Mas Abu,

Kalau diskusi yang anda maksudkan adalah caci-maki diantara umat beragama, maka saya setuju dengan anda bahwa hal itu tidak kita perlukan samasekali. Namun kalau diskusi yang dimaksudkan adalah dialog antar umat beragama, saya merasa justru inilah yang dibutuhkan Bangsa Indonesia untuk dapat mencegah
dari kehancurannya.

Saya beranggapan bahwa caci-maki itu terjadi karena beberapa hal:

1. Diskusi agama yang terjadi di milis ini lebih melihat materi diskusi dari kacamata religius secara dogmatis semata-mata, yaitu hubungan antara Tuhan dengan umat manusia, tetapi kurang menyentuh aspek sosialnya, yaitu hubungan antar manusia. Akibatnya sudah tentu tidak ada titik temu diantara pihak-pihak yang berbeda agama, karena konsep mengenai Tuhan, surga, dosa, ibadah dsb diantara agama sangat berbeda.

2. Pendidikan agama di Indonesia (di sekolah maupun tempat ibadah) hanya terbatas kepada pendidikan religius kepada pemeluk agama itu masing-masing, tidak pernah diajarkan sebagai ilmu pengetahuan. Ajaran agama di sekolah dapat diberikan lebih sebagai suatu ilmu pengetahuan, sehingga setiap siswa apapun agamanya dapat memperoleh pendidikan mengenai sejarah dan penyebaran Islam, Kristen, Hindu dan Budha di dunia maupun di Indonesia, prinsip dan hukum yang dianut oleh agama itu, proses ibadah dan upacara agama dsb. Sebaliknya, ajaran agama yang sifatnya religius dapat diserahkan kepada rumah ibadah atau organisasi agama masing-masing. Bukankah kita mengenal pepatah yang mengatakan "Tak kenal maka tak sayang".

3. Ketidakdewasaan yang dimiliki oleh peserta diskusi di milis ini justru terjadi karena mereka memang tidak terlatih dalam mengadakan diskusi mengenai topik-topik yang berkaitan dengan hubungan antar agama. Hal ini pula yang terjadi dengan masyarakat di Ambon, Mataram dan seluruh penjuru Indonesia. Oleh karena itu, jalan keluar yang diperlukan adalah memberikan kesempatan lebih besar untuk dialog diantara umat beragama itu, bukan justru membatasinya atau melarangnya. Saya yakin bahwa diskusi dan dialog, seberapapun panasnya, justru akan dapat mengurangi amarah dan emosi yang kalau tidak tersalurkan malah akan jauh lebih destruktif.

Rekomendasi:
1. Diskusi hendaknya lebih mengarah kepada aspek hubungan umat antar agama, bukan hanya terfokus kepada ajaran agama masing-masing secara dogmatis. Untuk itu masing-masing peserta diharapkan bersedia untuk "mengenal" agama lainnya sebelum "nimbrung" dalam diskusi itu. Analoginya sederhana saja,
apakah anda dapat mempresentasikan makalah di universitas mengenai suatu topik tanpa pernah membaca atau mempelajari referensi mengenai topik itu.

2. Disamping diskusi dalam milis internet, setiap cabang Permias hendaknya memiliki program dialog antar umat beragama dalam kegiatannya. Diskusi itu hendaknya dilakukan secara terbuka dan dengan aturan main yang jelas, seperti adanya moderator, dilarang menggunakan kata-kata yang tidak senonoh dsb. Topik diskusi dapat dipilih misalnya Peristiwa Ambon, Adakah Islamisasi atau Kristenisasi di Indonesia, dsb. Hasil diskusi ini dapat dilemparkan ke milis sehingga bisa diketahui oleh kalangan yang lebih luas.

Demikian saran saya kepada para anggota Permias.

Salam
Mahendra

-----Original Message-----
From: Abubakar Alatas <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Monday, January 17, 2000 2:21 AM
Subject: Permias bukan tempat untuk diskusi Agama


>Salam Permias,
>
>Mas Agus, Mas Datubara dan rekan-rekan permias sekalian,
>
>Saya mengharapkan Permias List tidak digunakan untuk diskusi
>keagamaan, karena terlalu sensitif dan tidak akan pernah selesai.
>karena setiap pemeluknya akan meyakini kebenaran agamanya masing-
>masing. Lakum Dinukum WaliyaDin.
>
>Salam hangat,
>
>Abubakar

Kirim email ke