(1)
Popularitas Anjlok, SBY Tak Peduli Kamis, 03 Pebruari 2005 | 19:22 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, tidak peduli popularitasnya anjlok dimata masyarakat. SBY mengaku, "lebih berkonsentrasi agar pemerintahan terus bekerja keras demi kepentingan rakyat selama lima tahun ke depan," ujarnya dalam pembukaan Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri (KADIN), di Istana Negara, Jakarta, Kamis (3/2). Presiden Yudhoyono mengaku banyak mendengar kritik dari berbagai kalangan atas kinerja 100 hari pemerintahannya. "Saya mendengar berbagai kritik seperti, Pemerintahan SBY Gagal, Popularitas SBY Menurun, I don't care with my popularity," kata SBY saat pidato. Pernyataan yang lantas disambut gemuruh tepuk tangan dari sekitar 600 peserta Rapimnas Kadin yang hadir dalam acara tersebut. Presiden kemudian menjawab kritik beberapa kalangan yang mempersoalkan tidak mampunya pemerintah menciptakan lapangan kerja. SBY berargumentasi, di negara manapun, siapapun presidennya dan pemerintahannya, tidak akan mampu langsung menciptakan lapangan kerja hanya dalam waktu 100 hari. "Tentu tidak bisa langsung menurunkan angka pengangguran terbuka sekarang ini dari 10 juta menjadi 5 juta orang, That's impossible," kata SBY. Presiden sendiri mengaku mengambil hikmah dari kritik tersebut. "Bahwa rakyat sangat membutuhkan lapangan kerja," kata SBY. Untuk itu, menurt SBY, salah satu solusi yang diupayakannya adalah mempercepat pembangunan infrastruktur. Yura Syahrul (2) Hasil Poling: Rakyat Pesimis Kinerja SBY Jum'at, 04 Pebruari 2005 | 07:17 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Masyarakat kecewa dengan kinerja 100 hari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Janji-janji yang disampaikan dalam kampanye tak kunjung direalisasikan. Setidaknya, itulah hasil penelitian Soegeng Sarjadi Syndicated, yang disampaikan penanggung jawab poling Sukardi Rinakit di Hotel Four Season, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (3/2). Polling ini diikuti 5.000 responden diambil dari 22 kota dan 40 kabupaten di 32 provinsi. Penelitian dilakukan 24 sampai 28 Januari dengan menggunakan metode random sampling. Sebanyak 27,9 persen responden berumur 17-27 tahun, 30,8 persen berumur 28-38 tahun, 21,5 persen berumur 39-49 tahun, dan 19,8 persen di atas 50 tahun. Hasilnya, 29,46 persen perasaan responden mengaku prihatin dengan kinerja 100 hari pemerintahan SBY, 24,18 persen merasa gundah, 7,12 persen pesimis, 7,16 persen tidak senang. Sebanyak 1 persen menjawab lainnya dan tidak menjawab. Sebagian responden menilai bahwa situasi dan kondisi negara di bawah kepemimpinan SBY-JK adalah biasa-biasa saja (14,7 persen). Sedangkan mereka yang optimis dan senang masing- masing 9,46 persen dan 6,92 persen. Soal program 100 hari, sebanyak 39,14 persen responden menilai SBY belum memperlihatkan secara serius untuk memenuhi janji kampanye, 24,54 persen menilai pemerintahan SBY belum berjalan sesuai harapan, 9,78 persen menilai arah kebijakan pemerintah tidak jelas, 9,26 persen menilai kurang koordinasi, dan 1.32 persen memberi jawaban lain dan tidak menjawab. Hanya Sebanyak 15,96 persen yang menilai pemerintah berjalan sesuai harapan. Untuk kinerja menteri-menteri, rata-rata mendapat nilai 6. Menteri yang mendapat nilai cukup bagus, yaitu 7, adalah Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Perdagangan, Menteri Hukum dan HAM, dan Menteri Negara Komunikasi. Khusus soal kinerja kabinet ini, ada poling tersendiri yang diikuti 2500 responden di Jakarta. Menurut Sukardi, nilai 6 untuk kinerja menteri kabinet sudah cukup bagus. Popularitas SBY di mata masyarakat, juga masih bagus. Namun, jika popularitasnya mau tambah naik, Sukardi mengusulkan tiga langkah yang bisa dilakukan. Pertama, menguatkan kembali sinyal penegakan hukum. Salah satunya adalah dengan menyeret kasus-kasus korupsi kakap ke pengadilan. Kedua, Membuat keppres tentang parameter kinerja kabinet. Hal ini dilakukan agar SBY bisa mengukur kinerja menterinya sehingga tidak terkesan ada like and dislike saat melakukan pergantian kabinet. Ketiga, SBY harus segera memenuhi janji-janjinya seperti disampaikan dalam kampanye. Ini bisa dilakukan dengan menaikkan porsi dana APBN untuk pendidikan. Misalnya, dari 4 menjadi 8 persen. Idealnya 20 persen. Untuk kesehatan, kalau tak bisa membuat biaya murah perawatan rumah sakit, menurut Sukardi, yang bsia dilakukan adalah memurahkan harga obat. Abdul Manan ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/