nuwun.










>From: Irwan Ariston Napitupulu <[EMAIL PROTECTED]>
>Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]>
>To: [EMAIL PROTECTED]
>Subject: Re: Kurangnya koordinasi, Menkeu & Menko Ekuin
>Date: Sun, 31 Oct 1999 01:34:25 EDT
>
>Bung Djoko, anda sudah baca artikel di kompas soal
>perbedaan ucapan/data Menkeu vs Menko Ekuin dari
>pengamat nasional?
>
>http://www.kompas.com/kompas-cetak/9910/31/UTAMA/bera01.htm
>
>Saya kutipkan salah satu komentar dari M. Ikhsan:
>=====awal kutipan=====
>Sementara M Ikhsan berpendapat, apa yang dikatakan Menkeu
>bahwa kondisi anggaran aman tidak sepenuhnya tepat. "Pak Menteri
>Keuangan salah ngasih tahu nih. Itu 'kan ada subsidi-subsidi yang
>lalu dan sekarang, baru dibayar kalau sudah diperiksa oleh Badan
>Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Subsidinya 'kan
>belum dibayar, tetapi sudah terjadi. Ya kelihatan surplus dong,
>karena masih ada kewajiban," kata Ikhsan.
>
>Menurut Ikhsan, sebetulnya anggaran negara saat ini negatif.
>"Kemarin Pak Kwik Kian Gie bilang defisit, hari ini Menkeu bilang
>surplus, 'kan bingung orang. Dia nggak nanya apa yang terjadi
>seharusnya. Memang cashflow-nya di dalam kasir itu memang
>surplus sekarang, tetapi karena ada kewajiban yang belum
>dibayarkan. Itu 'kan nggak boleh masuk dalam perhitungan surplus,"
>ujarnya.
>======akhir kutipan=====
>
>Bung Djoko, bagaimanan komentar anda atas pernyataan
>di atas? Apakah memang benar apa yg disampaikan oleh
>M.Ikhsan?
>
>Dalam artikel itu juga, seorang pejabat Bappenas mengatakan
>bahwa beban anggaran sebetulnya masih berat.
>
>Nah, saya yg ngga punya akses data jadi bingung sekarang,
>sebenarnya kondisi kita gimana sih mengenai anggaran yg
>ada? Surpluskah? Negatifkah? Berbahayakah?
>Intinya, perlu penjelasan dari pejabat yg berwenang untuk
>menyampaikan data tersebut.
>
>jabat erat,
>Irwan Ariston Napitupulu
>

______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke