Keberpihakan apa yang anda maksudkan? 

Kalau bukan dengan penjelasan, nalar dan logika, dengan apatah lagi kita bisa 
berargumentasi. Bukan slogan ompong seperti politisi yang mengumbar kata-kata 
"pro-rakyat", "tarian negara kapitalis"...., tanpa jelas apa yang dimaksud...

salam,
dendi

--- On Sun, 6/1/08, Achmad Efendi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Achmad Efendi <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [PPIBelgia] Re: subsidi BBM ala Indonesia
To: PPIBelgia@yahoogroups.com
Date: Sunday, June 1, 2008, 11:48 AM










    
            temans, 



sebenarnya rakyat (termasuk saya) kurang butuh penjelasan ttg formula2

tertentu mengenai kenaikan BBM. Namun, perlu ketegasan 

keberpihakan pemerintah kepada rakyat, dalam hal ini kebijakannya. 

Mis: 

kebijakan A bs dijelaskan dengan formula 1,2 3 dst

kebijakan B bs dijelaskan dengan formula 1,2 3 dst

Nah, sekali lagi, rakyat butuh KEBIJAKAN yg pro rakyat. Bukan hanya

tertarik dengan tarian negara2 kapitalis macam AS 



Dan bukan hanya kebijakan 'ketidakberdayaan' kita akan realita

kenaikan harga BBM dunia ini. 



Wassalam

Cak Mad



--- In [EMAIL PROTECTED] ps.com, dendi ramdani <dendiramdani@ ...> wrote:

>

> Utong, 

> 

> Ada beberapa terminologi yang harus diperhatikan dari analisis Kwik

Kian Gie dan alasan yang dikelarkan pemerintah.

> 

> Yang dimaksud Kwik Kian Gie adalah dampak terhadap netto pengeluaran

APBN (pengeluaran bersih APBN). Jika harga minyak dunia naik, secara

praktis hitung-hitungan di APBN, pertambahan pengeluaran pemerintah

adalah sebesar netto konsumsi dikurangi produksi minyak nasional

dikalikan harga minyak. Sejak tahun 2004 produksi minyak Nasional

sudah lebih kecil dari konsumsi. Artinya, jika ada kenaikan harga

minyak maka netto pengeluaran pemerintah negatif, alias defisit.

> 

> Sedangkan, yang dimaksud pemerintah adalah pengeluaran subsidi. Jika

harga minyak naik, maka pengeluaran subsidi naik sebesar total

konsumsi minyak nasional dikalikal jumlah subdisi per liter (harga

minyak dunia - harga subsidi).

> 

> Apa yang dikemukaan Kwik Kian Gie betul, karena yang dimaksud dia

sebetulnya dampak terhadap netto pengeluaran pemerintah. Dampak setiap

kenaikan minyak terhadap defisit ABBN memang kecil, kalau tidak salah,

dengan tingkat konsumsi minyak sekarang sekitar 200-300 juta dolar

defisit APBN bertamabah (yaitu negatif netto pengeluaran) . 

> 

> Tapi, kalau kita berbicara subsidi, jumlah subsidi yang dikeluarkan

pemerintah sekitar 300 trilyun rupiah pertahun dengan tingkat konsumsi

sekarang. Satu hal yang sangat penting kenapa subsidi BBM perlu

digugat adalah yang banyak menikmati subsidi ini adalah orang

menengah-atas: mereka yang punya mobil dan motor. Hal ini bukan

berarti orang miskin tidak menikati subsidi BBM. Tapi secara proporsi

sebagian besar dari jumlah 300 trilyun itu dinikmati orang kaya;

sementara orang miskin menikmati proporsi subsidi BBM dalam jumlah

kecil saja. 

> 

> Pada prinsipnya, saya pribadi setuju BBM dihapus secara bertahap.

Kemudian, dana yang bisa dihemat dialokasikan untuk kompensasi

kenaikan harga untuk rakyat miskin; untuk pembangunan infrastruktur,

pengeluaran kesehatan dan pendidikan. 

> 

> Tentu, pencabutan subsidi ini harus dilakukan secara hati-hati,

terencana dan disiapkan antisipasi dampak negatifnya terhadap kenaikan

harga, terutama untuk rakyat miskin, dan ganguan terhadap dunia usaha. 

> 

> Untuk pencabutan subsidi kali ini, satu kesalahan sudah dilakukan

Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dia sudah bilang subsidi kan naik 3

minggu lagi (dia bilang minggu lalu). Ini mengundang orang memborong

barang dan spekulasi; dan harga barang sudah naik duluan.

> 

> Banyak hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan untuk

mengantisipasi dampak negatif kenaikan subsidi; dan ini bukan perkara

mudah memang. Contoh: perbaikan infrastruktur jalan baik fisik mauopun

pendukung, mungkin bisa mengkompensasi biaya kenaikan harga BBM bagi

pengusaha; jika mobilitas kendaraan semakin lancar maka biaya

transportasi bisa ditekan. Tapi, ini tidak mudah karena dijalanan

banyak setan-nya, mulai dari mereka yang bertopeng ala ninja sampai

mereka yang berseragam (polisi dan petugas dishub maksudnya, he..he..).

> 

> dendi

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> Furqon Azis <[EMAIL PROTECTED] > wrote:                             
Sempat

saya terjebak dalam pemikiran ttg beratnya pemerintah menanggung

subsidi BBM bagi rakyat Indonesia setelah mengikuti komentar-komentar

di media massa akhir-akhir ini sehubungan keputusan pemerintah

menaikkan harga BBM.

> 

> Namun tulisan dan penalaran mantan Menko Ekuin dan Kepala BAPENAS

era pemerintahan Presiden Megawati, Bp. Kwik Kian Gie yang melihat

dari sudut yang lain, rasanya perlu benar-benar disimak oleh rakyat

dan para pembesar yang mungkin sudah keblinger karena saking "pinter" nya!

> 

> Berikut sebuah komentar yang saya kutip dari www.koraninternet. com

yang menanggapi tulisan beliau, sebuah analogi yang pas menggambarkan

penalaran Pak Kwik.  (komentar ini sudah saya edit sedikit semoga

lebih memperjelas maksudnya)

>  

> Pak Kwik yang baik,

> 

> Saya pernah menulis komentar kurang-lebih begini :

>  

> Ada sebuah keluarga yang di belakang rumahnya tumbuh dengan

sendirinya sebatang pepaya yang berbuah 3 butir. Ketika pepaya itu

sudah matang dan sudah siap di meja makan akan disantap bersama oleh

seluruh keluarga, tiba2 sang ayah bilang : eit,tunggu dulu, isteriku,

anak2 dan mantuku, serta cucu2ku, pepaya itu di pasar harganya 5 ribu

rupiah perkilo, jadi yang mau kalian makan itu berharga 3 btr X 4 kg x

Rp.5000 = Rp.60.000.

> 

> Sebelum memakannya kalian harus membayar dulu Rp 60.000. Kalau nggak

kalian bayar maka ayah ini akan terpaksa mensubsidi kalian Rp.60.000,

padahal ayah ini orang miskin, lemah dan sudah pensiun...

> 

> Begitulah kisah yang sebenarnya tentang subsidi BBM pemerintah (sang

ayah) yang 200 triliun itu . 

>  

> Dari analogi tsb, terlihat bahwa sebenarnya kalaupun pepaya-pepaya

itu dimakan ramai-ramai, sang ayah tidak sebenarnya mengeluarkan

subsidi karena diapun tidak mengeluarkan uang untuk membeli pepaya.

> 

> Saya jadi berpikir, kalau anak-anak, isteri, para menantu, dan

cucu-cucu (rakyat Indonesia) akhirnyapun mau "dibodohi" dan membayar

kepada sang ayah, itu berarti sang ayah berkelimpahan uang bukan??

> 

> ~"Kebohongan bila terus dicanangkan, lama-lama akan diterima sebagai

kebenaran"~

> 

> http://limarupiah. blogspot. com/2008/ 05/subsidi- bbm.html

>   

>      

>                                        

> 

>        

> ------------ --------- --------- ---

> Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. 

Try it now.

>




      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Kirim email ke